
Ukuran Font
Kecil Besar
14px
LHOKSEUMAWE (Waspada.id): Pimpinan Dayah Qari Hafidz (QAHA) Ukhwatul Qur’an Kota Lhokseumawe, Tengku Jamaluddin bin Abdul Kadir menyebutkan, para santri saat ini mampu bersaing dalam adaptasi dunia digital.
Peringatan Hari Santri Nasional Tahun 2025, kata Waled Blang Rayeuk (sapaan akrab Tengku Jamal), menjadi momentum untuk mengingatkan kita pada semangat dan perjuangan para santri dan ulama pada masa lalu disaat berjuang untuk memerdekan republik ini.
Scroll Untuk Lanjut Membaca
IKLAN
Peran santri dan ulama, kata Waled, begitu sakral dalam sejarah Indonesia Merdeka sampai dengan sekarang ini Di tengah derasnya arus tekhnologi dan Informasi, katanya lagi, santri pun ingin mengambil peran penting di setiap perkembangan era tersebut.
“Dulu santri hanya akrab dengan Kitab kuning dan sistem belajar yang klasik, namun kini mereka merubah nuansa itu dengan belajar melalui Komputer, IPAD, media, aplikasi digital lainnya, dan sekarang dunia Maya menjadi ruang baru untuk berdakwah, belajar, berinovasi dan bahkan menjadi bagian penting untuk menyampaikan informasi tentang pendidikan itu sendiri,” sebut Waled Blang Rayeuk.
Ketika berbeda era dan zaman, kata Waled lebih jauh, kondisi terus berubah, dan tantangan santri pun semakin besar, narasi dan informasi sekarang berkembang dengan cepat.
Di tengah derasnya arus informasi, sebutnya, berita hoax merajalela, ujaran kebencian semakin tinggi dan fitnah terhadap ulama di media sosial pun semakin kencang, dan dikondisi seperti ini santri diharapkan untuk mampu mengatur ritme menjadi penyeimbang dalam menyampaikan kebenaran informasi Lewat media sosial.
Untuk melawan berita hoax, para santri saat ini dituntut harus lebih kreatif dalam menyampaikan Ilmu dan inspirasi lainya agar citra dan Ruh pendidikan Dayah itu terjaga dengan baik.
“Namun, tentu saja kecanggihan teknologi tersebut harus diimbangi dengan adab dan tanggung jawab moral. Santri tidak hanya harus cerdas digital, tapi juga tetap menjaga kesantunan dalam berdakwah. Karena karakter utama santri adalah keseimbangan antara ilmu, akhlak, dan keteladanan. Teknologi hanyalah alat, yang utama adalah nilai-nilai yang disebarkan,” ingatnya.
Seiring dengan perkembangan di era teknologi, kata Waled, hampir seluruh dayah dan pesantren mulai bertansformasi menjadi Pusat-pusat pengembangan tekhnologi data yang berbasis digital dan bahkan di dayah di ajarkan bisnis digital secara komperhensif.
“Semua ini, menjadi bukti bahwa pesantren tidak tertinggal oleh zaman dan tidak digilas oleh waktu. Dan bahkan justru menjadi bagian penting dari Arus kemajuan bangsa,” ucapnya.
Terakhir Pimpinan Dayah QAHA Lhokseumawe ini mengatakan, kemandirian dan kreatif santri menjadi modal penting untuk membangun ekonomi berdaya, kokoh, dan beretika, dan salah satu ruang itu adalah Pendidikan, media sosial, tekhnologi dan juga lingkungan yang baik. (id70).
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.