Jakarta, CNBC Indonesia - Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Bayu Teja mengakui angka kematian di Indonesia masih tergolong tinggi, terutama akibat penyakit menular dan komplikasi pada ibu hamil. Kondisi ini menjadi alasan utama pemerintah memperkuat layanan kesehatan primer di puskesmas melalui program "Cek Kesehatan Gratis" yang kini sudah menjangkau puluhan juta penduduk.
"Masalah kita adalah angka kematian yang tinggi, baik karena diare, ISPA, maupun kematian ibu dan bayi. Oleh karena itu, kami melakukan kunjungan rutin bagi ibu hamil dan memperkuat imunisasi serta skrining kesehatan di puskesmas," ujar Bayu dalam Sarasehan 100 Ekonom di Jakarta, Selasa (28/10/2025).
Program skrining tersebut, kata Bayu, kini difokuskan pada pencegahan penyakit tidak menular seperti jantung, stroke, dan kanker. Menurutnya itu tiga penyebab kematian tertinggi yang juga menghabiskan biaya terbesar dari program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
"Lewat cek kesehatan gratis ini, kami ingin mengetahui profil kesehatan penduduk secara nasional. Data ini menjadi dasar intervensi agar penyakit bisa dideteksi sejak dini," jelasnya.
Hingga kini, sekitar 40 juta orang sudah mengikuti cek kesehatan gratis yang diluncurkan sejak Februari 2025. Kemenkes menargetkan kegiatan ini menjadi agenda tahunan agar setiap warga bisa memiliki catatan kesehatan yang terintegrasi dalam sistem digital Satu Sehat.
Bayu menjelaskan, transformasi sistem kesehatan Indonesia berjalan melalui enam pilar utama, di antaranya pertama melalui pelayanan kesehatan primer (puskesmas dan jaringannya), kedua pelayanan kesehatan sekunder (akses rumah sakit), ketiga ketahanan kesehatan (penyediaan obat dan alat Kesehatan), keempat pembiayaan kesehatan, kelima SDM Kesehatan dan keenam teknologi Kesehatan.
Tiga pilar terakhir, kata ia, menjadi penopang (enabler) bagi peningkatan layanan di lapangan. Salah satu tantangan terbesar adalah keterbatasan tenaga kesehatan, terutama dokter spesialis di daerah.
"Distribusi dokter masih belum merata. Karena itu, pemerintah menyiapkan beasiswa PPDS dan sistem hospital-based agar kebutuhan tenaga medis bisa terpenuhi tanpa harus menunggu waktu lama," ungkapnya.
Selain memperkuat pelayanan, Kemenkes juga tengah memfasilitasi industri farmasi nasional agar lebih banyak menggunakan bahan baku dalam negeri, termasuk untuk obat herbal. "Selama ini apalagi sejak Covid, enam dari sepuluh obat dengan nilai terbesar masih impor bahan bakunya. Kami dorong industri farmasi lokal untuk beralih ke produksi bahan baku dalam negeri," ujarnya.
Dalam waktu bersamaan, pemerintah juga mengembangkan empat sektor pendukung untuk memperkuat daya saing layanan medis, yaitu medical tourism, wellness tourism, kawasan ekonomi khusus kesehatan, dan layanan kesehatan di kawasan super prioritas pariwisata seperti Bali dan Mandalika.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Menkes: Indonesia Butuh Rp1.300 T untuk Perbaiki Layanan Kesehatan

3 hours ago
4

















































