Hadapi Gelombang Transformasi, Pesantren Perlu Lakukan Lompatan Adaptif

3 hours ago 2
Pendidikan

16 November 202516 November 2025

Hadapi Gelombang Transformasi, Pesantren Perlu Lakukan Lompatan Adaptif Halaqah Penguatan Kelembagaan yang digelar di UIN Raden Intan Lampung, Sabtu (15/11/2025).

Ukuran Font

Kecil Besar

14px

LAMPUNG (Waspada.id): Tantangan baru yang menerpa dunia pesantren di tengah arus digitalisasi menjadi sorotan utama dalam Halaqah Penguatan Kelembagaan yang digelar di UIN Raden Intan Lampung, Sabtu (15/11/2025). Forum ini menegaskan bahwa pembentukan Direktorat Jenderal Pesantren merupakan kebutuhan mendesak agar pesantren mampu beradaptasi dengan perubahan teknologi, ekonomi global, dan pergeseran sosial masyarakat modern.

Rektor UIN Raden Intan Lampung, Prof. Wan Jamaludin, menegaskan bahwa pesantren sedang menghadapi gelombang transformasi digital yang menuntut kesiapan tata kelola, inovasi kurikulum, serta integrasi teknologi dalam sistem pendidikan Islam. Menurutnya, pesantren tidak cukup hanya bertahan pada kekuatan tradisi, tetapi harus melakukan lompatan adaptif agar tetap relevan dan kompetitif di era masyarakat digital.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Pesantren perlu menjadi pusat inovasi pendidikan Islam. Pembentukan Ditjen Pesantren akan mempercepat integrasi itu melalui penguatan riset, digitalisasi, ekonomi pesantren, dan kemitraan strategis,” tegasnya. Ia memastikan UIN Raden Intan siap menjadi mitra akademik bagi transformasi kelembagaan pesantren.

Narasi urgensi tersebut mengikat seluruh pandangan ulama, akademisi, dan pimpinan pesantren yang hadir. Acara yang menghadirkan para pimpinan pesantren, ulama, akademisi, serta pejabat Kementerian Agama ini memantik diskusi mendalam mengenai perlunya Ditjen Pesantren sebagai institusi yang fokus dan komprehensif dalam menjawab tantangan digital dan perubahan struktur sosial.

Kasubdit Salafiyah dan Kajian Kitab Kuning Direktorat Pesantren, Yusi Damayanti, menyampaikan bahwa kebutuhan terhadap Ditjen Pesantren sesungguhnya telah lama bergulir. “Selama ini pengelolaan pesantren masih tersebar di berbagai direktorat sehingga koordinasinya belum optimal. Dengan adanya Ditjen Pesantren, afirmasi kebijakan, mutu pendidikan salafiyah, hingga layanan terhadap pesantren dapat berjalan lebih cepat dan terarah,” ujarnya.

Yusi menegaskan bahwa pesantren merupakan ekosistem peradaban yang kini bersinggungan dengan isu ekonomi, digitalisasi, dan jejaring global. Transformasi kebijakan harus mengimbangi dinamika tersebut.

Dari sisi praktisi, Pimpinan Ponpes Darul Ishlah Simpang 5 Lampung, KH. Sodiqul Amin, menekankan pentingnya menjaga tradisi kitab kuning sembari membuka ruang bagi pembaruan metodologis. Ia menyoroti lima arah strategis, mulai dari modernisasi pembelajaran kitab kuning hingga digitalisasi khazanah keilmuan nasional, yang dinilai sangat relevan untuk menjawab tantangan digital dan sosial masa depan.

Pandangan historis disampaikan Pimpinan Ponpes Madarirujull Ulum Lampung, KH. Ihya Ulumudin, yang mengulas perjalanan pesantren sejak tradisi Ahlus Shuffah hingga madrasah klasik. Ia menegaskan bahwa penguatan kelembagaan pesantren harus bertumpu pada tiga fungsi utama: pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan masyarakat—tiga fungsi yang membutuhkan dukungan institusi kuat untuk menjawab perubahan zaman.

Halaqah di UIN Raden Intan Lampung ini akhirnya meneguhkan satu pesan kuat: tantangan era digital tidak hanya membutuhkan kesiapan internal pesantren, tetapi juga struktur tata kelola nasional yang lebih kokoh. Karena itu, pendirian Ditjen Pesantren dipandang sebagai tonggak penting menuju ekosistem pesantren yang modern, adaptif terhadap teknologi, namun tetap berakar pada turats dan nilai-nilai keilmuan Islam yang membentuk peradaban Nusantara.

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |