
Ukuran Font
Kecil Besar
14px
Kepala SMA Swasta Eria Nasrudin S.Kom bersama peserta kegiatan seminar. Waspada/ist
Scroll Untuk Lanjut Membaca
IKLAN
MEDAN (Waspada): SMA Swasta Eria Jalan SM Raja Medan melaksanakan seminar transformasi guru dengan growth mindset, Selasa(8/7).
Kegiatan ini menghadirkan narasumber Yohana Sazlila, kandidat doktor ahli dalam bidang pengembangan sumber daya manusia dalam hal ini fokus pada pendidikan, sekaligus alumni Eria yang membagikan hasil penelitiannya tentang bagaimana pola pikir berkembang (growth mindset) dapat menjadi kunci akselerasi kualitas pengajaran di era modern.
Kegiatan dihadiri peserta seluruh guru SMA Swasta Eria. Hadir juga kepala sekolah dan guru dari unit TK, SD, SMP dan SMK.

Dalam pidato pembukaan kegiatan seminar, Kepala SMA Swasta Eria Nasrudin S.Kom
mengingatkan seorang guru harus memiliki 4 kompetensi : pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Kompetensi-kompetensi ini saling berkaitan dan krusial untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan berkualitas.
Pertama, Pedagogik dimana guru harus memahami karakteristik peserta didik. Kedua Kepribadian dimana guru harus berakhlak mulia, sabar, bertanggung jawab, dan berwibawa.
Ketiga,Sosial dimana guru harus mampu berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan peserta didik, orang tua, rekan guru, dan masyarakat luas. Keempat, Profesional dimana guru harus menguasai materi pelajaran yang mendalam dan luas
“Dengan memiliki keempat kompetensi ini, guru diharapkan dapat menjalankan peran dan fungsinya secara profesional, memberikan dampak positif bagi perkembangan peserta didik, serta berkontribusi pada kemajuan pendidikan terutama di SMA Swasta Eria,”ungkapnya.
Dalam kegiatan seminar, Yohana membuka sesi dengan menegaskan bahwa sejatinya, tugas seorang guru tidak hanya mentransfer pengetahuan, tetapi juga menginspirasi murid untuk berani mengeksplorasi, gagal, dan bangkit lebih kuat. “Dengan growth mindset, guru mampu memandang setiap tantangan di kelas sebagai kesempatan untuk tumbuh—bukan sebagai ancaman terhadap reputasi atau otoritas,” ujarnya di depan para peserta.
Dalam paparannya, Yohana membedah beberapa praktik terbaik yang bisa langsung diimplementasikan:
Pertama, Refleksi Berkala yakni Guru diajak untuk rutin melakukan refleksi atas metode mengajar, mengidentifikasi area yang perlu disempurnakan.
Kedua, penetapan tujuan progresif yakni, mengganti target ‘nilai sempurna’ dengan sasaran peningkatan kecil namun terukur, agar semangat belajar-mengajar selalu terjaga.
Ketiga, umpan balik yakni, membangun menyajikan kritik secara konstruktif—fokus pada usaha dan strategi murid, bukan sekadar hasil akhir.
Respon peserta sangat antusias. Seorang guru SMP menyatakan bahwa materi ini “menjadi titik balik” dalam cara ia memandang kegagalan: “Dulu, ketika murid dapat nilai rendah, saya cenderung kecewa. Sekarang saya belajar mengubah cara bicara agar mereka termotivasi mencoba lagi.”
Seminar ditutup dengan sesi tanya-jawab interaktif, di mana Yohana mendorong setiap guru untuk merancang action plan sederhana: menetapkan satu kebiasaan baru setiap pekan yang mendukung pertumbuhan profesional. Pelaksanaan rencana ini akan dipantau melalui komunitas guru alumni Eria di platform daring mereka.
Dengan berbekal pola pikir berkembang, diharapkan para guru tidak hanya mentransformasi diri mereka sendiri, tetapi juga mencetak generasi pelajar yang kreatif, resilien, dan siap menghadapi dinamika zaman.(m22)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.