Ilmuwan Warning Wilayah RI Bakal Ditabrak Benua Raksasa, Ini Dampaknya

1 hour ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Australia sedang bergerak perlahan ke utara menuju Asia dengan kecepatan yang cukup mengejutkan. Penelitian menunjukkan benua Australia bergeser sekitar 7 cm per tahun ke arah utara, kecepatan yang setara dengan pertumbuhan kuku manusia.

Meskipun pergerakan ini tampak tidak signifikan dalam jangka pendek, dalam jutaan tahun ke depan, hal tersebut akan memicu perubahan geologis besar yang dapat membentuk ulang lanskap, iklim, serta keragaman hayati benua tersebut dengan cara yang berdampak jangka panjang.

Secara keseluruhan, pergeseran Australia ke arah Asia merupakan proses geologis yang akan membentuk ulang tidak hanya benua itu sendiri, tetapi juga wajah alam maupun teknologi dunia.

Penemuan mengenai pergerakan Australia ke utara sebenarnya bukan hal baru. Pada 2009, Zheng-Xiang Li, ahli geologi dari Curtin University, menjelaskan bahwa proses tersebut merupakan bagian dari siklus alami di mana benua-benua bergerak saling menjauh dan pada akhirnya bertabrakan.

Ini adalah fenomena yang berulang dalam sejarah Bumi, dan tabrakan Australia dengan Asia hanyalah salah satu episode dalam sejarah geologi purba tersebut. "Suka atau tidak, benua Australia akan bertabrakan dengan Asia," ujar Li, dikutip dari India Times, Selasa (18/11/2025). Artinya pergerakan ini tidak dapat dihentikan.

Australia telah bergerak ke utara selama sekitar 50 juta tahun di atas Lempeng Indo-Australia. Dalam jangka sangat panjang, tabrakan antara lempeng ini dan Lempeng Eurasia akan memicu sejumlah perubahan besar, termasuk gempa bumi, pembentukan pegunungan baru, serta aktivitas vulkanik.

Efeknya juga akan dirasakan pada ekosistem. Indonesia, sebagai wilayah yang berada tepat di antara kedua lempeng tersebut, diprediksi akan mengalami perubahan besar dalam keragaman hayati.

Satwa khas Australia seperti kanguru dan wombat bisa saja berinteraksi dengan fauna Asia, menciptakan kompetisi baru antarspesies. Beberapa hewan mungkin mampu beradaptasi, sementara yang lain berpotensi punah.

Para peneliti menyebut peristiwa ini berpotensi menjadi "titik balik biodiversitas" di kawasan Asia-Australia.

Dampak pergeseran Australia tidak hanya berlaku di masa depan. Pada 2016, ilmuwan menemukan bahwa pergerakan benua ini telah menggeser koordinat GPS Australia hingga 1,5 meter dari posisi sebenarnya. Pemerintah setempat bahkan harus mengubah koordinat resmi negara sebesar 1,8 meter agar tetap akurat.

Ke depan, sistem navigasi, peta satelit, hingga infrastruktur yang bergantung pada akurasi posisi harus diperbarui secara berkala. Sektor-sektor seperti mobil otonom, penerbangan, hingga pertanian presisi sangat rentan terhadap kesalahan posisi meski dalam skala kecil.

Meski dampaknya dirasakan secara bertahap, pergerakan Australia menuju Asia menjadi salah satu proses geologi besar yang akan mengubah bentuk wilayah, kehidupan alam, dan teknologi di kawasan Asia termasuk Indonesia.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Muncul Gunung Baru di Jawa Tengah, Pakar Geologi Ungkap Faktanya

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |