
Ukuran Font
Kecil Besar
14px
JAKARTA (Waspada): Universitas Bali Dwipa memantapkan diri sebagai kampus pendidikan tinggi berdampak. Salah satu upaya penting yang dilakukan adalah dengan menyusun ulang kurikulum untuk mewujudkan Kampus Berdampak, yakni menjadikan pendidikan sebagai sarana nyata menciptakan perubahan.
“Langkah ini kami ambil sebagai wujud transformasi peningkatan kualitas di tengah dinamika dunia pendidikan tinggi yang kerap terjebak dalam rutinitas administratif dan sekadar pencapaian akreditasi,” ujar Wakil Rektor Akademik Universitas Bali Dwipa, Dr Lidia Sandra yang juga psikolog dan akademisi yang memimpin proses transformasi, dalam keterangannya, Kamis (19/6).
Scroll Untuk Lanjut Membaca
IKLAN
Alih-alih berpuas diri dengan predikat kampus berkualitas di Bali universitas ini melangkah berani yakni menjadi Kampus Berdampak.
“Tak hanya untuk Bali atau Indonesia saja tapi untuk dunia yang lebih baik,” ujar Lidia.
“Sudah cukup kita mencetak lulusan yang hanya lulus dengan ijazah dan dianggap telah “relevan”. Dunia membutuhkan pemecah masalah, pencipta harapan, dan penggerak perubahan,” sambung Lidia.
Universitas Bali Dwipa memilih merombak seluruh struktur kurikulumnya dengan mengadopsi Outcome-Based Education (OBE). OBE adalah sebuah pendekatan yang menekankan bahwa keberhasilan pendidikan diukur bukan dari seberapa banyak yang diajarkan, melainkan dari seberapa besar yang diterapkan dan berdampak.
Sebanyak 17 pemimpin program studi Universitas Bali Dwipa berdiskusi membedah kurikulum demi kurikulum hingga tuntas. Kegiatan berlangsung selama Juni 2025.
“Setiap Rabu, selama empat pekan berturut-turut, para pimpinan program studi berkumpul dengan diskusi intensif. Bukan seminar seremonial biasa, melainkan forum riil yang menggali ulang esensi mengapa sebuah mata kuliah ada, apa dampaknya, dan bagaimana mahasiswa dapat menjadi solusi bagi masyarakatnya,” imbuh Lidia.
Dikatakan Lidia, apa yang dilakukan Universitas Bali Dwipa bukan gerakan soliter. Visi mereka sejalan dengan kebijakan nasional “Diktisaintek Berdampak” yang digaungkan oleh Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Prof. Brian Yuliarto.
“Sebuah kebijakan yang mendorong perguruan tinggi agar tak lagi hanya menjadi institusi akademik, melainkan mitra masyarakat dalam menjawab kebutuhan nyata,” kata Dr Lidia.
Di sinilah, lanjut Lidia, Universitas Bali Dwipa mengambil posisi strategis. Tak hanya mengikuti arus, tapi menjadi pionir. Dr. Lidia Sandra, yang juga merupakan anggota Dewan MBKM LLDikti Wilayah VIII, membuka akses dan jembatan langsung ke arah kebijakan nasional. Posisi ini menjadi senjata sekaligus tanggung jawab untuk menjadikan kampus ini model implementasi pendidikan tinggi berdampak yang sesungguhnya.
“Ke depan, semua program studi akan mengintegrasikan kurikulum OBE secara utuh. Dari teknik hingga sosial humaniora, semuanya dirancang agar mampu menghasilkan lulusan yang bukan hanya siap kerja, tetapi siap menciptakan pekerjaan dan solusi,” tambahnya.
Tidak berhenti pada dokumen dan diskusi, Universitas Bali Dwipa juga tengah menyiapkan kemitraan nyata dengan berbagai sektor seperti industri, pemerintah daerah, dan komunitas lokal. Semua itu agar pembelajaran di kampus terkoneksi langsung dengan realitas sosial.
“Lulusan kami harus bisa berdiri di hadapan dunia, tidak dengan ijazah, tetapi dengan kontribusi,” kata Dr. Lidia, sembari menekankan bahwa roadmap implementasi sudah disusun secara konkret dan bertahap.
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.