JAKARTA (Waspada.id) : Festival Film Wartawan (FFW) 2025 kembali digelar sebagai wujud penghormatan terhadap dedikasi insan film dan jurnalis dalam memperkaya khazanah sinema nasional, di Jakarta, Minggu (9/11). FFW ini tidak sekadar menjadi ajang penghargaan, tetapi juga momentum memperkuat hubungan historis antara dunia jurnalistik dan dunia perfilman Indonesia yang telah terjalin sejak masa awal kemerdekaan.
FFW turut menjadi ruang penting bagi para wartawan untuk memberikan apresiasi terhadap karya sinema tanah air. Melalui festival ini, dunia pers menunjukkan perannya sebagai mitra strategis dalam penguatan ekosistem perfilman, baik melalui kritik, liputan, maupun dokumentasi perkembangan industri film nasional.
Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN
Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon menyampaikan apresiasi yang mendalam kepada seluruh insan perfilman dan insan pers yang terus menjaga semangat kolaborasi dalam membangun perfilman Indonesia, salah satunya melalui FFW.
Ia menilai bahwa festival tersebut memiliki peran penting dalam memberikan penghargaan dan penghormatan atas kerja keras, serta kreativitas para sineas dan jurnalis yang telah mengabdikan diri di dunia film.
“Saya merasa bangga dan terhormat dapat hadir di Festival Film Wartawan 2025. Ajang ini bukan hanya merayakan karya sinema, tetapi juga menegaskan jalinan sejarah antara dunia jurnalistik dan dunia perfilman Indonesia,” ujar Fadli.
Fadli menambahkan, sejarah panjang film Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran para wartawan. Sejak era perjuangan kemerdekaan, wartawan dan sineas telah berjalan beriringan dalam mengabarkan kisah bangsa dan menyalakan semangat nasionalisme.
Ia mencontohkan sosok Usmar Ismail sebagai figur sentral yang menjadi simbol keterkaitan erat antara jurnalisme, kebudayaan, dan perfilman Indonesia.
“Sejarah mencatat, film Indonesia tumbuh dari pena wartawan. Nama besar Usmar Ismail menjadi saksi, ia adalah wartawan, sutradara, sekaligus pejuang kemerdekaan yang menjadikan film sebagai alat perjuangan, bukan sekadar hiburan,” ungkapnya.
Fadli menjelaskan bahwa baik wartawan maupun sineas memiliki tanggung jawab moral yang sama dalam menggugah kesadaran publik.
“Wartawan dan film sesungguhnya adalah dua sisi dari satu mata uang. Keduanya samasama menulis realitas, menggali nurani, menyalakan imajinasi, dan menyampaikan pesan yang mampu membangkitkan semangat serta memperkaya wawasan masyarakat,” tuturnya.
Fadli juga menyampaikan rasa hormat kepada Presiden Timor Leste, José Ramos-Horta yang hadir secara langsung di malam anugerah, dan kehadirannya menjadi simbol persahabatan dan pertukaran budaya antara Indonesia dan Timor-Leste.
“Sebuah kebanggaan dan kehormatan bagi kami atas kedatangan anda di Festival Film Wartawan. Atas nama Kementerian Kebudayaan, kami juga mengucapkan selamat kepada Timor Leste yang telah menjadi anggota baru ASEAN. Kita memiliki akar budaya yang sama, dan saya berharap di masa depan kita bisa melakukan kolaborasi produksi film bersama untuk mempererat persaudaraan dua bangsa,” ungkap Fadli.
Fadli juga menyampaikan rencana pembentukan Museum Persahabatan Indonesia–Timor Leste di Taman Mini Indonesia Indah yang akan menjadi simbol hubungan kultural dua negara.
“Kami akan membangun Museum Persahabatan Indonesia–Timor Leste sebagai wadah untuk menampilkan kedekatan sejarah dan budaya kita. Saya berharap, pada kunjungan berikutnya, Presiden Ramos-Horta dapat hadir untuk meresmikan museum ini bersamasama,” katanya.
Ketua Festival FFW, Benny Benke, menjelaskan bahwa FFW 2025 mengkurasi lebih dari 150 film nasional dari berbagai genre sebelum akhirnya memilih pemenang dalam sejumlah kategori utama. FFW memberikan berbagai penghargaan kepada para pelaku film Tanah Air, termasuk Lifetime Achievement Award bagi tokoh pers dan insan film nasional yang berjasa besar bagi dunia sinema.
Dalam malam anugerah tahun ini, penghargaan diberikan untuk tiga kategori utama: horor, komedi, dan drama. Untuk kategori horor, penghargaan Aktris Utama Terbaik
diberikan kepada Acha Septriasa, Aktor Utama Terbaik kepada Fedi Nuril, dan Film Terbaik diraih oleh Santet Segoro Pitu. Kategori komedi dimenangkan oleh Mawar De Jongh dan Omara Esteghlal sebagai Aktris dan Aktor Utama Terbaik, sementara Film Terbaik jatuh kepada Tinggal Meninggal.
Kategori drama menempatkan Sheila Dara Aisha dan Ringgo Agus Rahman sebagai Aktris dan Aktor Utama Terbaik, dengan Sore: Istri dari
Masa Depan terpilih sebagai Film Terbaik.
Selain kategori tersebut, FFW juga memberikan Anugerah Pengabdian Seumur Hidup kepada Ipik Tanoyo di bidang pers dan Christine Hakim di bidang film, serta Anugerah
Khusus Juri kepada film Siapa Dia. (id87)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.




















































