Google Makin Ditinggal, Ramai-ramai Pindah ke Penggantinya

3 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Kejayaan Google sebagai penguasa mesin pencari mulai runtuh. Kehadiran teknologi kecerdasan buatan (AI) dan media sosial era baru seperti TikTok menjadi alternatif netizen untuk mencari rekomendasi, tutorial, hingga informasi mendalam terkait suatu topik.

Selain itu, tekanan bertubi-tubi dari Uni Eropa dan AS terkait monopoli Google juga menambah tantangan bagi raksasa Mountain View tersebut.

Terbaru, Apple berencana memasukkan pencarian berbasis AI ke browser Safari mulai tahun depan, sebagai alternatif pencarian default menggunakan Google.

Hal ini diungkapkan wakil presiden senior layanan Apple, Eddy Cue dalam persidangan antimonopoli Google. Cue bersaksi untuk pembayaran sebesar US$20 miliar dari Google ke Apple untuk membuat Search sebagai layanan mesin pencari default di Safari.

Dikutip dari The Verge, Kamis (8/5/2025), sejumlah penyedia layanan pencari AI telah berdiskusi dengan Apple, yakni Perplexity, OpenAI dan Anthropic.

"Sampai sekarang, fitur itu belum cukup baik," kata Cue.

Menurut Cue, pengembangan AI generatif masih dalam tahap awal. Perjanjian dengan sejumlah perusahaan dilakukan Apple untuk memastikan memiliki opsi lain untuk penyedia layanan.

Apple diketahui ikut serta dalam perkembangan teknologi AI. Salah satunya mengintegrasikan Siri dengan ChatGPT.

Selain itu, rencananya Gemini milik Google juga akan hadir di iPhone. CEO Sundar Pichai mengonfirmasi Google kian dekat dengan kesepakatan tersebut.

Cue menambahkan pencarian di Safari mengalami penurunannya bulan lalu. Fenomena itu diklaimnya terjadi baru pertama kali dalam 22 tahun.

Gen Z Tinggalkan Google Pindah ke Penggantinya

Terpisah, laporan The Verge berkolaborasi dengan tim Research dan Insights dari Vox Media serta Two Cents Insights, mengungkap adanya perubahan tren dalam cara netizen mencari informasi di tengah pesatnya perkembangan teknologi, termasuk AI.

Laporan tersebut menyimpulkan, kekuatan kini mulai beralih kembali ke tangan pengguna. Masyarakat makin mengutamakan komunitas yang memiliki nilai dan kredibilitas tinggi dalam menyerap informasi yang dapat dipercaya.

"Teknologi warisan seperti Google dan platform sosial lainnya mulai kehilangan kepercayaan masyarakat. Banyak orang yang beralih ke chatbot AI dan komunitas kecil, serta platform semacam TikTok," kata laporan The Verge.

Kesimpulan yang didapat The Verge dan mitranya dihasilkan dari survey 2.000 pengguna internet di Amerika Serikat. Secara angka, 42% mengatakan mesin pencari seperti Google makin tak berguna.

Sebanyak 66% mengatakan kualitas informasi di internet kian buruk dan sulit mencari sumber informasi yang bisa diandalkan. Sebanyak 55% memilih bertumpu pada komunitas mereka untuk mencari informasi terbaru, lebih dari platform pencarian seperti Google.

Sementara itu, 52% telah beralih ke chatbot AI dan platform alternatif seperti TikTok untuk mencari informasi, ketimbang mengandalkan Google.

Menurunnya tingkat kepercayaan pengguna internet terhadap Google tidak datang dari ruang hampa. Sebanyak 76% responden mengatakan lebih dari seperempat hasil pencarian mereka di Google ketika hendak belanja online menunjukkan konten bersponsor atau sengaja dipromosikan secara berbayar.

Hanya 14% dari konten bersponsor tersebut yang dinilai benar-benar membantu pengalaman pencarian pengguna.

Sebanyak 61% Gen Z dan 53% milenial mengatakan mereka menggunakan tool AI untuk menggantikan Google dalam mencari informasi terkait topik yang spesifik.

Saat ini, sudah banyak tool AI yang beredar di pasaran dan bisa dijadikan alternatif pengganti mesin pencari Google. Selain Perplexity dan OpenAI yang populer, ada juga mesin pencari AI yang relatif belum banyak terdengar. Misalnya iAsk.Ai, Komo AI, Brave Search, Andi Search, hingga You.com.


(fab/fab)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Risiko Serangan Siber Berbasis AI Kian Ngeri, RI Siap Hadapi?

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |