Yakopi Bangun Harapan Baru Warga Pesisir Langkat Dengan Manisnya Gula Nipah

1 month ago 20
Ekonomi

Yakopi Bangun Harapan Baru Warga Pesisir Langkat Dengan Manisnya Gula Nipah Rijalul Halimi, Community and Social Business Manager Yakopi bersama Pak Sakiman, saat menjelaskan tentang pembuatan gula nipah, di Desa Pasar Rawa, Kec. Gebang, Kab. Langkat, Jumat (25/7/2025).

Ukuran Font

Kecil Besar

14px

LANGKAT (Waspada): Di tengah rimbunnya pepohonan nipah yang tumbuh alami di kawasan rawa pesisir Desa Pasar Rawa, Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat, sebuah perubahan diam-diam tumbuh. Perubahan yang tak hanya menyentuh rasa manis di lidah, tapi juga kehidupan masyarakat sekitar.

Yayasan Konservasi Pesisir Indonesia (Yakopi) melihat potensi besar pada tanaman liar ini—nipah—yang selama ini hanya menjadi bagian dari lanskap pesisir. Sejak 2021, Yakopi menggandeng masyarakat setempat untuk mengubah air nira nipah menjadi gula alami yang sehat dan bernilai ekonomi tinggi, sekaligus tetap menjaga kelestarian lingkungan.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

“Tanaman nipah tumbuh subur di kawasan ini. Dari kondisi geografisnya saja sudah sangat potensial untuk pengembangan gula nipah,” ungkap Rijalul Halimi, Community and Social Business Manager Yakopi, Jumat (25/7/2025).

Program ini dimulai dari kegiatan edukasi yang dilakukan Yakopi kepada masyarakat. Dari sekian banyak warga yang ikut, nama Pak Sakiman mencuat sebagai sosok yang paling tekun dan konsisten. Kini, ia dipercaya memimpin kelompok pengrajin gula nipah di desanya.

Dengan bantuan menantunya, Pak Sakiman menyusuri rawa-rawa menggunakan sampan kecil. Mereka membawa peralatan sederhana: sebilah parang, plastik bening, tali pengikat, dan semangat yang tak mudah padam.

Batang-batang nipah yang sudah dipilih lalu disadap—atau dalam istilah lokal, “dideres”—untuk mengeluarkan cairan manis alami. Air ini dikumpulkan dalam plastik yang diikat di ujung batang nipah, kemudian dibawa pulang untuk direbus hingga mengental menjadi gula berwarna cokelat keemasan.

“Rasanya beda dengan gula biasa. Ada manisnya, ada sedikit asin, sangat khas. Kandungan gizinya juga lebih baik. Karbohidratnya hanya sekitar 44,8 persen, jauh lebih rendah dibandingkan gula tebu yang bisa sampai 80 persen,” jelas Rijalul.

Bagi masyarakat pesisir, gula nipah bukan sekadar produk. Ia adalah jawaban atas tantangan hidup, terutama di tengah keterbatasan ekonomi dan perubahan iklim yang memengaruhi hasil tangkap laut. Dengan pengolahan gula nipah yang tidak merusak lingkungan, masyarakat kini memiliki sumber penghasilan baru yang berkelanjutan.

“Program ini sejalan dengan misi Yakopi—memanfaatkan potensi lokal untuk meningkatkan kesejahteraan warga pesisir tanpa merusak alam,” tambah Rijalul.

Di dapur sederhana miliknya, Pak Sakiman terus merebus air nira setiap pagi, sambil berharap usaha kecilnya bisa terus berkembang. Dengan dukungan Yakopi, cita-citanya tidak hanya untuk menjual gula, tapi juga untuk menularkan keterampilan ini kepada generasi muda di kampungnya.

Manisnya gula nipah dari Langkat ini kini bukan hanya hadir di meja makan, tapi juga membawa rasa optimisme di hati para petani nipah—sebuah bukti bahwa dari tanah basah dan rawa yang tenang, bisa tumbuh harapan yang manis untuk masa depan. (m31)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |