Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengingatkan masyarakat yang tinggal di lereng atau daerah rawan wajib mewaspadai hujan deras yang turun terus menerus selama lebih dari satu jam. Kondisi ini disebut sebagai pemicu utama kejadian banjir dan tanah longsor.
BNPB juga mengimbau agar memperhatikan indikator fisik lingkungan sekitar, seperti munculnya retakan baru pada tanah, miringnya pohon atau tiang, dan suara gemuruh aneh dari lereng. Pengamatan dan respons cepat terhadap tanda-tanda alam diharapkan untuk mengantisipasi kejadian bencana banjir dan tanah longsor.
BNPB mencatat perkembangan bencana yang melanda sejumlah wilayah di Indonesia. Dalam 24 jam terakhir hingga pukul 07.00 WIB hari ini, Selasa (18/11/2025), ada 18 kejadian bencana di berbagai wilayah Indonesia, dengan 3 kejadian baru dan 8 di antaranya adalah perkembangan penanganan bencana yang memiliki dampak signifikan.
Dilaporkan, bencana terjadi di Subang (Jawa Barat), Kabupaten Maros (Sulawesi Selatan), Kabupaten Bolaang Mongondow (Sulawesi Selatan), Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Cilacap, dan Kabupaten Purbalingga di Jawa Tengah, serta Kabupaten Pangandaran (Jawa Barat).
Mulai dari kejadian angin puting beliung, angin kencang, banjir, hingga tanah longsor, memaksa ratusan warga harus mengungsi, rumah-rumah rusak berat dan ringat, hingga korban luka dan meninggal. Bahkan, masih ada korban hilang yang saat ini dalam pencarian oleh Tim SAR.
Bencana tanah longsor di Kabupaten Banjarnegara hingga saat ini dilaporkan menelan 2 korban jiwa dan 28 orang masih dinyatakan hilang. Sementara, bencana tanah longsor di Kabupaten Cilacap yang terkonfirmasi makan 16 korban meninggal dan 7 masih dalam pencarian.
"Secara umum, prakiraan cuaca untuk dua hari ke depan menunjukkan bahwa mayoritas wilayah Indonesia masih berada dalam periode musim hujan yang aktif, dengan potensi hujan ringan hingga sedang mendominasi," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam keterangan resmi, Selasa (18/11/2025).
"Pulau-pulau besar seperti Sumatra, Jawa, dan Kalimantan diperkirakan mengalami hujan yang bervariasi intensitasnya, dengan fokus kewaspadaan pada hujan sedang hingga lebat yang berpotensi terjadi pada siang hingga malam hari, yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang," tambahnya.
Dia pun mengimbau warga di beberapa daerah di Sumatra Utara, sebagian besar Pulau Jawa, Kalimantan Barat, dan Sulawesi diimbau untuk waspada terhadap bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor.
"Masyarakat di seluruh Indonesia dianjurkan untuk selalu memantau pembaruan peringatan dini cuaca ekstrem dari instansi terkait dan meningkatkan kesiapsiagaan diri, terutama saat beraktivitas di luar ruangan," kata Abdul Muhari.
Peringatan Dini BMKG
Sementara itu, dalam rilis terbaru Prospek Cuaca Mingguan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan agar mewaspadai potensi peningkatan risiko cuaca ekstrem. Terutama untuk periode sepekan ke depan, mulai 18 November hingga 24 November 2025. Di antaranya dipicu oleh pengaruh kombinasi MJO, Kelvin, dan Rossby
"Selama satu minggu ke depan, potensi perkembangan awan hujan di berbagai wilayah Indonesia diperkirakan masih signifikan. Kondisi ini dipengaruhi oleh perpaduan fenomena atmosfer skala global, regional, dan lokal yang secara bersamaan mendukung pertumbuhan awan konvektif," tulis BMKG.
Pada skala global, kontribusi peningkatan pembentukan awan hujan dari Samudera Hindia dengan indikator Dipole Mode Index (DMI) saat ini tercatat sebesar −1.57. Meskipun kondisi El Nino-Southern Oscillation (ENSO) berada dalam kategori netral, dengan nilai indeks Nino 3.4 sebesar -0.42, kontribusi dari Samudera Pasifik berdasarkan indeks Southern Oscillation Index (SOI) menunjukkan nilai signifikan, yaitu +13.9.
"Kedua hal tersebut mengindikasikan adanya aliran massa udara signifikan masuk ke wilayah Indonesia, baik dari Samudra Hindia maupun dari Samudra Pasifik. Penguatan Monsun Asia yang ditandai dengan nilai WNPMI yang signifikan serta dominasi komponen angin zonal baratan di wilayah Indonesia semakin meningkatkan pasokan uap air dari Samudra Hindia dan memicu pembentukan awan hujan," terang BMKG.
Sementara, meski Madden-Julian Oscillation (MJO) berada pada fase 6 (Western Pacific), namun secara spasial fenomena ini diperkirakan aktif di Samudra Hindia barat Sumatra Barat, Sumatra Barat, Laut Arafuru, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan dalam beberapa hari ke depan, sehingga berpotensi meningkatkan peluang terjadinya hujan di wilayah tersebut.
Selain itu, Gelombang Rossby Ekuator yang berpropagasi ke arah barat diprediksi aktif di Samudra Hindia barat Sumatra Aceh hingga Bengkulu, Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bengkulu bagian utara, Riau, Kep. Riau, Jambi, Laut Natuna, Laut China Selatan, Selat Malaka, Selat Karimata, Kalimantan Barat bagian Utara, Laut Andaman, Teluk Thailand, Laut Sulu, dan Kalimantan Utara.
"Hal ini menyebabkan adanya potensi peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut," tulis BMKG.
Tidak hanya itu, Gelombang Kelvin yang berpropagasi ke arah timur juga diprediksi aktif di wilayah Samudra Hindia Barat Bengkulu, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Laut Flores, Laut Bali, Laut Timor, Laut Sawu, dan Laut Banda yang berpotensi menyebabkan peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut. Kombinasi antara MJO, Gelombang Kelvin, dan Gelombang Rossby Ekuator pada wilayah dan periode yang sama diprediksi akan terjadi di wilayah Laut Andaman, Laut Natuna, Laut China Selatan, Laut Bali, Laut Sawu, Laut Banda, Laut Timor, Selat Malaka, Aceh, Sumatra Utara, Kep. Mentawai, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Papua Tengah, Papua Selatan, dan Laut Arafuru, yang berkontribusi pada peningkatan pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.
Di sisi lain, Bibit Siklon Tropis 97S terpantau berada di Samudra Hindia selatan Laut Timor. Selain itu terdapat sirkulasi siklonik yang juga terpantau di Samudra Hindia barat Lampung yang cenderung bergerak ke selatan Jawa Barat, serta sirkulasi siklonik di Laut Cina Selatan. Semua fenomena ini membentuk daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) yang memanjang di sebagian besar wilayah Indonesia. Dengan kelembapan udara yang cukup dan labilitas lokal yang relatif kuat, proses pembentukan awan konvektif menjadi lebih signifikan.
"BMKG mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem, meliputi hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir, angin kencang, serta gelombang laut tinggi di sejumlah wilayah Indonesia. Imbauan ini didasarkan pada hasil pemantauan dan analisis dinamika atmosfer terkini," tulis BMKG.
"Masyarakat diharapkan senantiasa mengikuti informasi prakiraan dan peringatan dini cuaca melalui kanal resmi BMKG, sekaligus menjaga kebersihan lingkungan dan memastikan saluran drainase tetap berfungsi dengan baik guna meminimalkan risiko terjadinya genangan maupun bencana hidrometeorologi lainnya," demikian imbauan BMKG.
Peringatan Cuaca Sepekan ke depan
Periode 18-20 November 2025
Cuaca di Indonesia umumnya didominasi oleh kondisi berawan hingga hujan ringan.
"Perlu diwaspadai adanya peningkatan hujan dengan intensitas sedang yang terjadi di Riau, Kep. Riau, Jambi, Sumatra Selatan, DKI Jakarta, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, dan Papua Selatan," sebut BMKG.
Selain itu, hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang dapat terjadi di:
- Siaga hujan lebat - sangat lebat:
Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Kep. Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku Utara, Maluku, Papua Pegunungan, dan Papua.
- Angin Kencang
Bengkulu, Lampung, Banten, Kep. Riau, Banten, DK Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Maluku, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Papua Pegunungan.
Periode 21-24 November 2025
Cuaca di Indonesia umumnya didominasi oleh kondisi berawan hingga hujan ringan.
BMKG mengingatkan waspada peningkatan hujan dengan intensitas sedang yang terjadi di Aceh, Sumatra Utara, Riau, Kep. Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Kep. Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, dan Papua Selatan
Selain itu, hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang dapat terjadi di:
- Siaga hujan lebat - sangat lebat:
Sumatra Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Papua Pegunungan, dan Papua.
- Angin Kencang
Sumatra Utara, Sumatra Barat, Lampung, Banten, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, dan Papua Pegunungan.
"Prospek di atas merupakan kondisi secara umum. Untuk informasi cuaca lebih detail dapat diakses melalui website BMKG, aplikasi mobile infoBMKG dan sosial media @/infoBMKG," tulis BMKG.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hujan Deras Picu Banjir Dahsyat, Kota Tenggelam-Korban Jiwa Berjatuhan

1 hour ago
1

















































