Ketua MUI Padangsidimpuan ustadz Drs.H.Zulfan Efendi Hasibuan MA (tengah) bersama Pengurus MUI dan pemateri foto bersama dengan peserta Sarasehan Perkuat Moral Generasi Muda Hadapi Tantangan Global, di aula Kantor MUI Padangsidimpuan, Kamis (6/11/2025). Waspada.id/Mohot Lubis.
Ukuran Font
Kecil Besar
14px
P.SIDIMPUAN (Waspada.id) : Komisi Perempuan, Remaja dan Keluarga, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Padangsidimpuan memberikan edukasi dan pencerahan kepada generasi muda melalui sarasehan untuk memperkuat moral generasi dalam menghadapi tantangan global, Kamis (6/11/2025).
Sarasehan yang digelar di Aula Kantor MUI, Jl. HT Rizal Nurdin, Palampat Padangsidimpuan menghadirkan Dosen UIN Syahada Padangsidimpuan Dr. Fauziah Nasution dan Ketua MUI Padangsidimpuan ustadz Drs. H. Zufan Efendi Hasibuan MA sebagai pembicara dengan moderator Dra. Hj. Wasliah Lubis MA.
Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN
Ketua MUI Padangsidimpuan ustadz Drs.H.Zulfan Efendi Hasibuan MA (dua kiri), Wakil Ketua MUI Drs.Samsuddin Pulungan MA (Kanan), Dr.Fauziah Nasution (2 kanan) dan Dra.Hj.Tikholija Harahap pada acara sarasehan di aula Kantor MUI Padangsidimpuan, Kamis (6/11/2025). Waspada.id/Mohot Lubis.Ketua Komisi Perempuan, Remaja dan Keluarga, MUI Padangsidimpuan, Dra. Hj. Tikholija Harahap, dalam sambutannya mengatakan pelaksanaan sarasehan penguatan moral generasi muda tersebut didasari atas keperihatinan terhadap moral generasi muda yang tergerus akibat kemajuan zaman dan perkembangan teknologi.
Sarasehan yang diikuti perwakilan siswa SLTA sederajat dan naposo nauli bulung se-Kota Padangsidimpuan merupakan bagian dari upaya yang dilakukan untuk membina generasi muda agar tidak semakin jauh dari nilai-nilai moral sesuai dengan ajaran agama Islam.
Dra. Hj. Tikholija Harahap, yang juga sebagai Ketua Panitia Sarasehan menegaskan bahwa penguatan moral generasi muda sangat penting demi masa depan agama, bangsa dan negara. “Generasi muda perlu dipersiapkan dengan penguatan moral karena keberhasilan itu diawali dengan persiapan yang baik,” tuturnya.
Ketua MUI Padangsidimpuan ustadz Drs. H. Zulfan Efendi Hasibuan, MA mengatakan topik yang dibahas dalam sarasehan ini cukup urgen karena dilandasi dengan adanya kekhawatiran terhadap masa depan generasi muda di tengah derasnya arus globalisasi.
Kekhawatiran terhadap kondisi generasi ini, ucap Ketua MUI, telah diingatkan Allah SWT sebagaimana tertuang dalam Surat Annisa Ayat 9 yang artinya “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar“.
Perkembangan teknologi dan informasi yang berkembang pesat, ungkapnya, bagai pisau bermata dua, sebab jika digunakan kepada hal yang positif, maka akan berdampak baik, tapi jika salah menggunakannya akan berdampak negatif. “Medsos itu bagai pisau bermata dua, maka harus cerdas menggunakannya,” tegasnya.
Ustadz Zulfan mengungkapkan, medsos bukan hanya berdampak terhadap generasi muda, tapi termasuk kepada orang tua, dibuktikan dengan tingginya angka perceraian akibat medsos. “Bila generasi muda hari ini rusak moralnya, bagaimana nasib masa depan agama, bangsa ke depan,” katanya.
Mengingat keterbatasan MUI dalam memberikan edukasi secara langsung kepada masyarakat, ustadz Zulfan meminta kepada peserta sarasehan untuk berperan menyampaikan pesan MUI kepada masyarakat. “Setidaknya menjadi teladan di tengah-tengah masyarakat,” harapnya.
Dosen UIN Syahada Padangsidimpuan Dr. Fauziah Nasution dalam paparannya yang berjudul “Generasi Muslim Bermoral di Era Global : Kuat Iman, Luhur Akhlak, Cerdas Digital,” mengajak generasi muda selektif dalam menggunakan media sosial.
Dr. Fauziah Nasution berintraksi dengan peserta sarasehat dalam memberikan penguatan moral generasi muda. Kamis (6/11/2025). Waspada.id/Mohot Lubis.Menurutnya tantangan global generasi muda muslim saat ini terkait medsos adalah trend dan tanggung jawab digital serta gaya hidup instan dan tekanan eksistensi online. Kemudian krisis kejujuran akademik (plagiarisme, mencontek, manipulasi tugas) serta tantangan AI dan kehilangan empati.
Budaya flexing yang diunggah di media sosial, paparnya, dapat menumbuhkan riya, kesombongan dan iri hati, menggeaer nilai kesyukuran dan kesederhanaan serta mendorong konsumtif dan tidak realistis.
Dr. Fauziah menggambarkan tren filterisasi hidup dan identitas palsu di media sosial akan berakibat terhadap munculnya kecemasan sosial dan kehilangan jati diri. “Kalau hidup kita disaring terus oleh filter, kapan hati kita jujur pada diri sendiri,” ungkapnya.
Anak muda yang menjadikan influencer sebagai panutan utama, bahkan lebih dari ulama atau guru yang nilainya ditentukan ‘viralitas’ bukan kebenaran, ujarnya, berdampak terhadap hilangnya orientasi kebenaran dan otoritas ilmu, menurunkan hormat kepada guru dan orang tua dan menumbuhkan gaya hidup pragmatis.(id46)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.






















































