Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia merupakan negara yang memiliki kerentanan tinggi terhadap bencana, mulai dari gempa baik tektonik dan vulkanik. Hingga bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan longsor.
Seperti diketahui, Tanah Air terletak di zona pergerakan lempeng, dan sudah jadi pengetahuan umum merupakan bagian dari Cincin Api Pasifik alias Ring of Fire. Bahkan, Indonesia juga dikepung zona-zona sumber gempa besar alias megathrust. Di mana, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) ada dua segmen Megathrust yang disebut sedang menunggu waktu untuk melepas energi besarnya, yaitu Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut.
Kedua zona itu sudah lama tidak mengalami gempa selama berabad-abad dan punya frekuensi berbeda dibanding gempa lain yang biasanya punya siklus sendiri, misalnya, ratusan tahun.
Sementara itu, meski hanya mengenal 2 musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau, wilayah Indonesia pun tak lepas dari ancaman bencana akibat musim. Curah hujan yang lebat dan terus menerus bisa memicu banjir dan longsor di sejumlah wilayah, begitu juga panas terik berkesinambungan bisa dengan mudah memicu kebakaran lahan dan hutan di sebagian wilayah Indonesia. Seperti yang sedang terjadi saat ini, sejumlah wilayah dilaporkan telah mengalami banjir dan tanah longsor akibat tingginya curah hujan yang berlangsung lama alias ekstrem.
Dengan kondisi ini, warga Indonesia pun diimbau selalu waspada dan siap siaga, termasuk memahami tanda-tanda kondisi alam sekitar agar tetap selamat saat bencana menghantam.
BMKG pun telah berulang kali mengimbau agar masyarakat meningkatkan kewaspadaan akan perubahan kondisi cuaca, ikut menjaga lingkungan, serta memahami cara-cara menghindari dampak bahaya saat gempa, banjir, atau kejadian bencana terjadi. Dan, agar selalu memantau peringatan dini dari BMKG. Jika harus melakukan evakuasi, Pemerintah Daerah diminta sigap dalam penyelamatan warga dan warga diminta mengikuti aturan-aturan yang ditetapkan saat terjadi kondisi bencana.
"Kalau sudah ada peringatan dini, hindari keluar rumah. Itu bahasa mudahnya, menghindari berbagai hal yang berpotensi menimpa kita. Juga, jaga lingkungan. Bersihkan selokan air dari sumbatan-sumbatan saat sebelum hujan. Kalau hujan lebih baik di rumah," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat Jumpa Pers Kesiapsiagaan Hadapi Puncak Musim Hujan 2025/2026, Sabtu (1/11/2025).
Langkah Mitigasi Gempa dan Hujan
Salah satunya kesiapsiagaan yang diimbau BMKG adalah dengan menyediakan tas siaga bencana.
Berikut rangkuman dari CNBC Indonesia mengenai kesiapsiagaan bencana dari unggahan BMKG di akun-akun media sosial resmi:
-
Lakukan Langkah-Langkah Ini Saat Gempa
BMKG sendiri sudah melakukan langkah mitigasi dengan menempatkan sensor peringatan, edukasi ke masyarakat, mengecek secara berkala sistem peringatan dini yang sudah dihibahkan ke pemerintah daerah, hingga melakukan simulasi terhadap warga yang berada di zona buta atau blind zone.
Secara terminologi, blind zone adalah wilayah di sekitar titik gempa bumi yang tidak sempat menerima peringatan dini. Ini disebabkan karena gelombang gempa sudah lebih dulu sampai alias bergerak sangat cepat sebelum sistem mengirimkan peringatan.
"Kalau terlalu dekat dengan pusat gempa, waktu itu tidak cukup untuk menghindari guncangan," ujar BMKG.
Atas dasar ini, BMKG meminta masyarakat jangan menunggu peringatan. Jika terasa guncangan kuat, maka lakukan DROP-COVER-HOLD ON untuk melindungi diri.
Sesuai namanya, DROP berarti merunduk supaya tidak jatuh akibat goyangan kuat. Lalu, COVER berarti melindungi kepala dan leher sembari mencari perlindungan di bawah meja atau benda kokoh agar terhindari dari benda jatuh. Sementara HOLD ON berarti memegang erat penyangga atau meja tempat berlindung agar tetap aman.
"Dengan menerapkan langkah ini, kita bisa melindungi diri dari bahaya paling umum saat gempa, yaitu tertimpa, terjatuh, atau terbentur benda. Keselamatan bisa kita upayakan. Jadi, biasakan diri untuk selalu ingat Drop, Cover, and Hold setiap kali terjadi gempa," tulis BMKG.
-
Mitigasi Bencana Hidrometeorologi
Terkait hujan, BMKG mengimbau masyarakat dan pemerintah daerah (Pemda) mewaspadai potensi genangan, banjir, dan tanah longsor, khususnya di wilayah rawan bencana serta daerah dengan sistem drainase yang belum optimal.
"BMKG di tingkat provinsi dan wilayah terus melakukan koordinasi dan komunikasi rutin dengan pemerintah daerah, BPBD, dan instansi terkait. Baik melalui rapat koordinasi, grup komunikasi cepat, maupun sistem informasi daring untuk memastikan langkah antisipatif berjalan efektif," ungkapnya.
"Setiap kali terdeteksi adanya potensi hujan lebat, angin kencang, atau fenomena signifikan lainnya, BMKG selalu menyampaikan peringatan dini secara real-time kepada pemerintah daerah dan masyarakat melalui berbagai kanal resmi , mulai dari InfoBMKG, media sosial, hingga jaringan komunikasi lintas sektor," tutur Andri.
Tak hanya itu, imbuh dia, BMKG juga terus menggencarkan diseminasi informasi dan edukasi cuaca ke masyarakat.
"Agar seluruh pihak dapat meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan sejak dini, khususnya dalam menghadapi puncak musim hujan yang diprakirakan terjadi dalam waktu dekat," kata Andri.
Siapkan Tas Siaga Bencana
Salah satu hal penting yang kerap terluput adalah tas siaga bencana.
Mengutip unggahan Instagram resmi PPID BMKG, tas siaga bencana berisi barang-barang penting untuk keselamatan dan ketahanan dalam keadaan darurat bencana. Ada cukup banyak barang-barang yang perlu disiapkan, antara lain:
Pakaian (untuk 3 hari)
Makanan instan & minum (cukup untuk 3 hari)
Kotak P3K (termasuk obat pribadi)
Dokumen penting (KTP, KK, Surat Nikah, Ijazah, dll satukan di pouch anti air)
Senter + baterai (antisipasi mati listrik)
Sarung tangan/selimut (sebagai penghangat)
Uang cash
HP & Power-bank
Personal Hygiene (sanitizer, pembalut, popok)
Survival Kit (navigasi, pembuat api, pisau, pluit)
Radio portable (antisipasi tidak ada sinyal telepon/internet).
Untuk disabilitas, perlu mempersiapkan beberapa barang yang lebih spesifik:
Alat Komunikasi Beserta Charger: Digunakan untuk komunikasi darurat
Peluit: Digunakan untuk memberi sinyal darurat
Pakaian Lengkap: Bawa pakaian lengkap minimal untuk 3 hari
Radio Portabel: Memantau informasi ketika jaringan sulit
Foto Keluarga: Untuk proses identifikasi anggota keluarga
Pembalut & popok: Untuk perempuan, bayi, atau lansia
Senter & Baterai: Penerangan Darurat
Makanan & Minuman: Bawa makanan dan air untuk 1-3 hari.
Kotak РЗК: Kebutuhan medis pribadi
Masker: Melindungi pernapasan dari debu
- Disabilitas tuli:
Kartu Penyandang Disabilitas (KPD): digunakan sebagai Identitas Disabilitas
Alat Bantu Komunikasi: Bawa buku dan pulpen untuk bantu komunikasi darurat.
Alat Bantu Dengar: Periksa rutin alat bantu cadangan agar siap saat darurat.
Alat Penanda Disabilitas: Bawa identitas disabilitas untuk memudahkan bantuan darurat.
- Disabilitas Netra:
Kartu Penyandang Disabilitas (KPD): digunakan sebagai Identitas Disabilitas
Alat Bantu Lihat: Gunakan alat bantu lihat, saat keadaan darurat
- Disabilitas Intelektual:
Kartu Penyandang Disabilitas (KPD): digunakan sebagai Identitas Disabilitas
Obat rutin khusus
Buku catatan untuk jadwal obat dan info alergi
List makanan khusus: Catat makanan pemicu alergi/gangguan
- Disabilitas fisik:
Kartu Penyandang Disabilitas (KPD): digunakan sebagai Identitas Disabilitas
Popok sekali pakai
Kain atau sarung
Obat rutin serbaguna
Tips penting untuk tas bencana:
Gunakan tas yang tahan air
Letakkan tas di tempat yang mudah dijangkau
Sesuaikan berat isinya untuk anak-anak
Periksa kondisi tas secara berkala.
Foto: Segmen Megathrust di Indonesia. (Dok. BRIN)
Segmen Megathrust di Indonesia. (Dok. BRIN)
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kenapa di Negara Jepang Sering Terjadi Gempa? Ini Penjelasannya

6 hours ago
5

















































