DPP PWA, MABC, Dan BRC Samudra Nobar Film Perdamaian Aceh

1 month ago 19
Aceh

15 Agustus 202515 Agustus 2025

DPP PWA, MABC, Dan BRC Samudra Nobar Film Perdamaian Aceh Nonton bareng film dokumenter “Bagaimana Kami Mengakhiri Perang 30 Tahun di Aceh: Pembawa Perdamaian” produksi CNA Insider, Kamis malam (14/8), di BRC Samudra, Lhokseumawe. Waspada.id/Maimun Asnawi

Ukuran Font

Kecil Besar

14px

LHOKSEUMAWE (Waspada.id): Dalam rangka mengenang dua dekade perdamaian Aceh, Dewan Pengurus Pusat Persatuan Wartawan Aceh (DPP PWA) bersama Metro Aceh Basket Club (MABC) dan BRC Samudra menggelar acara nonton bareng film dokumenter “Bagaimana Kami Mengakhiri Perang 30 Tahun di Aceh: Pembawa Perdamaian” produksi CNA Insider, Kamis malam (14/8), di BRC Samudra, Lhokseumawe.

Acara yang digelar selepas salat Isya ini turut dihadiri oleh para generasi muda, khususnya atlet basket PERBASI Aceh Utara, pelatih basket, serta tokoh-tokoh masyarakat dan insan pers. Hadir di antaranya Ketua Harian PERBASI Aceh Utara Hendra Saputra, Owner BRC Samudra, Ketua Umum MABC Armiadi, Sekretaris MABC Hendra, serta pengurus MABC Imran.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Dari jajaran DPP PWA, tampak hadir Dewan Pembina Idris Bendung, Ketua Umum PWA Maimun Asnawi, Ketua Harian PWA Armiadi AM, Sekretaris Jenderal Erwin, serta pengurus lainnya seperti Waldy dan Zainuddin.

Turut hadir pula tokoh masyarakat seperti pensiunan PNS Ampon Leman, Komisaris PT Pembangunan Lhokseumawe Andy Isnanda, Kepala Kantor Pertanahan Langsa Riza Fauzi, Station Manager Puja TV Aceh Deni Mukhtadi Andepa serta pengurus PWI Lhokseumawe Adlin.

Ketua Umum DPP PWA, Maimun Asnawi, usai acara kepada awak media menyampaikan, kegiatan ini bertujuan untuk mengenang sejarah panjang konflik dan perdamaian Aceh, sekaligus mengedukasi generasi muda agar memahami pentingnya menjaga perdamaian.

“Pada 15 Agustus 2025, genap 20 tahun usia perdamaian Aceh sejak ditandatanganinya MoU Helsinki antara RI dan GAM. Film ini menjadi refleksi sejarah yang mengingatkan kita pada masa lalu yang kelam. Saat Aceh dilanda konflik berkepanjangan, air mata dan penderitaan menjadi bagian dari keseharian. Kini, saatnya kita menjadikan itu sebagai pelajaran agar tak terulang lagi,” ujar Maimun.

Ia menekankan pentingnya seluruh elemen masyarakat, khususnya generasi muda, untuk terus merawat perdamaian Aceh yang telah diperjuangkan dengan pengorbanan besar.

Dalam kesempatan tersebut, ditayangkan pula film dokumenter tentang kisah para jurnalis saat meliput konflik Aceh tahun 2003, menggambarkan betapa sulit dan berisikonya profesi wartawan di masa konflik.

“Kisah para wartawan saat itu penuh dengan tantangan. Banyak suka dan duka yang tak terlupakan. Namun semua itu kini hanya menjadi bagian dari sejarah yang kita harapkan tidak akan pernah terulang,” tambahnya.

Maimun juga menyampaikan harapan agar Pemerintah Pusat segera merealisasikan seluruh butir-butir dalam MoU Helsinki secara menyeluruh, sebagai bentuk komitmen bersama dalam membangun masa depan Aceh yang damai dan sejahtera.

“Sudah saatnya Aceh keluar dari stigma sebagai provinsi termiskin di Sumatra. Kami ingin melihat Aceh yang maju, damai, dan berdaya saing,” pungkasnya.(id70).

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |