Banjir dan Macet Terus Landa Jakarta, Ahli Terowongan Bilang Begini

7 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Pembangunan MRT Jakarta menjadi tonggak awal lahirnya era konstruksi bawah tanah di Indonesia. Dari proyek ini, konsep infrastruktur yang sebelumnya hanya akrab di kota besar dunia seperti Beijing, Bangkok, dan London mulai hadir di Tanah Air.

Kini proyek konstruksi bawah tanah kian bergeliat dengan adanya proyek bawah tanah lain. Setelah MRT Jakarta, juga mulai ada rencana pembangunan immersed tunnel yang akan melintas bawah tanah di bawah perairan lindung di kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN).

Tantangan besar sektor ini datang dari kondisi geoteknik yang bervariasi di setiap wilayah Indonesia. Karena itu, kolaborasi lintas negara dan transfer teknologi menjadi langkah penting untuk memperkuat kapasitas teknis dalam negeri.

"Kami membuka ruang kolaborasi dengan insinyur mancanegara agar terjadi pertukaran ilmu dan pengalaman," kata Weni Maulina, Ketua Masyarakat Terowongan dan Konstruksi Bawah Tanah Indonesia (MTKBTI) yang baru dibentuk, dalam keterangannya, Senin (3/11/2025).

Weni yang juga Direktur Konstruksi MRT Jakarta menilai pembangunan infrastruktur bawah tanah membutuhkan sumber daya manusia dengan keahlian yang sangat spesifik dan berbeda dari bidang konstruksi pada umumnya.

Untuk memperkuat program sertifikasi bagi tenaga konstruksi, hingga Oktober 2025, tercatat 30 profesional telah tersertifikasi sebagai Ahli Madya Perencanaan Terowongan Jalan dan 24 lainnya sebagai Insinyur Muda Perencanaan Terowongan Jalan.

"Sertifikasi ini menjadi bukti kompetensi dan kesiapan tenaga kerja nasional menghadapi proyek-proyek berteknologi tinggi," kata Dirjen Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum (PU) Boby Ali Azhari.

Pembangunan infrastruktur bawah tanah akan menjadi fondasi penting bagi kota-kota besar di Indonesia. Namun, pada tahap awal pengembangannya tidak akan lepas dari tantangan sosial dan ekonomi.

"Tantangannya adalah bagi orang-orang yang berada di tahap awal, ketika kota mereka mengalami gangguan dan melihat banyak uang dihabiskan untuk proyek bawah tanah, mereka belum bisa membayangkan masa depan yang akan dibawa oleh sistem itu," ujar Past President The International Tunnelling and Underground Space Association (ITA-AITES) Arnold Dix.

Karenanya mulai ada keluhan masyarakat terhadap proyek besar, hal ini juga terjadi pada awal pembangunan MRT Jakarta beberapa tahun lalu. Negara-negara seperti London, New York, Beijing, dan Bangkok pun pernah melalui fase serupa sebelum akhirnya menikmati sistem kota modern yang efisien. Indonesia memiliki peluang besar dalam menggarap sektor ini, terutama dalam mengatasi banjir dan kemacetan di wilayah perkotaan.

"Kita melihat di Bangkok, mereka dulu punya masalah yang sama. Kini ketika hujan, kota tetap berjalan normal karena sistem bawah tanah mereka bekerja dengan baik. Indonesia berada di tahap awal, tapi potensinya luar biasa. Dengan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, pelaku industri, dan akademisi, Indonesia bisa menjadi contoh sukses di kawasan Asia Tenggara" ujar Arnold.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 62 Wilayah Jakarta Masih Terendam Banjir, Paling Dalam di Cililitan

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |