Kayu Merah Jadi "Emas Baru": Harta Karun Malah Bawa Kutukan

4 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Kayu cendana putih yang populer karena keharumannya ternyata punya saudara yang jauh lebih langka, red sandalwood atau Pterocarpus santalinus.

Kayu berwarna merah darah ini telah lama dipuja dalam budaya India, menjadi simbol status, spiritualitas, hingga komoditas bernilai miliaran rupiah di pasar global. Namun, kelangkaannya kini menjadikannya salah satu kayu paling diburu sekaligus paling dilindungi di duna.

Secara historis, red sandalwood berasal dari India bagian selatan, khususnya negara bagian Andhra Pradesh. Kayu ini hanya tumbuh di kawasan tropis kering berbatu dengan kondisi tanah tertentu.

Karena keterbatasan habitat, populasinya sangat terbatas dibanding cendana putih (Santalum album). Dilansir dari IUCN Red List, spesies ini kini masuk kategori "terancam" akibat eksploitasi berlebih dan maraknya perdagangan ilegal.

Kegunaan red sandalwood sangat beragam. Dalam pengobatan tradisional Ayurveda, kayu ini dipercaya memiliki khasiat anti-inflamasi, penurun panas, serta obat kulit. Serbuknya juga dipakai sebagai pewarna alami, sementara minyaknya digunakan untuk parfum dan aromaterapi.

Di sisi lain, kiran kayu merah ini bernilai tinggi di pasar seni, terutama di China, tempat furnitur berbahan kayu ini dianggap lambang kemewahan dan prestise.

Permintaan yang tinggi tidak hanya datang dari India dan China.

Pasar global untuk red sandalwood mencakup Jepang hingga negara-negara di Timur Tengah dan Eropa, dengan kegunaan mulai dari alat musik tradisional, dupa, hingga produk kecantikan. Dilansir dari International Tropical Timber Organization (ITTO), harga red sandalwood di pasar internasional bisa mencapai lebih dari US$20.000 per ton, menjadikannya salah satu kayu paling mahal di dunia.

Setelah 12-15 tahun, kayu dari pohon matang bisa dijual antara INR (Indian Rupee) 3.000-INR 7.000 per kg, bahkan hingga INR 10.000 per kg untuk kualitas terbaik. Bila dirupiahkan angkanya bernilai Rp570 ribu - Rp1,9 juta per kilogram. Harganya sangat mahal sehingga dianggap setara emas.

Sebagai catatan, harga emas Antam Logam Mulia harganya berkisar Rp 1,9-2 juta/gram.

Namun, tingginya permintaan juga menimbulkan masalah serius. Pembalakan liar atau illegal logging menjadi fenomena yang meluas, terutama di India.

Dilansir dari Times of India, sindikat penyelundupan red sandalwood kerap beroperasi lintas negara, dengan tujuan utama ekspor ke China. Hal ini memicu kerusakan ekologi dan mengancam keanekaragaman hayati di kawasan asalnya.

Pterocarpus santalinus dinyatakan pada level Endangered (EN) di beberapa penilaian IUCN dan periode terakhir kembali masuk kategori terancam akibat tekanan pembalakan ilegal dan kehilangan habitat.

Perdagangan gelap kulit kayu merah telah menyebabkan penurunan populasi liar yang tajam. Fakta ini juga terlihat dari banyaknya mismatch antara angka ekspor resmi India dan impor yang dilaporkan negara tujuan. Dampak sosialnya komunitas lokal kehilangan sumber mata pencaharian berkelanjutan dan muncul konflik lahan/penegakan hukum.

Selain India, beberapa negara lain mencoba membudidayakan red sandalwood, meski skalanya masih jauh di bawah. Sri Lanka, Nepal, Myanmar, dan China tercatat memiliki upaya penanaman terbatas.

Sementara itu, Australia lebih dikenal sebagai produsen besar sandalwood putih, bukan merah. Artinya, hingga kini India tetap menjadi produsen dominan, baik dari sisi legal maupun ilegal.

Pemerintah India merespons dengan memperketat regulasi ekspor, menggalakkan reforestasi, serta mendorong budidaya oleh komunitas lokal. Dilansir dari Forest Survey of India, program konservasi menargetkan ribuan hektare lahan untuk penanaman kembali, meski keberhasilannya masih bergantung pada dukungan pasar terhadap produk legal dan berkelanjutan.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(emb)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |