Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batangtoru di Kabupaten Tapanuli Selatan adalah pembangkit listrik ramah lingkungan yang sedang dalam tahap pembangunan di wilayah Provinsi Sumatera Utara
Disebut ramah lingkungan, karena menggunakan air sebagai sumber utama pemutar turbin penghasil listrik. Tidak ada pencemaran atau polusi sebagaimana PLT Diesel yang memakai minyak solar atau PLT Uap yang memakai batubara sebagi sumber pemutar turbinnya.
Scroll Untuk Lanjut Membaca
IKLAN
Progres pembangunan PLTA Batangtoru sudah 82,5 persen dan ditarget selesai tahun ini. Operasional perdananya diperkirakan awal tahun 2026 dan akan menghasilkan energi listrik sebesar 510 mega watt (MW).
PLTA ini menggunakan air sungai Batangtoru sebagai sumber energi utama pemutar empat turbin penghasil listrik. Sungai yang membentang di Kecamatan Sipirok, Marancar dan Batangtoru Tapsel ini dibendung di Desa Aek Batang Paya SIpirok
Air sungai akan dialirkan 6 jam per hari ke terowongan sepanjang 13,6 kilometer dengan diameter 8,8 meter, mulai dari bendungan di Desa Aek Batang Paya Kecamatan Sipirok sampai ke turbin power house di Desa Wek 1 Kecamatan Batangtoru.
Selama ini muncul isu di tengah masyarakat, jika bendung itu selesai dibangun maka aliran sungai Batangtoru di hilir bendung akan kekeringan. Mengingat bendung itu dekat patahan bumi di Aek Latong Sipirok, maka akan mudah jebol dan mengakibatkan bencana di hilir bendung.
Guna menjawab desas desus itu, PT. North Sumatera Hydro Energi (NSHE) perusahaan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batangtoru di Kabupaten TapanulI Selatan menggelar Journalist Gathering bertema Sinergi Energi Merajut Masa Depan.
Rabu (23/4/2025) dan Kamis (24/4/ 4/2025), PT. NSHE mengumpul 26 orang wartawan dari Tapsel dan Padangsidimpuan di Syakira View & Resto Desa Aek Sabaon, Kecamatan Marancar. Juga menyertakan empat mahasiswa jurusan komunikasi dan penyiaran sebagai peserta.

Hari pertama kegiatan diisi talk show. Menghadirkan narasumber kompeten seperti ahli bendungan Hadi Susilo, praktisi pers Muhammad Syahrir, jurnasil fotograpi T. Agus Khaidir, dan praktisi lingkungan Iqbal N. Araf.
Pagi hingga tengah malam, talk show ini dijejali pertanyaan-pertanyaan kritis para peserta. Bahkan saking banyaknya yang bertanya di setiap sesi, moderator terpaksa membatasinya. Sebab, waktu 3 jam per narasumber sudah selesai.
Hari kedua, kunjungan ke dam site atau lokasi bendung PLTA Batangtoru di Desa Ae Batang Paya, Sipirok. Karena masih banyak pertanyaan yang belum tersampaikan di hari pertama, maka di lokasi itu para peserta kembali mencecar Hadi Susilo yang merupakan pakar bendung PLTA Batangtoru dengan banyak pertanyaan.
Dari berbagai penjelasannya dapat dikutip bahwa, bendung PLTA Batangtoru memiliki ketebalan dinding bawah 40 meter, jika dihitung dengan penyangga bangunan utama menjadi setebal 78 meter, dan dinding atas 7 meter. Memiliki saluran pembuangan air bawah dan saluran pembuangan atas.
Tembok bendungan itu tingginya 74 meter dari permukaan sungai. Membentang selebar 134 meter dari sisi kiri ke sisi kanan sungai. Dalam situasi debit air tinggi, bendungan itu akan menggenangi lahan seluas 101 hektar.
Di sisi kanan bendungan terdapat pintu terowongan berdiameter 8,8 meter. Air bendungan akan dilepas melalui terowongan bawah tanah sepanjang 13,6 kilometer tersebut menuju turbin power house.

Saat ini, pintu terowongan yang mampu mengalirkan air sebanyak 210 kubik per detik itu sedang dalam pekerjaan pembangunan katup pembuka dan penutup. Dari besarnya lubang terowongan itu, diperkirakan dua truk colt diesel bisa melintas berpapasan di dalamnya.
Menurut penjelasan ahli dan melihat kondisi di lapangan, sepertinya jika seluruh pintu terowongan dibuka, air bendungan akan cepat susut dan genangan airnya tidak akan terlalu luas lagi. Mengingat besarnya terowongan dan kebutuhan debit air 210 kubik per detik.
Terus, apakah dengan kondisi ini maka sungai di hilir bendung akan kekeringan ? Ternyata tidak. Menurut Hadi Susilo, di belakang bendungan itu masih ada belasan anak sungai yang sampai saat ini masih mengalir deras ke sungai Batangtoru.
“Panjang terowongan ini 12,2 kilometer ditambah 1,4 kilometer pipa ke turbin. Hitungan kita, di belakang bendung ada 18 kilometer aliran sungai Batangtoru yang terpotong akibat terowongan ini. Namun aliran itu tidak akan kekeringan, sebab ada belasan anak sungai dari Kecamatan Sipirok dan Marancar yang bermuara ke sana,” jelasnya.
Biota air mulai dari hilir bendungan sampai ke hilir power house (PH) diyakinkan tidak akan terganggu atau punah. Sebab, PT. NSHE telah membentuk dan menempatkan satu divisi yang setiap saat melakukan pengamatan biota sungai dari hulu sampai hilir bendung.
Terkait keamanan bendung PLTA Batangtoru yang berada dekat patahan bumi sesar semangko Aek Latong, menurut Hadi Susilo kondisi ini bukan sesuatu yang harus dikhawatirkan lagi. Sebab, telah dilakukan kajian dan penelitian.
“Standart Nasional Indonesia atau SNI pembangunan bendung itu sangat penuh perhitungan dan kehati-hatian. Memiliki persyaratan menyeluruh mulai dari topografi, lingkungan dan biodiversitasnya. Untuk bendung PLTA Batangtoru, kita pastikan aman,” tegas pakar bendung yang punya banyak pengalaman tersebut.
6 Jam Per Hari
Lebih lanjut Hadi Susilo menjelaskan, PLTA Batangtoru dirancang dan dibangun hanya untuk memenuhi kebutuhan listrik pada saat beban puncak saja. Artinya, PLTA penghasil energi 510 MW ini hanya akan beroperasi selama 6 jam per hari.
“Arus listrik PLTA ini disalurkan ke jaringan PLN hanya sore sampai malam atau pada saat konsumen PLN butuh energi yang lebih banyak. Paling sekitar 6 jam per hari. Dari empat turbin yang ada, setiap hari cukup mengoperasionalkan tiga turbin,” jelasnya.
Dari penjelasan ini dapat disimpulkan, air sungai Batangtoru yang dibendung itu tidak sepanjang hari dialirkan ke terowongan. Hanya saat turbin beroperasi saja atau 6 jam per hari. Selebihnya atau 18 jam lagi, air sungai kembali dialirkan ke sungai di hilir bendung.
“Itulah makanya kita tegaskan aliran sungai di hilir bendung tidak akan kekeringan. Biota sungai terjaga dan tidak punah, seperti ikan jurung yang selama ini banyak ditemukan di sana,” terangnya. Sukri Falah Harahap/WASPADA.id
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.