Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun 2025 menjadi periode emas bagi investor di negara berkembang. Indeks acuan global, MSCI Emerging Markets Index, mencatatkan sebuah reli bersejarah dengan berhasil membukukan kenaikan setiap bulan sepanjang tahun.
Ini adalah fenomena langka yang terakhir kali terjadi lebih dari tiga dekade lalu, pada tahun 1993, menandakan kembalinya kepercayaan investor global secara masif ke pasar negara berkembang.
Namun, di tengah pesta pora aset emerging markets secara global, Indonesia justru menghadapi sebuah paradoks yang membingungkan yakni investor asing ramai-ramai keluar dari pasar saham domestik, bahkan saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencetak rekor baru.
Hingga 31 Oktober 2025, investor asing mencatat net sell sebesar Rp 43,19 triliun. Sebagai perbandingan, hingga 24 Oktober 2024, investor asing mencatat net buy sebesar Rp 44,48 triliun.
Kondisi Makro Sempurna Picu Reli Bersejarah Indeks MSCI EM
Kebangkitan Indeks MSCI EM tahun ini didorong oleh konvergensi sejumlah faktor makroekonomi yang nyaris sempurna. Pemicu utamanya adalah perubahan arah kebijakan bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed).
Setelah periode pengetatan moneter, The Fed akhirnya melunak dan memangkas suku bunga acuannya pada akhir Oktober ke rentang 3,75%-4,00%. Keputusan ini secara instan melemahkan Dolar AS, sebuah katalis klasik yang mendorong investor global untuk memindahkan modalnya dari aset aman di AS ke negara berkembang yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi.
Kondisi ini menciptakan skenario "Goldilocks"-di mana ekonomi AS mendingin tanpa jatuh ke resesi-yang memberikan stabilitas bagi aset berisiko di seluruh dunia.
Analis dari Goldman Sachs mencatat bahwa ekuitas negara berkembang telah menguat selama sembilan bulan berturut-turut hingga Oktober, didukung oleh prospek laba perusahaan yang kuat dan valuasi yang menarik.
Ditambah dengan meredanya ketegangan perdagangan dan optimisme seputar potensi teknologi kecerdasan buatan (AI), sentimen risk-on pun menyebar luas, menjadikan saham-saham dalam Indeks MSCI EM sebagai primadona baru.
Paradoks Indonesia: IHSG Perkasa Saat Asing Jual Besar-besaran
Di saat Indeks MSCI EM berpesta, data arus modal di Bursa Efek Indonesia (BEI) justru menunjukkan anomali.
Anehnya, eksodus asing ini tidak membuat pasar domestik runtuh. Sebaliknya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tetap perkasa, IHSG memang ditutup melemah 0,25% atau 20,19 poin ke level 8.163,88 pada perdagangan Jumat (31/10/2025).
Namun, IHSG mencetak rekor demi rekor pada tahun ini bahkan menembus level bersejarah 8.200
Kapitalisasi pasar pun tetap jumbo, berada di angka Rp 14.857 triliun per akhir Oktober.
Lantas, mengapa asing pergi dan IHSG tetap kuat? Jawabannya bukan pada fundamental ekonomi Indonesia yang memburuk. Penyebab utama aksi jual asing bersifat teknikal yaitu rencana Morgan Stanley Capital International (MSCI) untuk mengubah metodologi perhitungan porsi saham publik (free float) khusus untuk saham-saham dari Indonesia.
Ketidakpastian ini memicu kekhawatiran bahwa bobot saham-saham unggulan Indonesia akan berkurang di indeks global, sehingga mendorong dana-dana pasif asing untuk melakukan penjualan preventif untuk mengantisipasi rebalancing portofolio.
Kekuatan IHSG sendiri datang dari dalam negeri. Pertumbuhan investor domestik yang masif-kini mencapai lebih dari 19 juta orang-telah menciptakan "benteng pertahanan" yang kokoh. Kekuatan beli dari investor ritel dan institusi lokal inilah yang mampu menyerap seluruh tekanan jual asing dan menjadi motor utama yang mendorong IHSG.
Implikasi: Pasar Modal RI Naik Kelas
Fenomena ini membuktikan bahwa pasar modal Indonesia telah naik kelas. Ketergantungan terhadap "hot money" asing yang volatil telah berkurang secara signifikan.
Investor domestik kini mendominasi total kepemilikan saham di Indonesia. Searah dengan arah edukasi dari BEI, kini setelah bertahun-tahun memberikan edukasi kepada generasi muda, kini Indonesia didominasi oleh Investor domestik terutama investor dari kalangan anak muda yang haus untuk investasi di pasar modal.
Pada akhirnya, tahun 2025 menjadi momen pendewasaan bagi pasar modal Indonesia. Di tengah reli terbaik Indeks MSCI EM dalam tiga dekade terakhir, Indonesia berhasil menunjukkan ketahanan dan kemandirian baru, ditopang oleh kekuatan investor domestik yang kini menjadi raja di negeri sendiri.
-
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(gls/gls)

6 hours ago
5

















































