Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah penurunan penjualan mobil nasional, ternyata mobilitas masyarakat Indonesia justru meningkat. Bahkan, jadi salah satu mesin pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, pertumbuhan ekonomi kuartal III-2025 mencapai 5,04% secara tahunan (year on year/yoy) dan 1,43% (qtq).
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh. Edy Mahmud mengungkapkan, industri pengolahan, pertanian, perdagangan, konstruksi dan tamban jadi kontributor terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan total share lapangan usaha mencapai 65,02% dari PDB
Dan, dari sumber pertumbuhan kuartal III,industri pengolahan jadi penopang pertumbuhan ekonomi RI terbesar yaitu 1,13%. Kemudian, perdagangan dengan kontribusi 0,72%. Informasi dan komunikasi 0,63%. dan pertanian 0,61%.
Di sisi lain, lanjut Edy, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2025 ini masih ditopang oleh konsumsi masyarakat. Konsumsi masyarakat tumbuh 4,89% (yoy) dengan kontribusi 82,23%.
"Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga tertinggi terjadi pada konsumsi untuk Transportasi dan Komunikasi sebesar 6,41%, yang tercermin dari peningkatan mobilitas penduduk, indeks penjualan eceran bahan bakar kendaraan, serta peningkatan jumlah penumpang angkutan rel dan laut," kata Edy dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Rabu (5/11/2025).
"Restoran dan Hotel tumbuh tinggi sebesar 6,32%, yang tercermin dari peningkatan perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) dibandingkan kuartal III-2024," tambahnya.
Penjualan Mobil Anjlok, Warga RI Tetap Jalan-Jalan
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), total wholesales atau penjualan dari pabrikan ke dealer sepanjang Januari-September 2025 tercatat 561.819 unit, turun 11,3% dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai 633.660 unit.
Sementara itu, penjualan ritel ke konsumen juga ikut melemah 10,9% menjadi 585.917 unit dari sebelumnya 657.448 unit.
Namun menariknya, di saat sektor otomotif melambat, pergerakan masyarakat justru menunjukkan arah sebaliknya.
Edy menjelaskan, mobilitas masyarakat meningkat signifikan selama tiga bulan terakhir, salah satunya tercermin dari naiknya jumlah perjalanan wisatawan nusantara.
"Pada 3 bulan ini mobilitas meningkat tercemin dari peningkatan perjalanan wisatawan nusantara. Kita kalau melakukan perjalanan di luar kabupaten dari tempat tinggal kita itu dianggap sebagai wisatawan nusantara. Jadi meningkat sebesar 21,84 persen secara year on year meningkatannya," ujar Edy.
Selain itu, sejumlah indikator ekonomi ikut bergerak naik seiring peningkatan mobilitas masyarakat.
"Indeks retail bahan bakar kendaraan kenaikan 12,10 persen. Jumlah penumpang rel kereta api dan laut masing-masing tumbuh 7,07 persen dan 12,97 persen. Ini menunjukkan adanya mobilitas kemudian juga ada konsumsi yang meningkatkan konsumsi rumah tangga pada subkomponen transportasi," sebutnya.
Peningkatan mobilitas penduduk kini bisa dipantau melalui teknologi mobile positioning data (MPD), yang merekam pergerakan masyarakat di seluruh wilayah.
"Kita punya data dari mobile positioning data, jadi MPD itu kita punya data mobilitas penduduk. Mobilitas penduduk selama triwulan tiga memang mengalami kenaikan. Jadi tanpa dilaporkan kita sebetulnya bisa dipantau mobilitas kita, termasuk saya. Kalau saya melakukan perjalanan kemana pun akan tercatat sebagai mobilitas," ujar Edy.
Ia menjelaskan bahwa data MPD dapat menunjukkan peningkatan aktivitas masyarakat di berbagai daerah, termasuk yang tidak tercatat lewat data transportasi formal seperti pesawat atau kereta.
"Nah mobilitas ini yang kemudian kita bisa menunjukkan data-data di triwulan tiga. Ini mobilitas penduduk itu meningkat dari data mobile positioning data. Jadi MPD kita punya datanya untuk mobilitas termasuk juga kalau tadi data-data penumpang," tambahnya.
Dengan kata lain, meski penjualan mobil sedang melambat, masyarakat tetap aktif bergerak. Mobilitas tinggi, baik karena aktivitas kerja, wisata, maupun konsumsi, menjadi bukti bahwa roda perekonomian domestik masih terus berputar. Hanya saja, kali ini bukan lewat pembelian mobil baru.
Foto: Rilis BPS Rabu (5/11/2025). (Tangkapan Layar Youtube BPS Statistic)
Rilis BPS Rabu (5/11/2025). (Tangkapan Layar Youtube BPS Statistic)
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Marak Diler Mobil Jepang di RI Tutup Diganti Mobil China, Ada Apa?

2 hours ago
3

















































