
Ukuran Font
Kecil Besar
14px
MEDAN (Waspada.id): Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (Sumut) menegaskan, hingga 12 Agustus 2025 tidak ada kasus penyakit penyakit yang disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. (chikungunya) yang terkonfirmasi di wilayah ini.
Pernyataan ini disampaikan sebagai klarifikasi atas informasi yang menyebut Sumut masuk lima besar daerah dengan kasus chikungunya terbanyak.
Scroll Untuk Lanjut Membaca
IKLAN
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Sumut, Novita Rohdearni Saragih menjelaskan data yang beredar merujuk pada jumlah suspek chikungunya, bukan kasus yang sudah dipastikan lewat pemeriksaan laboratorium.
“Berdasarkan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) pada EBS, kasus chikungunya terkonfirmasi di Sumut tahun ini adalah nol. Sementara pada IBS, jumlah suspek chikungunya tercatat 1.218 kasus,” ujarnya, Rabu (13/8).
Novita menyebut, dibandingkan tahun 2024, kasus chikungunya justru menurun. Tahun lalu, tercatat 27 kasus terkonfirmasi yang tersebar di Tapanuli Utara (13 kasus), Samosir (12 kasus), dan Batu Bara (2 kasus).
“Tahun ini sampai pertengahan Agustus tidak ada kasus terkonfirmasi,” tegasnya.
Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan virus chikungunya dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes. Penyakit ini dapat menimbulkan demam tinggi, nyeri sendi parah, ruam kulit, hingga komplikasi serius.
Meski gejalanya biasanya reda dalam hitungan minggu, sebagian penderita dapat mengalami nyeri sendi berkepanjangan hingga berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
Dinkes Sumut terus melakukan pemantauan suspek chikungunya, penyelidikan epidemiologi, pendistribusian logistik seperti Rapid Diagnostic Test (RDT) dan insektisida, serta edukasi masyarakat melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J).
Masyarakat diimbau rutin melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan metode 3M+, menguras, menutup, mendaur ulang, dan menaburkan bubuk abate serta langkah pencegahan lain seperti menggunakan obat nyamuk, kelambu, pakaian tertutup, dan menjaga kebersihan lingkungan.
“Kami mengajak masyarakat tetap menjaga kesehatan, segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan bila mengalami demam tinggi mendadak, dan konsisten melakukan langkah preventif agar Sumut tetap bebas kasus chikungunya,” pungkas Novita.
Berikut data yang tersebar dari Kemenkes RI yang merinci sejumlah wilayah yang mencatat kasus chikungunya tertinggi sepanjang 2025:
Jawa Barat: 6.674 kasus
Jawa Tengah: 3.388 kasus
Jawa Timur: 2.903 kasus
Sumatera Utara: 1.074 kasus
Banten: 838 kasus
Sementara DKI Jakarta ‘hanya’ mencatat 144 kasus. (id20)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.