Parkinson Turunkan Kualitas Hidup Penderita

5 hours ago 2
Kesehatan

9 Desember 20259 Desember 2025

Parkinson Turunkan Kualitas Hidup Penderita dr. Tommy Rizky Hutagalung, M.Ked (NeuSurg), Sp.BS., FINPS, FMD

Ukuran Font

Kecil Besar

14px

MEDAN (Waspada.id): Penyakit Parkinson merupakan gangguan neurologis kronis yang berdampak signifikan terhadap kualitas hidup penderitanya. Penyakit ini umumnya menyerang usia lanjut, terutama di atas 60 tahun, namun dalam beberapa kasus juga dapat dialami oleh kelompok usia yang lebih muda.

Dokter spesialis bedah saraf, dr. Tommy Rizky Hutagalung, M.Ked (NeuSurg), Sp.BS., FINPS, FMD, menjelaskan bahwa Parkinson sering kali tidak disadari sejak awal karena gejalanya dianggap sebagai bagian dari proses penuaan.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

“Gejala yang paling sering muncul adalah tremor saat istirahat, kekakuan otot, serta gerakan yang melambat. Ini bukan kondisi normal akibat usia, melainkan adanya gangguan pada sistem saraf,” ujarnya.

Menurut dr. Tommy, tremor dan kekakuan otot dapat sangat mengganggu aktivitas dan kemandirian penderita. Tremor di tangan, misalnya, membuat pasien kesulitan melakukan aktivitas sederhana seperti makan, menulis, atau mengancing baju.

“Kekakuan otot juga bisa menimbulkan nyeri dan membuat pasien sulit berjalan atau berpindah tempat, yang pada akhirnya berdampak pada kepercayaan diri mereka,” katanya.

Tak hanya berdampak secara fisik, Parkinson juga memunculkan berbagai keluhan non-motor seperti gangguan bicara, gangguan tidur, hingga perubahan suasana hati. Kondisi ini dapat menurunkan motivasi pasien untuk tetap aktif dan bersosialisasi.

“Ketika pasien merasa frustrasi karena keterbatasan yang dialami, kualitas hidupnya bisa menurun secara signifikan,” tambah dr. Tommy.

Dalam penanganannya, terapi Parkinson tidak hanya bergantung pada obat-obatan. Pada kondisi tertentu, tindakan operasi dapat menjadi pilihan.

“Beberapa pasien dapat dipertimbangkan untuk menjalani prosedur seperti stereotactic brain lesioning atau Deep Brain Stimulation (DBS). Ini merupakan tindakan bedah minimal invasif yang terbukti efektif, terutama bagi pasien yang tidak lagi merespons optimal terhadap terapi obat,” jelasnya.

Ia menekankan bahwa penanganan Parkinson harus dilakukan secara komprehensif, melibatkan aspek medis dan dukungan lingkungan sekitar.

“Dengan pengobatan yang tepat, dukungan keluarga, serta pemahaman dari masyarakat, penderita Parkinson tetap dapat menjalani hidup yang produktif dan berkualitas,” pungkas dr. Tommy. (Id09)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |