Tim PPM DPPM Universitas Samudra Lakukan Inovasi Blue Economy Untuk Pesisir Berdaya

2 weeks ago 13

LANGSA (Waspada.id): Tim Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (PPM DPPM) Universitas Samudra melakukan inovasi teknologi dalam produksi dan pemasaran ikan asin gulama (Johnius Trachycephalus P.) untuk mengatasi kemiskinan pada Poklahsar Rizki, di Desa Sungai Kuruk III Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang.

“Program Pemberdayaan ini merupakan Kemitraan PPM DPPM yang dilaksanakan oleh Tim Pengabdian Universitas Samudra  Langsa dengan dukungan pendanaan dari hibah Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementrian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi,” ujar Ketua Tim, Puti Andiny, SE, ME didampingi anggota Cut Gustiana, SP, M.Agr dan Liza Fitria, S.ST, MT Waspada.id, Selasa (2/9).

Lanjutnya, kegiatan pengabdian tersebut ini kita laksanakan di lokasi rumah produksi ikan asin gulama, di Desa Sungai Kuruk III Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiang dengan melibatkan anggota Poklahsar, Penyuluh dari Dinas Perikanan Aceh Tamiang, Dosen dan Mahasiswa Universitas Samudra.

Menurutnya, ikan asin gulama menjadi salah satu komoditi unggulan di Desa tersebut. Sebagai mana disampaikan Ketua Kelompok Poklahsar Rizki Lisa. Jadi memilih usaha ikan asin karena melimpahnya ikan gulama yang harganya sangat murah bahkan tidak laku dijual.

Sehingga, peluang inilah yang menjadi dasar Poklahsar ini membuka usaha pengolahan dan pemasaran ikan asin gulama karena di prediksikan dapat memberikan keuntungan yang besar bagi kelompok usaha.

Sedangkan menurut keterangan, Tri Rahmani, A.Md sebagai Penyuluh Dinas Perikanan Aceh Tamiang bahwa Poklahsar ini merupakan kelompok masyarakat produktif yang bergerak dalam bidang ekonomi.

“Kelompok ini didirikan oleh istri-istri para nelayan didasari karena lemahnya ekonomi keluarga dimana suami mereka hanya berprofesi sebaga nelayan yang penghasilan perkapitanya tidak mencukupi kebutuhan keluarga, pendapatan perkapita per bulan kelompok ini sekitar 300-400 ribu rupiah,” jelasnya.

Selain itu, proses pengolahan ikan asin poklahsar ini tergolong unik jika dibandingkan dengan pesaing, dan sangat berpotensi besar untuk laku di pasaran nasional maupun internasional, ikan asin di bersihkan dengan membuang insang dan seluruh sisik ikan dengan sangat rapi dan bersih.

“Lalu, menggunakan garam yodium dan sama sekali tidak menggunakan tawas atau pengawet tidak alami,” jelas Puti Andiny.

Sementara, Anggota Tim PPM DPPM Universitas Samudra lainnya, Cut Gustiana, SP, M.Agr menambahkan, kelompok ini menghadapi berbagai tantangan, termasuk keterbatasan teknologi dalam proses produksi, pengolahan ikan asin yang tidak higienis menjadi masalah yang sangat urgen untuk diatasi segera, dimana tempat produksi dilakukan di halaman langsung di atas tanah tanpa alas. Tentu, hal ini dapat mengkontaminasi ikan dengan bakteri dan dapat mempercepat ikan menjadi busuk dan tak layak konsumsi.

Kemudian, proses pengeringan ikan asin gulama masih menggunakan cara tradisional, pengeringan bergantung pada energi matahari, sehingga pada musim hujan proses pengeringan menjadi lambat, selain itu tempat pengeringan ikan asin yang tidak cukup hanya mampu menampung sekitar 5 kilogram ikan saja sehingga ikan diletakkan dalam wadah plastik sampai menunggu matahari terik.  

Hal ini mengakibatkan ikan menjadi busuk dan tak bisa lagi di gunakan, sehingga menimbulkan kerugian kelompok. Maka inovasi teknologi untuk pengeringan ikan asin ini harus segera di terapkan, yakni menggunakan mesin pengering dan juga mesin vacuum sealer agar ikan awet dan tahan lama.

Masalah lain yang dihadapi kelompok ini adalah keterbatasan akses pasar yang menghambat peningkatan pendapatan mereka, penjualan ikan asin geulame ini tidak langsung dijual ke konsumen akhir, melainkan melalui agen penampungan.

“Pola distribusi ini menyebabkan harga jual menjadi sangat rendah dan keuntungan yang diperoleh pun minim, akibatnya, pendapatan kelompok tidak berkembang secara optimal dan potensi bisnis mereka kurang dimanfaatkan. Selain itu, branding dan kemasan yang digunakan kelompok kurang menarik dan perlu direvisi sedikit agar lebih menarik pembeli,” jelasnya.

Anggota Tim PPM DPPM Universitas Samudra lainnya, Liza Fitria, S.ST, MT menyampaikan, dari sejumlah hasil penelitian sebelumnya menekankan bahwa adanya logo/merek dan desain kemasan dapat memperkuat daya saing suatu produk untuk berkompetisi dalam pasar sasarannya. Logo dan merek usaha sebenarnya dibutuhkan sebagai media pengenalan produk kepada pasar sasaran.

Oleh karena itu, sambungnya, tim pengabdian PPM DPPM memberikan inovasi teknologi untuk menyelesaikan masalah utama mitra. Tim melakukan edukasi tata kelola produksi melalui sosialisasi, Pendampingan peningkatan kesadaran atas kebersihan fasilitas dan tempat produksi, serta penguatan untuk terus memajukan usaha.

Selain itu, pelatihan menggunakan mesin mengering ikan asin, pendampingan pembuatan desain media pemasaran digital, pendampingan pembuatan logo/merek serta desain kemasan atas produk, pendampingan memperoleh sertifikasi Halal dan P-IRT, dan pendampingan membuat pembukuan arus kas atau catatan keuangan sederhana.

“Kegiatan ini memberikan dampak positif dan sangat bermanfaat untuk pengembangan usaha kelompok. Kami mengucapkan terimakasih pada pendanaan Hibah PPM DPPM Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi dan berharap kegiatan ini dapat dapat berlanjut untuk kedepannya,” imbuh Liza Fitria. (id75)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |