Evaluasi Sekolah Lima Hari

2 days ago 9
Medan

Evaluasi Sekolah Lima Hari Ketua Komisi E DPRD Sumut H M Subandi. Waspada/ist

Ukuran Font

Kecil Besar

14px

MEDAN (Waspada): Ketua Komisi E DPRD Sumut H M Subandi (foto), berpendapat sekolah lima hari yang mulai dilaksanakan di tahun ajaran 2025 pada 14 Juli 2025 di SMA/SMK dan SLB  negeri dan swasta, tampaknya masih menghadapi kendala di lapangan, terutama kesiapan lokal dan guru yang mengajar anak-anak didik  di sekolah mereka. Karenanya, dewan menyarankan dievaluasi lagi urgensinya, termasuk manfaat dan mudharatnya.

“Kita berpendapat, sekolah lima hari itu tampaknya belum sepenuhnya siap dilaksanakan secara maksimal di kabupaten/kota Sumut,  karena berbagai faktor kesiapan sarana, prasarana dan guru-gurunya,” kata Subandi kepada Waspada, di Medan, Minggu (13/7).

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Politisi Partai Gerindra itu, merespon penerapan kebijakan Pemprovsu tentang sekolah lima hari untuk SMA/SMK dan SLB di tahun ajaran baru 2025/2026 di Sumut yang dimulai pada 14 Juli 2025 dan seluruh sekolah negeri maupun swasta wajib memberlakukan itu.

Menyikapi hal itu, Komisi E DPRD yang tupoksinya membidangi masalah pendidikan dan kesejahteraan sudah menampung berbagai aspirasi, bahkan meninjau langsung sekolah swasta di Belawan.

Kita pun sudah menerima masukan, saran dan pendapat dari  para kepala sekolah swasta yang tergabung Badan Musyawarah Perguruan Swasta (BMPS)  yang saya ketuai, tentang beberapa hal,” katanya.

Di antaranya, tugas dan beban guru yang mengajar double shift sebenarnya sudah terbentur dengan jam belajar enam hari, apalagi menjadi lima hari, sehingga ini harus dijadikan pertimbangan semua pihak.

“Akibatnya, para guru yang mengajar di sekolah swasta bukan hanya terbebani dengan jam belajar yang dipadatkan, yang  nantinya kita khawatirkan tidak maksimal, tetapi juga faktor lain, yakni berkaitan dengan transportasi, “ kata anggota dewan yang pernah  jadi guru bahkan kepala sekolah di Medan, ini.

Karena, Subandi tidak dapat memungkiri sebagian guru swasta ada yang menggunakan transportasi umum, yang biasa digunakan pagi hingga siang hari. “Nanti, kalau sekolah lima hari diterapkan, mereka harus berjibaku naik kendaraan angkutan umum yang biasanya sudah sepi di sore hari,” imbuh Subandi.

Kekurangan Lokal

Selanjutnya,  kata Subandi, ketika berada di sekolah swasta di Belawan, para guru sudah mengatakan  langsung kepada Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah  Abdul Mu’ti  yang meresmikan Gedung SMK Muhammadiyah 04 dan peletakan batu pertama SMP Muhammadiyah 06 di Belawan, belum lama ini.

Adapun yang disampaikan soal kekurangan lokal di sekolah mereka, yang selama ini dipakai secara bergiliran antara SMA/SMK. “Nanti kalau digunakan juga untuk program sekolah lima hari, tentu merepotkan, karena berkaitan dengan jam pelajaran yang berbeda,” katanya.

“Ini harus jadi perhatian kita, karena kan sekolah swasta ikut berkontribusi juga mencerdaskan anak-anak didik kita. Nah, bagaimana kalau dimulai sekolah lima hari, tentu perlu ada kesiapan sarana dan prasarana juga,” tegas Subandi.

Kendati demikian, pihaknya ingin mendengarkan langsung saat rapat dengar pendapat dengan Dinas Pendidikan Sumut  dan jajarannya di Komisi E DPRD Sumut pada 15 Juli 2025 hari Selasa.

“Kita ingin menyampaikan hal-hal itu nanti, dan ingin tahu juga seberapa besar manfaat dan mudharatnya. Kalau memang belum begitu mendesak, kita minta dikaji lagi, dan dievaluasi agar hasilnya lebih maksimal,” pungkas Subandi. (cpb)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |