Guru SDN 125554 Pematangsiantar Motivasi Siswa Berkarya Lewat Pembelajaran STEM

4 hours ago 3

PEMATANGSIANTAR (Waspada.id): Dengan semangat belajar yang tak pernah padam, Agustina Situmorang, guru kelas IV merupakan salah satu dari beberapa guru di UPTD SDN 125554 Pematangsiantar, yang berhasil menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics) di sekolahnya.

Langkah ini ia mulai setelah mengikuti Program Penguatan Pembelajaran Berbasis STEM beberapa pendidik lainnya yang dilaksanakan Fasda Perubahan (Fasper) Tanoto Foundation dari Tim Geulisnum Pisan.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Tim yang beranggotakan Renny LB. Sinaga, S.Pd (Ketua), Pattricia Sirait, S.Pd (Sekretaris), Berliana Saragih (Bendahara), dan Sri Rezeki, S.Pd (Anggota) itu memberikan pelatihan intensif mengenai penerapan STEM untuk meningkatkan literasi dan numerasi guru-guru di Pematangsiantar.

Menurut Agustina, pendekatan STEM yang dibimbing Fasda Tanoto Foundation ini membuat proses belajar di kelasnya menjadi jauh lebih hidup. Anak-anak dinilai lebih antusias dan termotivasi mengikuti pelajaran.

“Pembelajaran berbasis STEM ini membuat anak-anak semakin tertarik dan meningkatkan minat belajar mereka. Pelajaran jadi tidak membosankan,” ujarnya.

Agustina merasakan perubahan besar dalam cara ia merancang pembelajaran. Ia merasa lebih kreatif, pedagogiknya meningkat, dan ia mampu menciptakan proyek-proyek menarik yang membuat anak-anak aktif bereksperimen.

Proyek Kreatif: Dari Mobil Rakitan hingga Es Krim

Salah satu proyek yang ia kembangkan bersama guru-guru lainnya dan didampingi Tim Fasda Tanoto Foundation ini adalah pembuatan mobil sederhana yang dapat bergerak maju dan mundur. Proyek itu memadukan unsur matematika, sains, hingga rekayasa (engineering).

“Anak-anak mampu menciptakan karya seperti mobil rakitan, bagaimana mobil itu bisa melaju atau mundur. Semua dipadukan dengan pembelajaran matematika,” jelasnya.

Tidak hanya itu, pada mata pelajaran IPAS, Agustina mempraktikkan proses perubahan wujud benda padat menjadi cair melalui kegiatan membuat es krim. Dengan bahan sederhana seperti susu cair, es batu, dan garam, siswa dapat memahami konsep ilmiah sambil merasakan hasilnya.

Selain itu, ia bersama murid-murid juga membuat kincir angin sebagai bagian dari materi gerak dan usaha.

Salah satu hal yang ia syukuri dari pelatihan STEM adalah kemampuan memanfaatkan barang bekas sebagai media pembelajaran.

“Kami bisa memanfaatkan barang-barang bekas sehingga membantu mengurangi sampah. Ini juga salah satu program STEM,” katanya.

Agustina meyakini pembelajaran STEM sangat bermanfaat untuk masa depan siswa. Bukan hanya meningkatkan kreativitas, tetapi juga kemampuan kolaborasi, komunikasi, serta mempersiapkan mereka menghadapi dunia berbasis teknologi.

Tantangan Waktu dan Dedikasi

Meski banyak manfaat, penerapan STEM juga menuntut komitmen besar. Agustina mengakui aktivitasnya di rumah sempat terganggu karena harus menyiapkan proyek dan bahan ajar.

“Jujur terganggu, karena waktunya lebih banyak tersita. Harus memikirkan besok mau buat apa lagi untuk anak-anak. Tapi tetap dua-duanya jadi prioritas—rumah dan sekolah,” ungkapnya.

Bagi Agustina, profesi guru adalah ladang rezeki dan tanggung jawab moral. “Tuhan kasih rezeki lewat sini. Jadi tetap harus dijalani sejalan,” tambahnya.

Agustina telah mengabdikan dirinya sebagai guru selama 17 tahun. Setelah lama menjadi tenaga honor, ia akhirnya lulus seleksi P3K pada 2023.

Harapannya sederhana namun kuat: agar pembelajaran STEM tidak berhenti di projek-projek awal. “Semoga ke depan berkelanjutan, bisa diterapkan juga di PKN, Bahasa Indonesia, dan pelajaran lainnya,” ujarnya.

Dengan dedikasi yang ia tunjukkan, Agustina Situmorang menjadi sosok inspiratif yang membuktikan bahwa inovasi pendidikan bukan hanya soal metode, tetapi juga ketulusan dan komitmen seorang guru untuk membuka masa depan yang lebih cerah bagi murid-muridnya.

Sementara itu, Kepala UPTD SDN 125554 Pematangsiantar menyampaikan kebanggaannya terhadap penerapan STEM di sekolahnya.

“Begitu saya memahami konsep STEM, saya langsung ajak semua guru untuk berkolaborasi. Ternyata respon mereka luar biasa. Dalam tiga bulan, siswa sudah bisa menciptakan berbagai karya teknologi sederhana. Pembelajaran jadi menyenangkan dan anak-anak terlihat bahagia,” ujarnya.

Ia menambahkan, awalnya pelatihan hanya direncanakan untuk tiga guru kelas (III, IV, dan V), namun karena tingginya minat, akhirnya seluruh guru di sekolah tersebut ikut dilatih.

“Kami bahkan berencana menerapkan pembelajaran STEM di semua kelas, karena hasilnya sangat positif,” ungkapnya.

Menurut Kepala Sekolah, integrasi STEM sejalan dengan Kurikulum Merdeka dan memperkuat mutu pendidikan di sekolah.
“Dengan STEM, anak-anak diajak berpikir kritis, bereksperimen, dan berinovasi. Kami berharap program ini berkelanjutan dan bisa diterapkan di seluruh sekolah dasar di Kota Pematangsiantar,” pungkasnya. (id09)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |