Kronologi Trump Ancam Serang Nigeria, Ada Genosida Umat Kristen?

6 hours ago 1
Daftar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menyebut akan mengerahkan pasukan atau melancarkan serangan udara ke Nigeria untuk menghentikan apa yang ia klaim sebagai "pembunuhan besar-besaran terhadap umat Kristen."

Pernyataan Trump, yang disampaikan di atas pesawat kepresidenan Air Force One pada Minggu (2/11/2025) malam waktu setempat saat ia kembali ke Washington setelah berakhir pekan di Florida, kembali memicu ketegangan diplomatik antara Washington dan Abuja.

"Bisa saja. Maksud saya, banyak kemungkinan. Saya membayangkan banyak hal. Mereka membunuh umat Kristen dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya di Nigeria... Mereka membunuh umat Kristen dalam jumlah sangat besar. Kami tidak akan membiarkan itu terjadi," kata Trump, dilansir Reuters.

Ancaman itu memperkuat pernyataannya sehari sebelumnya di media sosial, di mana ia memerintahkan Departemen Pertahanan AS menyiapkan "aksi militer cepat" jika Nigeria gagal menghentikan kekerasan terhadap umat Kristen. Trump juga menegaskan bahwa AS akan memutus seluruh bantuan kepada negara Afrika Barat tersebut jika pemerintah setempat "terus mengizinkan pembunuhan umat Kristen".

Langkah itu bertepatan dengan keputusan pemerintahan Trump untuk memasukkan kembali Nigeria ke dalam daftar "Countries of Particular Concern" - negara-negara yang dinilai oleh Washington melakukan pelanggaran terhadap kebebasan beragama. Negara lain yang ada dalam daftar tersebut termasuk China, Myanmar, Korea Utara, Rusia, dan Pakistan.

Respons Nigeria

Menanggapi keras ancaman tersebut, juru bicara Kementerian Luar Negeri Nigeria, Kimiebi Imomotimi Ebienfa, mengatakan tudingan Trump tidak berdasar dan tidak mencerminkan kenyataan di lapangan.

"Kami tidak bangga dengan situasi keamanan yang sedang kami alami, tapi untuk mengikuti narasi bahwa hanya umat Kristen yang menjadi sasaran - tidak, itu tidak benar. Tidak ada genosida terhadap umat Kristen di Nigeria," ujarnya kepada Al Jazeera.

Ebyenfa menegaskan bahwa kekerasan yang terjadi di Nigeria tidak bersifat sektarian dan tidak pernah didukung oleh pemerintah.

"Kami telah menyampaikan dengan jelas bahwa memang terjadi pembunuhan di Nigeria, tetapi pembunuhan itu tidak terbatas pada umat Kristen saja. Pemerintah Nigeria tidak mensponsori atau membenarkan kekerasan tersebut. Pemerintah justru sangat menentang itu. Setiap warga Nigeria yang terbunuh di mana pun merupakan kehilangan bagi bangsa ini," katanya.

Ia menuding kelompok teroris seperti Boko Haram serta jaringan yang berafiliasi dengan al-Qaeda dan ISIL (ISIS) sebagai pelaku utama kekerasan di beberapa wilayah. "Mereka adalah pihak yang menyebabkan krisis ini," tambahnya.

Kedaulatan Negara

Juru bicara kepresidenan Nigeria, Daniel Bwala, menyatakan negaranya terbuka untuk bekerja sama dengan Amerika Serikat dalam memerangi terorisme, selama kerja sama itu menghormati kedaulatan nasional.

"Nigeria akan menyambut bantuan AS selama mereka mengakui integritas teritorial kami," kata Bwala kepada Reuters.

"Saya yakin ketika kedua pemimpin bertemu dan berdiskusi, akan muncul hasil yang lebih baik dalam tekad bersama untuk memerangi terorisme."

Sementara itu, Presiden Bola Tinubu menegaskan bahwa tudingan Trump tentang intoleransi agama tidak mencerminkan kenyataan di negaranya.

"Sejak 2023, pemerintahan kami terus menjalin komunikasi terbuka dengan para pemimpin Kristen dan Muslim serta menangani tantangan keamanan yang memengaruhi warga dari berbagai agama dan wilayah," ujarnya dalam pernyataan resmi.

"Pencitraan Nigeria sebagai negara yang tidak toleran terhadap agama tidak mencerminkan realitas nasional kami, juga tidak mempertimbangkan upaya tulus pemerintah dalam melindungi kebebasan beragama dan keyakinan bagi seluruh warga," tambahnya.

Nigeria, negara berpenduduk lebih dari 200 juta jiwa, memiliki pembagian demografis antara wilayah utara yang mayoritas Muslim dan selatan yang didominasi umat Kristen. Konflik bersenjata yang telah berlangsung lebih dari 15 tahun di timur laut sebagian besar dipicu oleh kelompok ekstremis.

Tuduhan Menyesatkan

Sejumlah pakar menilai retorika Trump berpotensi memperkeruh ketegangan sosial di Nigeria.

"Semua data menunjukkan bahwa tidak ada genosida terhadap umat Kristen di Nigeria," kata Bulama Bukarti, pengacara kemanusiaan dan analis konflik asal Nigeria.

"Ini adalah narasi ekstrem kanan yang berbahaya dan telah lama beredar, yang kini diperkuat oleh Presiden Trump."

Bukarti memperingatkan bahwa retorika seperti itu dapat memperparah instabilitas nasional.

"Kelompok bersenjata di negara ini menyerang semua warga tanpa pandang bulu. Mereka mengebom pasar, gereja, dan masjid. Mereka menyerang siapa pun yang mereka temui, baik Muslim maupun Kristen," ujarnya.

Senada dengan itu, peneliti senior Council on Foreign Relations (CFR), Ebenezer Obadare, menilai bahwa langkah Trump justru bisa menjadi bumerang bagi kepentingan AS sendiri.

"Inilah saatnya Nigeria membutuhkan bantuan, terutama bantuan militer," kata Obadare. "Langkah yang salah adalah menginvasi Nigeria dan mengabaikan otoritas pemerintahnya. Itu hanya akan menjadi kontraproduktif."


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Konvoi Besar-besaran Bandit Dibombardir Jet Tempur, 150 Orang Tewas

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |