
Ukuran Font
Kecil Besar
14px
MEDAN (Waspada.id): Volume ekspor karet alam asal Sumatera Utara pada Juli 2025 tercatat 19.786 ton, mengalami penurunan 9,22% secara bulanan (MoM) dibandingkan Juni 2025 yang mencapai 21.795 ton.
“Meski tertekan secara bulanan, kinerja ekspor Juli 2025 tetap mencatatkan pertumbuhan 2,47% secara tahunan (YoY) dibandingkan Juli 2024 yang sebesar 19.308 ton,” ujar Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah, Senin (1/9/2025).
Edy menyebutkan, penurunan ini menunjukkan bahwa volume ekspor masih jauh di bawah kondisi normal, di mana rata-rata pengapalan bulanan karet Sumatera Utara dapat mencapai 42 ribu ton.
Beberapa faktor utama penyebab penurunan meliputi keterlambatan pengapalan (delay shipment) akibat keterbatasan kontainer dari pihak liner, melemahnya permintaan dari sejumlah negara tujuan utama, serta rendahnya pasokan dari kebun karet.
“Anomali iklim – musim kemarau yang disertai hujan – membuat banyak petani menghentikan penyadapan pada hari-hari hujan. Selain itu, petani juga mengalami penurunan motivasi akibat harga karet yang bertahan rendah,” paparnya.
Meski demikian, sambungnya, terdapat sinyal positif dari sisi harga. Rata-rata harga karet pada Juli 2025 tercatat 167,32 sen AS per kg, naik dibandingkan 161,49 sen AS per kg pada Juni 2025. Tren kenaikan berlanjut hingga akhir Agustus, dengan harga penutupan pada 29 Agustus 2025 di level 173,6 sen AS, memberikan optimisme bagi petani dan pelaku industri.
Dari sisi pasar, Juli 2025 mencatat pengiriman ke 23 negara. Kawasan Eropa menyumbang sekitar 14,49% dari total ekspor, dengan distribusi ke 11 negara: Italy (2,96%), Turkey (2,93%), Spain (2,45%), Luxembourg (2,04%), Germany (1,22%), Belgium (1,02%), Poland (0,71%), Bulgaria (0,41%), France (0,35%), Finland (0,20%), dan Romania (0,20%). Sementara itu, lima negara tujuan utama global tetap didominasi oleh: Japan (35,94%), USA (25,45%), India (7,91%), Brazil (6,42%), dan China (3,67%).
“Walaupun terjadi perlambatan pengapalan dan pasokan, tren harga yang membaik diharapkan akan mendorong petani kembali aktif menyadap dan meningkatkan pasokan di bulan-bulan mendatang,” ujarnya.
Selain itu, para eksportir di Sumatera Utara tengah mempercepat persiapan menghadapi EU Deforestation Regulation (EUDR) yang akan berlaku mulai 30 Desember 2025. Regulasi ini mengharuskan pelacakan rantai pasok hingga tingkat kebun, sehingga industri karet Sumatera Utara berupaya memperkuat sistem traceability dan kepatuhan keberlanjutan.
“Dengan tren harga yang menguat dan tidak ada lagi delay shipment, ekspor karet Sumatera Utara diproyeksikan akan membaik pada kuartal IV 2025 dan walaupun sulit ke level normal,” pungkasnya. (id09)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.