Umi Alya Setuju Wacana Pembimbing Perempuan Dampingi Calhaj

9 hours ago 4
Medan

Umi Alya Setuju Wacana Pembimbing Perempuan Dampingi Calhaj Pimpinan Pimpinan KBIHU Multazam, Hj Umi Alya bersama Ustad Dr.H.Syafii, Jumat(9/5) di Asrama Haji Embarkasi Medan. Waspada/Anum Purba

Ukuran Font

Kecil Besar

14px

MEDAN (Waspada): Pimpinan KBIHU Multazam, Hj Umi Alya bersama Ustad Dr.H.Syafii, Jumat (9/5) di Asrama Haji Embarkasi Medan, menyampaikan wacana pembimbing ibadah perempuan sangat perlu mengingat jamaah calon haji lebih banyak.

Hal ini menyikapi apa yang disampaikan Wakil Kepala BP Haji, Dahnil Anzar Simanjuntak. Ia prihatin dengan kebutuhan khusus jemaah perempuan, mengingat tingginya angka jemaah haji perempuan pada musim haji 1445 H/2024 M yang mencapai 120 ribu orang.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

“Agaknya perlu mulai dipikirkan pada periode-periode penyelenggaraan haji berikutnya itu adalah petugas, khususnya pembimbing ibadah perempuan. Supaya kemudian mereka mendapat asistensi yang lebih, tidak dibimbing oleh pembimbing laki-laki. Dan mereka akan lebih nyaman apabila pembimbingnya itu perempuan,” paparnya.

Terkait itu, Umi Alya menyampaikan,minimnya pembimbing haji perempuan memang menjadi perhatian serius, terutama karena data menunjukkan bahwa jamaah haji Indonesia setiap tahunnya didominasi oleh perempuan—banyak di antaranya berusia lanjut dan membutuhkan bimbingan yang lebih intensif, khususnya dari sesama perempuan karena faktor kenyamanan, sensitivitas, dan kebutuhan khusus selama ibadah.

Menurutnya, terkait hal ini pertama, kebutuhan nyata akan pembimbing perempuan memang diperlukan.

Banyak perempuan merasa lebih nyaman berkonsultasi atau bertanya tentang hal-hal sensitif (terutama yang berkaitan dengan fiqih wanita, kesehatan reproduksi, atau masalah pribadi) kepada sesama perempuan.

Jika tidak ada pembimbing wanita, mereka bisa enggan bertanya, yang berpotensi membuat ibadah hajinya kurang maksimal.

Kedua, masalah representasi dan keadilan layanan: Ketika mayoritas jamaah adalah perempuan, tapi pembimbing didominasi laki-laki, maka ada ketimpangan dalam pelayanan. Hal ini juga bisa berdampak pada efektivitas manasik, bimbingan ibadah, hingga bantuan dalam kondisi darurat selama di tanah suci.

Ketiga, kesiapan dan rekrutmen pemerintah, khususnya Kementerian Agama, perlu membuka lebih banyak ruang dan kuota untuk pembimbing haji perempuan, termasuk dengan pelatihan khusus dan sertifikasi. Ini juga menjadi peluang besar untuk memberdayakan dai’ah, ustazah, dan tenaga kesehatan perempuan dalam konteks ibadah haji.

Keempat, isu logistik dan kebijakan: Kadang, keterbatasan bukan hanya soal jumlah, tapi juga soal regulasi atau penempatan. Pembimbing wanita mungkin ada, tapi jumlahnya sangat sedikit dibanding kebutuhan atau ditempatkan tidak merata antar kloter.

“Minimnya pembimbing haji perempuan adalah masalah yang perlu segera diatasi demi memastikan kesetaraan dan kenyamanan dalam pelayanan ibadah haji. Ini bukan hanya soal jumlah, tapi juga soal kualitas bimbingan dan perhatian terhadap kebutuhan spesifik jamaah perempuan,” ujarnya.

Hal lain disampaikan Umi Alya dalam kloter 8, jamaah KBIHU Multazam sebanyak 270 orang dan telah mengikuti pelatihan manasik.(m22)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |