Tim dokter IDI Pidie foto bersama sebelum memulai layanan Mobile Clinic untuk pengungsi banjir di Pidie Jaya, Minggu (7/12). Waspada.id/Ist
Ukuran Font
Kecil Besar
14px
PIDIE JAYA (Waspada.id): Ancaman krisis kesehatan semakin nyata di wilayah pengungsian pascabanjir Pidie Jaya (Pijay), ratusan warga mulai mengeluhkan gangguan kesehatan yang beragam, dari penyakit kulit, ISPA, hingga penyakit tidak menular seperti hipertensi dan penyakit jantung koroner.
Menjawab situasi tersebut, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Pidie menerjunkan tim besar melalui Mobile Clinic dan Baksos Tahap II, Minggu (7/12), dengan dukungan penuh Satgas Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Aceh yang memperkuat penanganan kasus gangguan pernapasan.
Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN
Ketua IDI Pidie, dr. T. Jauhardin, SpBS, menyebut kondisi kesehatan pengungsi “mulai memasuki fase rawan” dan membutuhkan intervensi cepat di lapangan.

Di Gampong (Desa-red) Rhieng, Meureudu, 44 warga mendapatkan layanan. Mayoritas mengeluhkan infeksi kulit dan ISPA, disertai dua ibu hamil yang memperoleh pemeriksaan.
Di Desa Blang Awe, jumlah pasien melonjak hingga 103 orang, dengan dominasi dermatitis kontak, ISPA, serta tanda-tanda peningkatan tekanan darah pada kelompok dewasa.
Di Desa Blang Cut, tim fokus menyalurkan bantuan kebutuhan dasar: air minum, makanan, pakaian layak pakai, biskuit, dan nasi kotak. Selain penyakit kulit dan ISPA yang meningkat tajam, tim medis juga mencatat keluhan baru yang muncul pada banyak pengungsi dewasa, yaitu. Hipertensi (banyak ditemukan pada pengungsi usia 40–65 tahun), Penyakit Jantung Koroner (keluhan nyeri dada dan sesak yang berulang), Osteoartritis (keluhan sendi akibat mobilitas terbatas di lokasi pengungsian)
Kondisi ini dipengaruhi stres, kelelahan, minimnya obat rutin, dan fasilitas tidur yang kurang memadai. Dua dokter paru Satgas PDPI Aceh memperkuat penanganan lapangan. Mereka menangani puluhan kasus ISPA, batuk berat, hingga dispnea yang muncul pada kelompok rentan termasuk lansia dan pengungsi dengan riwayat penyakit jantung. Satgas PDPI menilai kualitas udara di tenda pengungsi yang lembap dan minim ventilasi menjadi faktor risiko utama.
Formasi Tim Medis
Operasi kesehatan besar ini melibatkan gabungan dokter spesialis, dokter umum, dan tenaga kesehatan pendukung:
3 Spesialis Kulit, 2 Spesialis Paru (Satgas PDPI Aceh), 2 Spesialis Saraf, 2 Spesialis Penyakit Dalam, 1 Spesialis Obgyn, 1 Orthopedi,1 Patologi Klinik, 1 Bedah Saraf, 1 Gizi Klinik.
Selanjutnya, 1 Jantung, 1 Anestesi, 2 Dokter umum, 3 Tenaga kesehatan, 4 Tim support. Kemudian, IDAI Pidie Jaya menurunkan, 2 Spesialis Anak memberikan pelayanan langsung. Kegiatan ini didukung oleh RSUD Tgk. Chik Ditiro Sigli, RSUD TAS, RS Citra Husada Sigli, Deha Group, IDAI Pidie Jaya, serta Satgas PDPI Aceh.
Ketua IDI Pidie menegaskan bahwa penguatan layanan kesehatan di pengungsian akan terus dilakukan. “Penyakit kulit, ISPA, hipertensi hingga jantung mulai muncul bersamaan. Kami tidak boleh terlambat. Selama masyarakat membutuhkan, tim dokter akan tetap berada di lapangan,” tegas dr. Jauhardin.(id69)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.






















































