Janji Tinggal Janji Medan Masih Kusam

3 weeks ago 14
Medan

25 Agustus 202525 Agustus 2025

Janji Tinggal Janji Medan Masih Kusam Farid Wajdi. Waspada.id/ist

Ukuran Font

Kecil Besar

14px

MEDAN (Waspada.id): Sudah lebih satu semester duet Rico Waas-Zakiyudiddin Harahap menakhodai Medan. Mereka hadir dengan jargon perubahan, menebar janji untuk mengangkat kesejahteraan keluarga, menata wajah kota, serta mengembalikan rasa aman di tengah masyarakat.

Demikian Farid Wajdi selaku Founder Ethics of Care/Anggota Komisi Yudisial 2015-2020, pada Minggu (24/8).

Disebutkan, namun, fakta di lapangan bicara lain: Medan masih terjebak dalam lingkaran masalah klasik yang tak kunjung tertangani.

Mari kita telisik janji mereka. Kepada para ibu rumah tangga, Rico pernah berucap lantang bahwa keluarga-keluarga Medan akan lebih sejahtera.

Realitasnya, harga kebutuhan pokok masih mencekik, pekerjaan layak sulit didapat, sementara UMKM—yang seharusnya menjadi tulang punggung ekonomi rakyat—jalan terseok tanpa akses pembiayaan dan pasar yang memadai.

Program pemberdayaan ibu yang digadang-gadang hanya sebatas pelatihan seremonial, tanpa tindak lanjut berarti yang mengubah dapur-dapur warga miskin menjadi lebih bergairah.

Janji menata kota? Lihatlah Medan hari ini. Jalan rusak, trotoar terbengkalai, sampah menumpuk di sudut-sudut kota. Medan kian kusam, jauh dari wajah metropolitan yang digembar-gemborkan.

Alih-alih lahir tata kota yang modern, yang ada justru kelanjutan proyek-proyek mangkrak warisan wali kota sebelumnya. Dari revitalisasi pasar tradisional hingga pembangunan ruang terbuka publik, semuanya terbengkalai, menjadi monumen dari buruknya perencanaan dan lemahnya eksekusi birokrasi.

Sayangnya, pemerintah baru tampak gagap melanjutkan—atau sekadar memberi kepastian penyelesaian.

Bagaimana dengan keamanan dan ketertiban sosial? Di kampung-kampung kota, aksi begal masih menghantui, peredaran narkoba menjalar ke generasi muda, sementara tawuran antarwarga menjadi pemandangan yang semakin sering terdengar.

Kehadiran aparat belum cukup memberi rasa tenteram, dan kebijakan pemerintah kota tidak menyentuh akar masalah: pengangguran, kesenjangan sosial, dan minimnya ruang partisipasi anak muda dalam pembangunan kota.

Medan butuh pemimpin yang berani keluar dari lingkaran retorika, bukan sekadar mengulang pola lama: menabur janji, menuai sorak, lalu terjebak dalam birokrasi yang korup dan inefisien. Satu tahun kepemimpinan Rico-Zakiyudiddin belum membuktikan terobosan berarti.

Publik wajar bertanya: apakah duet ini sekadar melanjutkan tradisi janji kosong yang diwariskan rezim sebelumnya?

Warga bukan hendak menutup mata terhadap upaya yang telah dilakukan.

Beberapa inisiatif seperti perbaikan drainase dan penataan transportasi publik memang berjalan, meski belum menampakkan hasil signifikan.

Namun, rakyat tentu berhak menagih janji yang diucapkan sendiri oleh para pemimpin. Medan tidak bisa lagi menunggu dalam ketidakpastian, sementara problem urbanisasi, lingkungan, dan sosial kian menumpuk.

Kini, pilihan ada pada Rico-Zakiyudiddin: apakah mereka ingin dikenang sebagai pemimpin yang gagal menepati janji atau sebagai pasangan yang berani membuat terobosan meski penuh risiko politik?

Tahun pertama adalah cermin, dan cermin itu memantulkan wajah kusam, penuh noda janji yang tak kunjung terpenuhi. Jika arah kebijakan tidak segera dikoreksi, maka lima tahun kepemimpinan ini hanya akan menjadi catatan kelam dalam sejarah kota. Padahal, Medan layak mendapatkan yang lebih baik.(id18)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |