
Ukuran Font
Kecil Besar
14px
MEDAN (Waspada): Pelaksanaan sekolah selama 5 hari masih menjadi pro kontra. Meski Kepala sekolah SMA Negeri mengaku telah siap melaksanakan, namun Tokoh Pendidikan Sumut, justru masih meragukan.
Kepala SMAN 13 Medan, Hj.Fauziah Hasibuan MSi, Sabtu (12/7) menyampaikan, pihaknya telah siap melaksanakan pembelajaran selama 5 hari. Bahkan hal itu telah disosialisasikan kepada orang tua siswa. Dengan jumlah siswa mencapai 1.266, sarana prasarana disebut telah memadai.
Scroll Untuk Lanjut Membaca
IKLAN
Selain itu, siswa disarankan bawa bontot akan tetapi kantin juga ada menyediakan nasi.
Hal senada disampaikan Kepala SMAN 1 Sunggal Deliserdang. Asron Batubara. Kata dia, semua sarana prasarana untuk siswa belajar 5 hari telah dipersiapkan.
Dari dari jumlah siswa sebanyak 1.296 orang ada 47 toilet yang bisa digunakan siswa. Selain itu siswa wajib bawa bontot ke sekolah agar tidak ada masalah saat jam makan siang. Dengan waktu belajar 5 hari, maka siswa akan belajar selama 9 sampai 10 jam setiap hari. Kecuali pada hari Jumat yang belajar hanya 6 jam dan setelahnya ada kegiatan ekskul.
Masih Ragu
Terpisah Tokoh Pendidikan Sumatera Utara, Dr.Burhanuddin Harahap, SAg, MPd menyampaikan melihat dan mengamati tentang program belajar 5 hari di sekolah adalah sesuatu yang harus dipikirkan secara mendalam apa latar belakang akan diberlakukan 5 hari belajar
Tentunya program ini harus jelas manfaat dan kerugiannya bagi siswa orang tua dan guru.
“Saya secara pribadi boleh jadi 5 hari belajar bertujuan untuk penghematan anggaran atau bertujuan juga untuk mengatasi kebosanan siswa yang selalu berada di kelas atau di lingkungan sekolah selama 6 hari,” sebutnya.
Karena kata Burhanuddin, informasi 5 hari belajar bagi SMA SMK dan sederajat belum jelas tujuannya maka program ini boleh jadi sebagai uji coba.
Program pembelajaran sangat diperlukan kontinuitas waktu yang selalu efektif untuk diperankan oleh siswa, guru dan begitu juga orang tua
Efisiensi pembelajaran untuk bersekolahan di negara Republik Indonesia masih dalam proses yang kajiannya harus betul-betul dilakukan.
Satu contoh efektivitas waktu belajar sangat banyak sekali libur yang terjadi akibat hari-hari besar agama hari-hari besar nasional dan budaya dan juga libur semester yang panjang efektifnya belajar hanya berkisar 10 bulan dalam satu tahun bahkan kurang dari 10 bulan.
“Bila dilakukan 5 hari belajar tentunya akan menambah efektivitas waktu belajar semakin sedikit. Maka peluang untuk para siswa bermain di luar ataupun di masyarakat , juga nongkrong di kafe akan lebih terbuka.Tentunya ini akan membuka kenakalan kenakalan generasi dikarenakan tidak terkendali waktunya itu persepsi saya,” ungkap Burhanuddin.
Akan tetapi apabila pengurangan 1 hari jam belajar di sekolah ada pengawasan baik dari sekolah dan orang tua apakah melalui laporan pekerjaan daripada siswa tersebut diberikan pada hari Senin berikutnya boleh jadi ini bisa bermanfaat, ini sebatas teori karena untuk pengawasan di luar itu sangat sulit dilakukan para guru dan orang tua.
“Oleh karenanya bahwa pendidikan itu adalah seumur hidup marilah kita pahami apa sebenarnya tujuan daripada pendidikan itu sendiri. Masih banyak perlu kita kaji tentang proses pembelajaran seperti fasilitas ruang kelas yang mumpuni sumber daya guru kualitas proses pembelajaran masalah 5 hari kerja atau 5 hari belajar belum sesuatu yang sangat diperlukan menurut saya biarlah seperti yang sudah dirancang zaman dahulu bahwa belajar itu 6 hari semoga bermanfaat,” tutupnya.(m22)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.