Penyimpanan Tak Sesuai Standar Bisa Picu Keracunan Makanan

10 hours ago 3
Medan

18 Oktober 202518 Oktober 2025

Penyimpanan Tak Sesuai Standar Bisa Picu Keracunan Makanan Makanan Bergizi Gratis. Ilustrasi

Ukuran Font

Kecil Besar

14px

MEDAN (Waspada.id): Kasus dugaan keracunan makanan pada program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Toba membuka mata banyak pihak tentang lemahnya pengawasan terhadap penyimpanan makanan yang diperuntukkan bagi lingkungan sekolah.

Ketua Program Studi Gizi Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan, Erni Rukmana, S.Gz., M.Si., menegaskan bahwa cara penyimpanan dan wadah makanan yang tidak sesuai standar menjadi salah satu faktor utama penyebab munculnya kontaminasi dan racun dalam makanan anak sekolah.

“Penyimpanan makanan berperan besar terhadap keamanan pangan. Jika suhu penyimpanan tidak terkontrol atau wadah yang digunakan tidak bersih, bakteri seperti Salmonella dan E. coli dapat berkembang dengan cepat. Bahkan bahan plastik yang tidak food grade bisa mencemari makanan dengan zat kimia berbahaya,” ujar Erni saat diwawancarai, Sabtu (18/10).

Ia menjelaskan, makanan yang disimpan terlalu lama pada suhu ruang, terutama makanan berprotein tinggi seperti daging, telur, susu, dan olahan laut, sangat rentan mengalami pembusukan dan kontaminasi mikroba. Dalam kondisi tertentu, makanan seperti itu bisa tampak normal namun sudah mengandung racun yang tak terlihat secara kasat mata.

Menurutnya, penyimpanan makanan di sekolah sering kali menjadi titik lemah dalam rantai keamanan pangan, karena tidak semua petugas memahami pentingnya pengaturan suhu, kebersihan wadah, serta durasi penyimpanan yang aman.

“Di sinilah peran sertifikasi penjamah makanan menjadi sangat penting, agar mereka paham bahwa keamanan pangan bukan hanya soal rasa dan tampilan, tapi juga soal keselamatan konsumen — dalam hal ini para siswa,” tambahnya.

Erni juga mengingatkan bahwa wadah penyimpanan makanan harus terbuat dari bahan yang aman dan bebas dari zat kimia berbahaya, serta dibersihkan setiap kali selesai digunakan. Ia mencontohkan, wadah plastik yang dipakai berulang kali tanpa mencuci dengan benar dapat menjadi sarang bakteri dan sumber kontaminasi silang antar makanan.

“Sekolah perlu memastikan bahwa penyedia makanan memiliki fasilitas penyimpanan yang memadai, seperti kulkas atau lemari pendingin, dan rutin melakukan pemeriksaan suhu. Karena begitu makanan keluar dari batas aman suhu 5–60 derajat Celsius, risiko bakteri berkembang biak meningkat tajam,” tegasnya.

Kasus di Toba, lanjut Erni, menjadi pelajaran penting bagi seluruh sekolah di Sumatera Utara agar lebih memperhatikan rantai penyimpanan dan distribusi makanan. “Kita tidak bisa lagi menganggap remeh tahapan pasca-masak. Makanan yang sudah matang tetap bisa menjadi berbahaya jika tidak disimpan dan dikendalikan dengan baik,” pungkasnya.(id20)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |