Pidie Dalam Kabut Pagi, Perlahan Menuju Negeri Awan

2 hours ago 2

Pagi itu, lembah Tangse seperti baru saja membuka matanya. Kabut perlahan turun dan menari di antara pepohonan, menempel di dedaunan, lalu jatuh sebagai embun di atas tanah yang basah.

Udara di sini selalu sejuk dan lembut, seolah alam menyambut siapa pun dengan pelukan diam. Dari Keumala menuju Geumpang, perjalanan bukan sekadar perpindahan tempat, melainkan serangkaian adegan yang tersusun rapi, tikungan yang memperlihatkan sungai jernih, bukit yang menjulang hijau, cahaya matahari yang sesekali menyelinap memantul di permukaan air.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Pidie, dengan luas wilayah lebih dari 3.184 kilometer persegi, menghadirkan lanskap yang berubah di setiap kilometer pantai, kota, hutan, gunung, hingga pasar tradisional yang hidup sejak pagi. Namun dalam beberapa tahun terakhir, fokus para pelancong justru mengarah pada tiga kecamatan di wilayah tengah.

Tangse, Mane, dan Geumpang. Kawasan ini, yang dulu identik dengan sungai, kebun, dan hutan, kini menjadi wajah baru pariwisata Pidie.Tangse berdiri sebagai ruang bermain alami bagi warga dan wisatawan.

Sungai-sungainya yang jernih mengalir seperti benang perak di antara batu-batu besar, menjadi tempat keluarga berkumpul setiap akhir pekan. Tawa anak-anak berpadu dengan suara air, sementara aroma masakan dari dapur sederhana di pinggir sungai ikut melengkapi suasana.

Di balik riuh sungai, Tangse dan Mane hidup sebagai tanah durian terbaik di Aceh. Ketika musim panen tiba, aroma durian memenuhi udara. Wisatawan datang langsung ke kebun warga, menunggu buah jatuh, membeli, dan menyantapnya di tempat.

Bagi masyarakat di sini, kebun bukan sekadar sumber penghidupan, melainkan ruang wisata alami yang telah mereka jalani jauh sebelum istilah “agrowisata” populer di brosur-brosur perjalanan.

Perjalanan ke Geumpang menghadirkan suasana baru. Suara hutan yang sunyi, hawa yang semakin dingin, serta pepohonan besar yang berdiri seperti penjaga lama membuat kawasan ini terasa berbeda. Di Desa Bangkeh terdapat Agrowisata Kilonam, tempat di mana lautan awan sering menggulung di bawah kaki pengunjung.

Ketika angin membawa kabut tipis dari arah pegunungan, pemandangan menjadi seperti lukisan bergerak. Di sanalah kami bertemu Dewi Saputri, pengunjung dari Sigli yang datang bersama keluarganya menggunakan mobil sedan. Ia tersenyum, mengingat cerita lama ketika jalan menuju Geumpang penuh tanjakan dan berbatu. “Sekarang jalannya mulus sekali,” ujarnya.

“Kami bahkan sempat mandi di sungai Tangse sebelum naik ke Bangkeh. Rasanya perjalanan itu seperti liburan panjang tanpa harus menunggu.”

Kini Kilometer Enam bukan lagi tempat yang hanya diketahui warga setempat. Media telah mengangkatnya menjadi ikon baru pariwisata Aceh. Setiap musim libur, foto pemandangan awan dari Bangkeh memenuhi linimasa para wisatawan, dan kunjungan datang dari berbagai daerah, Aceh Besar, Bireuen, Meulaboh, bahkan Medan Sumatera Utara.

Hamparan hijau persawahan dan aliran sungai yang membelah lembah menghadirkan pesona alam Tangse yang menenangkan dan asri. Waspada. Id/ ist

Walau perhatian besar kini tertuju pada kawasan tengah, Pidie tetap kaya dengan pesona lainnya. Di utara, Pantai Kuala Jambo Aye menawarkan hamparan pasir putih dan senja yang hangat. Di pusat kota, Museum Kota Pidie menyimpan jejak panjang sejarah Aceh dalam artefak-artefak yang bercerita dengan diam.

Di pasar tradisional Sigli, kehidupan masyarakat berdenyut kuat sejak pagi. Pedagang rempah, penjual ikan, tukang kain, dan penjaja kuliner khas saling bersahutan dalam ritme yang hanya dimiliki sebuah kota yang tumbuh dari tradisi panjang.

Seiring waktu, Pemerintah Kabupaten Pidie yang di nahkodai Bupati H Sarjani Abdullah dan Wabup Alzaizi, semakin serius membenahi sektor pariwisata. Jalan diperbaiki, akses diperluas, fasilitas publik ditingkatkan, dan masyarakat lokal dilibatkan dalam setiap pengembangan.

Sungai-sungai di Tangse dirawat tanpa menghilangkan kealamian, kawasan Geumpang ditata agar tetap natural meski semakin ramai, dan Mane mulai merangkai potensi budaya serta alamnya untuk disajikan kepada wisatawan.

Menjelang sore, kabut kembali turun di kawasan Geumpang. Awan bergerak pelan, seolah menutup babak hari itu. Dari kejauhan, warna jingga matahari berpendar di balik bukit, memberi garis akhir pada perjalanan panjang kami. Namun suara sungai, aroma hutan, dingin kabut, dan keramahan penduduk tetap tinggal lebih lama dalam ingatan, seperti bisikan yang terus memanggil.

Pidie bukan hanya tempat untuk dilihat. Ia adalah tempat untuk dirasakan, tempat yang memberi kesempatan kepada siapa pun untuk menemukan kembali kesegaran, ketenangan, dan rasa pulang meski baru pertama kali datang.

Muhammad Riza

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |