ACEH BESAR (Waspada): Fenomena generasi lemah kita temukan dalam berbagai bentuk. Ada generasi yang lemah dalam menghadapi kesulitan hidup. Mereka tumbuh dalam kenyamanan dan fasilitas yang serba cukup, namun tidak dibekali ketangguhan mental. Ketika menghadapi tantangan, mereka mudah menyerah. Untuk itu, kita perlu menemukan solusi terhadap fenomena generasi yang lemah di sekitar kita sekarang ini.
Pimpinan Pesantren Arrabwah, Kecamatan Indrapuri, Aceh Besar, Ustazd Muhammad Hatta Selian, Lc, M.Ag (foto) menyampaikan hal itu dalam khutbah Jumat di Masjid Nurul Jadid, Gampong Lampeuneuen, Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar, Jumat (25/04/25) bertepatan 26 Syawal 1446 H.
Scroll Untuk Lanjut Membaca
IKLAN
Ustazd Muhammad Hatta menjelaskan, anak yang terbiasa tidur di kamar berpendingin dan makan dengan menu yang lengkap, sering kali merasa tak sanggup saat harus hidup sederhana di pesantren atau lingkungan baru yang serba terbatas. Akibatnya mereka memilih mundur daripada berjuang.
“Fenomena ini juga menjelma dalam kehidupan rumah tangga yang rapuh, ketika sedikit masalah langsung berujung pada perceraian, bahkan yang lebih mengkhawatirkan, ketika jalan pintas seperti bunuh diri menjadi pilihan, padahal itu bukan solusi, melainkan dosa besar yang berat hisabnya di akhirat kelak,” ungkapnya.
Ustazd Muhammad Hatta mengatakan, pada sisi lain, ada pula generasi yang lemah dalam menghadapi syahwat. Mereka tidak memiliki daya tahan terhadap godaan hawa nafsu dan tidak mampu berkata tidak terhadap ajakan buruk. Mereka larut dalam gaya hidup konsumtif, malas, dan mudah terbawa arus pergaulan yang tidak sehat. Mereka enggan menempuh jalan kebaikan karena takut dikucilkan.
“Seolah-olah lebih nyaman bersama dalam kemaksiatan daripada bersendiri dalam ketaatan. Pola pikir semacam ini sangat berbahaya dan harus menjadi perhatian serius kita semua,” tegasnya.
Menurut Ustazd Muhammad Hatta, ada pula generasi yang lemah dalam mengendalikan emosi. Mereka tumbuh dengan sifat cepat marah, mudah tersinggung, dan bertindak gegabah. Mahasiswa yang seharusnya menjadi simbol intelektual malah terlibat tawuran. Suami yang seharusnya menjadi pemimpin rumah tangga justru mudah mengucap talak.
“Kita sering menyaksikan kasus kekerasan antar pemuda yang dipicu oleh persoalan sepele, seperti suara knalpot atau tatapan mata. Dunia nyata dan media sosial menjadi saksi betapa pendeknya sumbu emosi generasi ini, padahal kedewasaan emosional merupakan ciri penting dari pribadi yang matang,” ujarnya.
Ustaz Muhammad Hatta juga mengungkapkan, untuk mengatasi berbagai bentuk kelemahan ini, Al-Qur’an telah memberi kita dua solusi mendasar. “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka keturunan yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. An-Nisa: 9)
Solusi pertama adalah takwa. Di akhir ayat disebutkan, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah. Takwa merupakan pondasi utama dalam membangun ketangguhan hidup. Orang yang bertakwa memiliki kesadaran spiritual yang kuat dan nilai-nilai yang menuntunnya dalam menghadapi berbagai ujian hidup.
Dalam surah Ath-Thalaq, Allah menegaskan, siapa yang bertakwa kepada-Nya, maka Dia akan memberikan jalan keluar dari setiap kesulitan. Sebagaimana dikatakan oleh Ali bin Abi Thalib, tidaklah Allah menurunkan malapetaka kecuali karena dosa, dan tidak pula Allah mengangkatnya kecuali dengan taubat.
“Solusi kedua adalah membangun komunikasi yang baik,” kata Ustazd Muhammad Hatta. Al Quran mengajarkan agar orang tua mengucapkan perkataan yang benar. Ini menunjukkan pentingnya komunikasi yang jujur, terbuka, dan membina antara orang tua dan anak. Sayangnya, kini kita menghadapi situasi di mana komunikasi antara generasi tua dan muda tersumbat. Anak-anak merasa sungkan atau takut bicara, sementara orang tua merasa tidak perlu tahu atau bersikap cuek. Komunikasi yang sehat kunci utama dalam menyampaikan nilai, bimbingan, dan nasihat kepada anak-anak.
Karena itu, menurut Ustazd Muhammad Hatta, kita mesti membangun kembali kedekatan emosional dan komunikasi yang sehat dengan para pemuda. Tidak hanya sebagai orang tua kandung, tetapi juga sebagai guru, tetangga, dan anggota masyarakat. Pemuda hari ini adalah calon pemimpin dan orang tua masa depan.
“Jika mereka dibina dengan baik hari ini, kita sedang menyiapkan masa depan yang kuat dan penuh harapan. Sebaliknya jika kita abai dan membiarkan generasi lemah tumbuh tanpa pembinaan, maka kita sedang menggali lubang bagi keruntuhan masa depan,” pungkas Anggota Dewan Syariah Wahdah Islamiah ini. (b02)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.