Hairul Iman: Di Tengah Maraknya Hoaks Dan Misinformasi, Mahasiswa Harus Mampu Saring Informasi

3 hours ago 1
Sumut

15 November 202515 November 2025

 Di Tengah Maraknya Hoaks Dan Misinformasi, Mahasiswa Harus Mampu Saring Informasi Hairul Iman Hasibuan saat memberikan pemahaman pentingnya menyaring informasi pada acara pengenalan jurnalistik pada mahasiswa di Mega Permata Hotel Padangsidimpuan, Sabtu (15/11/2025). Waspada.id/Mohot Lubis

Ukuran Font

Kecil Besar

14px

P.SIDIMPUAN (Waspada.id): Mahasiwa sebagai kaum intelektual generasi penerus bangsa diharapkan harus mampu menyaring informasi di tengah maraknya hoaks dan misinformasi di media sosial dalam era keterbukaan informasi publik.

Demikian dikatakan Hairul Iman Hasibuan, Dosen UIN Syahada Padangsidimpuan yang juga Penasehat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Tapanuli Bagian Selatan (Tabagsel) pada acara pengenalan jurnalistik pada mahasiswa di Aula Mega Permata Hotel, Padangsidimpuan, Sabtu (15/11/2025).

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Kegiatan pengenalan jurnalistik bertema “Mahasiswa dan Tantangan Literasi Media di Era Informasi Cepat” yang digelar PWI Tabagsel dan dibuka Kadis Kominfo Padangsidimpuan diwakili Mis Alia Siregar juga menghadirkan Ikhwan Nasurion dan Mohot Lubis sebagai pemateri.

Hairul Iman Hasibuan menjelaskan, maraknya hoaks, misinformasi, dan informasi provokatif yang beredar luas di media sosial menjadi tantangan yang harus dihadapi karena sudah banyak yang jadi korban informasi palsu karena kurang melakukan pengecekan sumber.

“Di media sosial kita sering melihat berita bohong yang tidak sesuai fakta. Contohnya pernah muncul kabar palsu tentang pesepakbola Kylian Mbappé yang diklaim meninggal dunia lengkap dengan video menyesatkan. Padahal informasinya tidak benar,” ujar Iman.

Ia juga mencontohkan hoaks internasional lain mengenai Michael Jackson yang disebut masih hidup, serta fenomena viral cahaya terang di langit yang diklaim sebagai ‘pesawat alien’. Menurutnya, narasi seperti itu mudah menyebar karena sebagian masyarakat menerima informasi berdasarkan keyakinan tanpa melakukan verifikasi.

“Informasi seperti itu tidak hanya dibahas di luar negeri, tetapi juga sampai ke daerah. Ini menunjukkan betapa dahsyatnya penyebaran berita bohong,” katanya.

Selain hoaks, Iman turut menyoroti misinformasi yakni penyebaran informasi keliru tanpa adanya niat jahat. Ia mengingatkan tentang pesan berantai lama terkait penjaga makam Nabi Muhammad yang disebut memperingatkan datangnya kiamat, yang masih ditemukan beredar melalui selebaran maupun media sosial.

“Ini pelajaran penting mengenai perlunya verifikasi. Satu informasi yang tidak dicek bisa berdampak luas dan meresahkan masyarakat. PWI juga mengimbau masyarakat untuk mewaspadai informasi provokatif, khususnya yang memanfaatkan isu sensitif seperti SARA, konflik sosial, atau kenaikan biaya pendidikan. Informasi jenis ini biasanya diproduksi untuk membangkitkan kemarahan publik,” tuturnya.

Melalui kegiatan tersebut, lanjut Iman, PWI mendorong mahasiswa untuk tidak hanya menjadi konsumen informasi, tetapi juga berperan sebagai penyaring dan pengawas informasi. Mahasiswa diharapkan mampu membedakan hoaks, disinformasi, dan upaya provokasi agar tidak mudah terpengaruh isu menyesatkan.

“Kemampuan memeriksa sumber, memanfaatkan data, dan memahami konteks adalah bagian penting dari literasi media. Ini sangat dibutuhkan di era informasi cepat seperti saat ini,” pungkasnya.(id46)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |