
Ukuran Font
Kecil Besar
14px
Kini, Rumah Pintar KBA Jorong Tabek tak hanya menjadi dapur produksi, tetapi juga pusat diskusi dan pembelajaran.
SUMBAR (Waspada.id): Di tengah hijaunya perbukitan Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok, berdiri sebuah rumah panggung sederhana berukuran 4×20 meter. Bangunan ini, yang pada 2019 dibangun lewat gotong royong warga Jorong Tabek, awalnya hanya dikenal sebagai Rumah Pintar. Kini, ia menjelma menjadi pusat laboratorium ekonomi sirkular yang menggerakkan nadi ekonomi dan sosial Talang Babungo.
Scroll Untuk Lanjut Membaca
IKLAN
Rumah ini bukan sekadar tempat berkumpul. Di sinilah beragam ide lahir, mengalir, dan diwujudkan. Mulai dari pengolahan nira pohon enau menjadi gula semut berkualitas tinggi, pengelolaan limbah organik menjadi pakan maggot untuk ikan, hingga pengelolaan bank sampah yang memberi nilai ekonomi dari sisa plastik dan logam.
Sirkular dari Dapur Hingga Kolam Ikan
Konsep sirkular di KBA Jorong Tabek berawal dari proses produksi gula semut. Nira dari pohon enau yang tumbuh di ketinggian 1.500 mdpl diolah menggunakan oven berbahan bakar gas hingga menjadi bubuk gula halus berkadar manis tinggi. Saat ini, 20 kepala keluarga mengelola rumah produksi ini, menghasilkan 10–20 kg gula semut per hari. Jika akses pasar terbuka luas, kapasitas bisa melonjak hingga 50 kg per hari atau sekitar 1.500 kg per bulan.
Limbah organik hasil produksi gula semut tak dibuang begitu saja. Bersama sampah organik rumah tangga, limbah ini diolah menjadi pakan maggot. Maggot yang siap panen kemudian menjadi pakan ikan di Kolam Ikan KBA, sebuah kolam rekreasi mini yang juga menjadi destinasi wisata memancing. Dari sini, rata-rata Rp5 juta pendapatan bersih per bulan digunakan untuk membantu biaya pendidikan dan kesehatan warga kurang mampu.
Sementara itu, sampah nonorganik—mulai dari botol plastik hingga logam bekas—dikumpulkan di bank sampah. Nilai ekonominya dicatat seperti tabungan dan bisa diuangkan kapan saja oleh warga. Sebagian keuntungan bank sampah dialokasikan untuk membangun fasilitas umum, mendukung kegiatan ekonomi lokal, dan menunjang sektor pariwisata.
Pusat Ide dan Edukasi
Kini, Rumah Pintar KBA Jorong Tabek tak hanya menjadi dapur produksi, tetapi juga pusat diskusi dan pembelajaran. Ada perpustakaan budaya, ruang berbagi konsep ekonomi kerakyatan, hingga forum rutin bersama penggiat sosial. Sekitar 90 pelaku ekonomi lokal—sebagian besar ibu rumah tangga—memanfaatkan rumah ini untuk berinovasi.
Tak heran, Jorong Tabek mulai dikenal sebagai desa wisata budaya-edukasi. Dengan 45 homestay yang siap menampung tamu, daerah ini membuka pintu bagi wisatawan domestik.
Dampak Nyata bagi Warga
Ekonomi sirkular yang dijalankan di sini telah memberi dampak signifikan. Akses pendidikan dan kesehatan bagi warga prasejahtera meningkat. Bahkan, sebagian keuntungan usaha dialokasikan untuk mendanai beasiswa, termasuk bagi 20 anak muda berprestasi yang kini menempuh pendidikan di Jepang.
Kasri Satra, Ketua KBA Jorong Tabek sekaligus inisiator program, menyebut ekonomi sirkular ini ibarat “napas baru” bagi daerah yang dulunya relatif terisolir.
“Kami membuktikan, dari desa kecil di perbukitan, kita bisa menggerakkan roda ekonomi, menjaga lingkungan, dan membuka peluang untuk generasi muda,” ujarnya.
Rumah panggung ini kini bukan hanya simbol gotong royong, tetapi juga bukti bahwa inovasi ekonomi berkelanjutan bisa berakar kuat di tanah desa—dan berbuah manis, seperti gula semut yang menjadi kebanggaannya.(id20)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.