
Ukuran Font
Kecil Besar
14px
Ketua tim pengabdian dosen Unimed yang diketuai Dr. Endang Sulistyarini Gultom, S.Si., Apt., M.Si. menyampaikan cascara memiliki potensi pasar yang luas, termasuk melalui platform digital. Sebagai wujud dukungan, tim pengabdian menyerahkan sejumlah peralatan produksi seperti food dehydrator, cooper, dan mesin sealing kepada petani.
SAMOSIR (Waspada): Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Samosir bersama tim dosen dari Universitas Negeri Medan (Unimed) dan Universitas Cuk Nyak Dhien menggelar program pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan pengolahan kulit buah kopi (cascara) menjadi minuman teh herbal. Kegiatan ini berlangsung di Aula Dinas Ketapang dan Pertanian Samosir, Sabtu (13/9/2025).
Program yang mendapat dukungan pendanaan dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Kemendikbudristek ini bertujuan meningkatkan nilai tambah kopi dengan memanfaatkan limbah kulitnya yang selama ini kurang dioptimalkan.
Tim pengabdian diketuai oleh Dr. Endang Sulistyarini Gultom, S.Si., Apt., M.Si. (Unimed), bersama anggota Dr. Apt. Eva Sartika Dasopang, M.Si. (Universitas Cuk Nyak Dhien) dan Dr. Fitrawaty, M.Si. (Unimed). Mahasiswa juga turut dilibatkan, antara lain Cyndi Clodia, Dinda Syahfitri, Dhifa Umairoh Putri, dan Marisca Aginta Bangun.
Kegiatan dibuka resmi Kepala Dinas Ketapang dan Pertanian Samosir, Dr. Tumiur Gultom, MP, dan dihadiri Kabid Perkebunan Freddy Marbun, Ketua Kelompok Tani Marulam Sinaga, serta para petani kopi Desa Parbaba Dolok.

Tim pengabdian dari Unimed yang diketuai Dr. Endang Sulistyarini Gultom, S.Si., Apt., M.Si. (Unimed), bersama anggota Dr. Apt. Eva Sartika Dasopang, M.Si. (Universitas Cuk Nyak Dhien) dan Dr. Fitrawaty, M.Si. (Unimed). Mahasiswa juga turut dilibatkan, antara lain Cyndi Clodia, Dinda Syahfitri, Dhifa Umairoh Putri, dan Marisca Aginta Bangun foto bersama saat program pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan kuliat buah kopi (cascara).
Dalam sambutannya, Kadis menekankan pentingnya inovasi dalam mengolah hasil pertanian. “Kulit kopi sering dianggap sampah, padahal bisa dijadikan produk herbal yang menyehatkan sekaligus meningkatkan pendapatan petani,” ujarnya.
Dr. Endang Sulistyarini menambahkan, cascara memiliki potensi pasar yang luas, termasuk melalui platform digital. “Kami berkomitmen mendampingi masyarakat sampai produk ini siap edar dan memenuhi standar mutu,” jelasnya.
Sebagai wujud dukungan, tim pengabdian menyerahkan sejumlah peralatan produksi seperti food dehydrator, cooper, dan mesin sealing kepada petani.
Perwakilan petani, Marulam Sinaga mengaku terbantu dengan adanya kegiatan ini. “Selama ini kulit kopi hanya untuk kompos. Sekarang kami bisa mengolahnya jadi teh herbal yang punya nilai jual. Ini membuka peluang usaha baru bagi kami,” katanya.
Melalui pelatihan ini, diharapkan petani Desa Parbaba Dolok semakin mandiri, terampil, dan mampu menciptakan produk berbasis kearifan lokal yang berdaya saing di pasaran.(id12)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.