Shutdown AS Bikin Dunia "Buta Data", Bank Sentral Pusing 7 Keliling

4 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Penutupan sebagian aktivitas pemerintahan Amerika Serikat atau shutdown yang menghentikan arus data ekonomi resmi kini menimbulkan kekhawatiran global. Negara-negara seperti Jepang, Inggris, hingga mitra utama lain khawatir kehilangan pandangan jelas terhadap kondisi ekonomi terbesar dunia itu dapat mengaburkan pengambilan keputusan mereka sendiri, mulai dari kebijakan moneter, perdagangan, hingga inflasi.

Ketergantungan dunia terhadap data ekonomi AS begitu besar, sehingga "kebutaan data" akibat shutdown yang masih berlangsung kini dikhawatirkan menambah risiko kesalahan kebijakan di tengah upaya global menyesuaikan diri terhadap arah baru ekonomi dunia di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump.

"Ini masalah serius. Kami berharap situasi ini segera diselesaikan," kata Gubernur Bank of Japan (BOJ) Kazuo Ueda saat membahas tantangan yang dihadapi bank sentral Jepang dalam menentukan waktu tepat untuk kembali menaikkan suku bunga, dilansir Reuters.

Seorang pejabat Jepang lain bahkan berbicara lebih tajam. "Ini seperti lelucon. [Ketua The Fed] Powell terus mengatakan kebijakan The Fed bergantung pada data, tapi sekarang tidak ada data untuk dijadikan dasar," ujarnya, meminta anonimitas karena tidak berwenang berbicara kepada publik.

Di Inggris, anggota Komite Kebijakan Moneter Bank of England, Catherine Mann, mengatakan persoalan seputar data AS, independensi The Fed, dan isu politik lainnya memang tidak menjadi fokus utama dalam debat kebijakan mereka.

Namun, ia mengingatkan bagaimana secara perlahan posisi pound sterling sebagai mata uang dunia melemah, proses panjang yang digerogoti oleh berbagai faktor yang ia sebut sebagai "rayap-rayap" yang mengikis kekuatan poundsterling dari waktu ke waktu.

Kebijakan politik yang dapat merusak posisi dolar AS atau mengganggu independensi The Fed, menurut Mann, "adalah hal-hal yang kami pikirkan, meski bukan prioritas utama." Namun, ia menambahkan, "itu ibarat rayap-tidak langsung terlihat, tapi berpotensi merusak."

Para pejabat keuangan dunia kini tengah berkumpul di Washington untuk menghadiri pertemuan tahunan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF).

Diskusi di sela-sela forum ini diperkirakan akan banyak tersedot pada arah kebijakan Presiden Trump, kinerjanya sejauh ini, serta dampak penghentian mendadak aliran informasi resmi mengenai ekonomi senilai US$30 triliun atau sekitar seperempat dari total output dunia.

Meskipun shutdown ini bisa berakhir kapan saja dan aliran data dapat kembali berjalan, para ekonom menilai hal ini mencerminkan masalah lebih dalam dalam tata kelola dan kredibilitas data pemerintah AS.

"Peningkatan tekanan politik terhadap lembaga-lembaga kebijakan...dapat mengikis kepercayaan publik terhadap kemampuan mereka menjalankan mandatnya," tulis laporan World Economic Outlook (WEO) IMF yang diterbitkan Selasa lalu.

"Tekanan terhadap lembaga teknokratis yang bertugas mengumpulkan dan menyebarkan data juga dapat menggerus kepercayaan publik dan pasar terhadap statistik resmi, sehingga secara signifikan mempersulit tugas bank sentral dan pembuat kebijakan dalam mengambil keputusan. Hal ini juga meningkatkan kemungkinan terjadinya kesalahan kebijakan jika intervensi politik menurunkan kualitas, keandalan, dan ketepatan waktu data."


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Sri Mulyani Ungkap Ancaman Stagflasi Nyata

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |