Balasan Sesuai Dengan Perbuatan

9 hours ago 3

Oleh Darwis Simbolon, S.Pd., M.Pd

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya Kami akan memberikan kepadanya kehidupan yang baik. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS. An-Nahl: 97)

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Balasan Sesuai Dengan Perbuatan

IKLAN

Ada banyak penjelasan yang bisa dibaca pada ayat-ayat Al-Quran maupun hadis-hadis serta kisah-kisah orang terdahulu yang menceritakan balasan terbaik bagi orang-orang yang beriman dan berbuat baik. Kiranya penjelasan dan kisah-kisah terbaik tersebut bisa menjadi teladan sekaligus motivasi bagi kita agar berusaha memperbanyak kebaikan berupa ketaatan kepada Allah maupun kebaikan kepada manusia, makhluk dan alam semesta.

Sebaliknya, kita juga menjadikan kisah tentang orang-orang yang berbuat buruk dan balasan yang mereka terima sebagai pelajaran dan peringatan agar tidak bernasib sama. Karna segala sesuatu yang kita lakukan di muka bumi ini apakah kebaikan atau keburukan, semua itu akan kembali kepada diri kita masing-masing. Maka hendaknya kita berusaha mengisi setiap detik kehidupan kita agar memperoleh balasan paripurna di akhirat. Firman-Nya, “Tidak ada balasan kebaikan melainkan kebaikan (pula)” (QS. Ar-Rahman: 60).

Maka jangan sampai waktu kita habis atau terbuang sia-sia sementara kita lalai berbuat baik. Dan alangkah ruginya jika ternyata kesempatan hidup di dunia yang singkat ini hanya digunakan untuk bersenang-senang tanpa memperdulikan bekal yang akan dibawa kehadapan Allah kelak. Bukankah berita atau peringatan dan kabar gembira dari Al-Quran dan hadis telah sampai kepada kita? Begitu pula dengan hadirnya para utusan-Nya yaitu para Nabi, Rasul dan orang-orang yang mengajak manusia untuk berbuat baik. Maka hendaknya kita bersegera mengerjakan kebaikan sebelum kesempatan tersebut hilang selamanya. Dan takutlah kita untuk berpaling dari peringatan dan ancaman dari-Nya.

Firman-Nya, “Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunnya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Ia pun berkata, Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta padahal dahulu aku bisa melihat? Allah berfirman, Demikianlah telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, namun kamu melupakannya, sehingga begitu (pula) hari ini kamu pun dilupakan” (QS. Thaha: 124-126).

Karena itu, Allah yang tidak pernah lalai pasti berkuasa lagi Maha Bijaksana untuk membalas setiap keburukan manusia dengan balasan yang setimpal. Sebelum menerima balasan yang lebih pedih di akhirat, ia akan mendapat hukuman yang disegerakan di dunia berupa kehidupan yang sempit. Mungkin ia termasuk orang yang bergelimang harta dan kedudukan. Namun hatinya gersang sehingga merasa gelisah dan tertekan. Harta dan kedudukan tersebut nyatanya tidak menjadikannya tenang dan bahagia. Sehingga ia pun mencari pelarian yang justru semakin mejerumuskannya.

Bagaimana tidak? Ia malah mencari ketenangan dengan cara yang dimurkai seperti minuman haram, mencari pelacur serat mengkonsumsi narkoba. Pada akhirnya, ia belum juga mendapat ketenangan batin dengan harta berlimpah, kedudukan mentereng, istri yang cantik dan anak-anak yang rupawan lagi sukses di segala bidang pekerjaan. Ketahuilah bahwa ini adalah balasan yang disegerakan di dunia sebagai akibat berpaling dari peringatan-Nya. Firman-Nya, “Bagi mereka azab dalam kehidupan dunia, dan sesungguhnya azab akhirat itu ebih keras, dan tidak ada bagi mereka seorang pelindungpun dari (azab) Allah” (QS. Ar-Ra’d: 34).

Dan pasti tidak ada seorangpun yang bisa lari atau menghindar ketika Allah telah memberikan keputusan-Nya. Maka hendaknya kita merasa takut ketika Allah murka dan bersegeralah memohon ampun atas segala kesalahan kita. Mudah-mudahan Allah yang Maha Pengasih dan Pengampun kepada manusia memberikan rahmat-Nya. Sebaliknya, dengan rahmat-Nya yang meliputi segala sesuatu, sungguh Dia Mahapenyantun untuk membalas atau memberi ganjaran setiap kebaikan hamba-Nya dengan kebaikan yang sempurna.

Sungguh tidak ada seorangpun diantara kita yang tahu dengan pasti apa yang dipersiapkan Allah bagi orang-orang yang berbakti kepada Allah dan berbuat baik. Kecuali hanya sebatas gambaran umum yang bisa dicerna oleh akal kita agar menjadi motivasi untuk berbuat baik semasa hidup. Kiranya ini sudah cukup menjadi dorongan kuat agar kita berusaha mengerjakan kebaikan dan berharap bertemu dengan-Nya. Firman-Nya, “Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam Surga yang penuh kenikmatan, dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka” (QS. Al-Infithar: 13-14).

Ibnu Qayyim berkata bahwa orang-orang yang berbakti atau berbuat baik akan menerima sebagian balasan yang disegerakan di Dunia, alam kubur dan balasan paripurna di Akhirat. Sebaliknya, orang-orang yang berpaling dari kebenaran lagi durhaka akan mendapatkan azab di Dunia, alam kubur dan azab yang teramat pedih di Akhirat. Maka, alangkah ruginya orang-orang yang berpaling dari kebenaran. Sehingga ia tidak sadar telah merugikan dirinya sendiri dan memberi pengaruh buruk bagi orang lain maupun lingkungan sekitar.

Karena itu, apapun bencana yang menimpa manusia seperti banjir, longsor dan sejenisnya merupakan buah buruk dari dosa-dosa manusia yang merusak alam ini. Karena tidak mungkin Allah yang Mahapenyayang berbuat zalim kepada manusia. Sungguh Allah Mahapenyayang kepada manusia melebihi sayangnya seorang ibu kepada anaknya sendiri. Pun demikian, karena besarnya kasih sayang Allah kepada manusia membuat-Nya memberi kesempatan untuk bertaubat atau memperbaiki diri.

Karena jika Allah menimpakan langsung akibat buruk dosa manusia, pastilah manusia akan binasa dan tidak ada seorangpun yang tersisa di bumi. Firman-Nya, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia, supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar-Ruum: 41).

Alangkah buruknya akibat dari perbuatan dosa jika manusia mengetahui atau menyadarinya. Ibnu Qayyim berkata bahwa salah satu efek buruk dari maksiat atau perbuatan dosa adalah memperpendek umur dan menghilangkan keberkahannya. Hal ini sangat logis dan banyak contoh yang bisa dijadikan pelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh orang yang mengendarai sepeda motornya dengan ugal-ugalan berpotensi terjadi kecelakaan. Apakah dia yang menabarak pengemudi lain atau terjadi kecelakaan tunggal karena tidak bisa mengendalikan laju kenderaannya.

Pada akhirnya banyak kecelakaan yang berujung pada kematian. Contoh lain adalah orang yang terjerumus pada pergaulan bebas sehingga tertular penyakit mematikan yang belum ada obatnya. Sungguh fenomena yang terjadi ini adalah bukti kebenaran betapa perbuatan dosa dan pembangkangan kepada Allah hanya akan memendekkan umur. Begitu pula dengan terhalangnya rezeki adalah buah buruk dari perbuatan dosa. Maka solusinya hanya beristighfar atau memohon ampun kepada-Nya. Sabdanya, “Sungguh, seorang hamba akan terhalang rezekinya karena dosa yang diperbuatnya” (HR. Ahmad).

Termasuk maksiat yang sudah dianggap biasa oleh kebanyakan manusia saat ini adalah menyuap atau menerima suap. Bahkan kebanyakan manusia sudah tidak perduli lagi dari mana ia mendapatkan harta apakah halal atau haram. Seperti orang yang rela menyuap asalkan anaknya masuk pada instansi tertentu, begitu pula dengan menerima “uang suap” dari calon pemimpin. Akibatnya, pemimpin yang terpilih bukan karna kualitas, melainkan mereka yang memiliki uang dan pengaruh.

Walhasil ketika mereka berkuasa melakukan korupsi bahkan berbuat sewenang-wenang. Sungguh telah ada kisah nyata yang bisa dijadikan sebagai pelajaran tentang sebuah negeri yang dulunya tenteram lalu penduduknya diazab. Firman-Nya, “Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduknya) mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan disebabkan apa yang selalu mereka perbuat” (QS. An-Nahl: 112).

Maka di zaman fitnah ini, kita berusaha semaksimal mungkin untuk menjauhi tempat-tempat dan teman-teman yang bisa menjerumuskan. Dibarengi komitmen berpegang teguh pada ajaran agama. Serta yang tidak kalah pentingnya adalah mengajak keluarga kepada kebaikan dan memperingatkannya. Mudah-Mudahan Allah senantiasa memberikan keistiqomahan dalam ketaatan serta dijauhkan dari akibat buruk perbuatan dosa yang sudah merajalela. Firman-Nya, “Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik” (QS. Al-A’raf: 165).

Wakadiv Office of International Affairs (OIA) Pesantren Darul Mursyid, Tapanuli Selatan.

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |