
Ukuran Font
Kecil Besar
14px
JAKARTA (Waspada): Forum Keilmuan Islam terkemuka yang digagas Indonesia, Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) kini resmi bertransformasi menjadi AICIS+. Selama lebih dari dua dekade ini, AICIS menjadi forum keilmuan Islam paling bergengsi, bahkan sampai ke mancanegara.
“Branding baru ini bukan sekadar perubahan nama ini adalah reposisi intelektual yang mencerminkan arah baru dunia akademik Islam dalam menghadapi tantangan global abad ke-21,” ujar Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar, dalam acara peluncuran AICIS+ pada Rabu (9/7/2025), di Auditorium Kementerian Agama, Jakarta.
Scroll Untuk Lanjut Membaca
IKLAN
“AICIS+ adalah bentuk evolusi pemikiran Islam kita. Dengan menambahkan simbol ‘plus’, kita menegaskan bahwa konferensi ini kini mencakup ruang dialog yang lebih luas antara Islam, sains, dan masyarakat,” sambung Nasaruddin.
Sebelumnya, AICIS dikenal sebagai forum tahunan bertema Islamic Studies yang memusatkan kajian pada teks, pemikiran klasik, dan isu-isu internal dunia Islam. Namun pada edisi ke-24 ini, struktur dan esensi AICIS mengalami pembaruan besar.
AICIS+ hadir di tengah krisis global yang saling bertaut: krisis ekologi, krisis kemanusiaan, dan krisis moral.
“Dalam konteks ini, agama tidak cukup hanya menjadi wacana normatif. Agama harus menjadi kekuatan solusi,” tambah Menag Nasaruddin Umar.
Dengan mengangkat tema “Islam, Ekoteologi, dan Transformasi Teknologi: Inovasi Multidisipliner untuk Masa Depan yang Adil dan Berkelanjutan,” AICIS+ 2025 mengajak para akademisi lintas disiplin untuk berdialog tentang masa depan umat manusia dan planet bumi.
“Kita tidak bisa lagi memisahkan agama dari realitas global. AICIS+ adalah jembatan baru antara spiritualitas dan rasionalitas, antara iman dan inovasi,” ujar Menteri Agama Nasaruddin.
Transformasi AICIS menjadi AICIS+ membawa perubahan signifikan yaitu, S dari “Studies” kini menjadi “Science”. Penambahan satu “S” lagi untuk “Society” dan pendekatan interdisipliner dan transformatif. Selain itu, ada juga penguatan relevansi terhadap tantangan global.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, Amien Suyitno mengatakan, pergantian label ini menjadi wujud nyata perubahan paradigma.
“Kita ingin agar kajian Islam terlibat langsung dalam diskusi global tentang sains, perubahan iklim, teknologi, dan keadilan sosial,” lanjutnya.
Konferensi ini terbuka bagi para cendekiawan yang ingin mengirimkan abstrak dan makalah ilmiah dengan 8 sub-tema strategis, mulai dari ekoteologi dan ekofeminisme, hingga transformasi teknologi dan dekolonisasi studi Islam.
UIII (Universitas Islam Internasional Indonesia), sebagai tuan rumah AICIS+ 2025, memfasilitasi transformasi ini. Rektor UIII, Jamhari menyebut konferensi ini sebagai langkah strategis mempertemukan Islam dengan dinamika global kontemporer.
“AICIS+ menjadi ajang di mana Islam tidak hanya dibicarakan, tapi juga berbicara — kepada dunia, dengan bahasa sains dan solusi,” ujarnya.
Sebagai informasi, Periode Abstrak dilaksanakan pada 4 Juli – 15 Agustus 2025, Konferensi digelar pada 29–31 Oktober 2025.(j02)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.