Belajar dari Singapura, Begini Siapkan Sarjana di Era Gempuran AI

2 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Di era kecerdasan buatan (AI) dan perubahan teknologi yang begitu cepat, universitas tak lagi sekadar tempat mengejar nilai. Singapura contohnya yang kini memprioritaskan relevansi pendidikan terhadap dunia kerja ketimbang posisi di peringkat global.

Presiden National University of Singapore (NUS) Professor Tan Eng Chye mengatakan, fokus utama pemerintah bukan pada ranking universitas. Menurutnya kini kemampuan lulusan untuk segera bekerja dan bertahan di tengah disrupsi industri menjadi fokus utamanya.

"Yang penting bagi kami adalah apakah lulusan bisa mendapatkan pekerjaan dan mempertahankannya. Universitas bertanggung jawab membantu alumni meningkatkan keterampilan agar tidak tertinggal," ujarnya dalam diskusi dengan media di rangkaian kegiatan NUS Innovation Forum Jakarta 2025, Jumat (24/10/2025).

Setiap tahun, kata ia, Kementerian Pendidikan Singapura melakukan survei terhadap lulusan NUS enam bulan setelah wisuda. Hasilnya menjadi tolok ukur keberhasilan universitas dalam membentuk manusia yang adaptif, bukan sekadar akademis. "Kami melihat pendidikan sebagai proses seumur hidup," imbuhnya.

Open AI. (REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo)Foto: Open AI. (REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo)
Open AI. (REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo)

AI dan Cara Belajar Baru di Kampus

Wakil Rektor Bidang Inovasi Pendidikan sekaligus Dekan NUS College Professor Simon Chesterman menegaskan, perubahan paling besar justru terjadi dalam ruang kelas. Menurutnya, hal-hal mendasar harus dimulai dimana para mahasiswa belajar.

"Dulu universitas menyiapkan mahasiswa untuk dunia kerja. Sekarang, dunia kerja berubah lebih cepat dari materi kuliah itu sendiri," katanya.

NUS pun kini menawarkan lebih dari 175 modul berbasis AI dan menerapkan pendekatan T-shaped education, yakni model pembelajaran lintas disiplin yang menekankan koneksi antar ilmu. "Mahasiswa kami didorong untuk belajar di luar kelas, bereksperimen, bahkan menjelajahi dunia. Karena kemampuan manusia seperti kreativitas dan empati justru tak bisa digantikan AI," jelasnya.

Transformasi pendidikan itu juga diwujudkan lewat kolaborasi regional. NUS menjalin kerja sama dengan sejumlah universitas besar di Indonesia seperti Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Gadjah Mada.

Selain itu, NUS juga mengelola jaringan Block 71 di Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta. Itu adalah ekosistem inovasi yang mempertemukan mahasiswa, peneliti, dan startup untuk berkolaborasi dan berkembang secara global.

"Kami ingin membangun hubungan yang lebih kuat antara Singapura dan Indonesia. Dunia terus berubah, dan tidak ada universitas yang punya semua jawaban," ujar Chesterman.

Peluang untuk Mahasiswa Indonesia

Dalam kesempatan yang sama, Tan menegaskan, NUS membuka berbagai program beasiswa bagi mahasiswa Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Untuk tingkat sarjana (S1), tersedia beasiswa gabungan dari universitas dan Kementerian Pendidikan Singapura yang ditujukan khusus bagi pelajar ASEAN.

Sementara untuk program magister (S2), NUS menawarkan 50-100 beasiswa setiap tahun, dan untuk program doktor (PhD), seluruh mahasiswa penerima seleksi kompetitif mendapatkan dukungan penuh.

"Indonesia adalah salah satu negara dengan talenta paling populer di Asia Tenggara," ujar Tan. "Kami berharap semakin banyak mahasiswa Indonesia melanjutkan studi dan berkontribusi dalam ekosistem pendidikan serta inovasi di NUS," ujarnya menambahkan.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article 10 Jurusan dengan Prospek Gaji Paling Kecil, Jangan Sampe Nyesal

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |