Para Tokoh Pemuda Dan Masyarakat Deklarasikan Forum Pengawal Pengamalan Pancasila 

2 hours ago 1

MEDAN (Waspada.id): Sejumlah tokoh pemuda dan masyarakat mendirikan suatu kumpulan yang bernama Forum Pengawal Pengamalan Pancasila (FP3). Forum, yang dideklarasikan pada Senin 17 November 2025 di Aobi Cafe Jalan Singgalang No 1 Medan.

Para tokoh tersebut di antaranya Daudsyah Munthe, Syarifuddin Siba, Irwansyah Nasution, Syahyan Asmara, Rusdi Lubis, Datuq Adil Haberham, Harmen Ginting, Wara Sinuhaji, Muazad Zein, Marah Husein Lubis, Azwar, Effendi Manulang, Harun Al Rasyid, HA Nuar Erde dan yang lainnya.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Mereka sepakat mendirikan suatu kumpulan itu didasarkan pada keresahan dan kegelisahan kondisi bangsa dalam satu dekade belakangan ini.

Sehingga memunculkan ide-ide ataupun gagasan dari sejumlah tokoh, bagaimana upaya bersama untuk memberikan masukan agar perjalanan bangsa dan negara ini dapat berjalan baik sesuai dengan panduan hidup bangsa dan negara, yaitu Pancasila.

Sejumlah tamu yang juga merupakan tokoh-tokoh di Sumatera Utara dan kota Medan hadir dan mendukung penuh pendeklarasian F3 tersebut. Antara lain ada Donald Sidabalok, Hendra DS, Subandi SH, Erick, dan lainnya.

Bahkan Pemko Medan yang diwakili Drs Ody Prasetyo MSP, Sekretaris Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Medan pun hadir serta mendukung penuh terbentuk dan dideklarasikannya F3 dan Pemko Medan siap bekerjasama dan bergerak secara nyata.

Daudsyah Munthe inisiator dan sebagai Ketua Forum Pengawal Pengamalan Pancasika dalam sambutan saat pendeklarasian mengatakan, akibat kegelisahan dan keresahan itu, mereka telah berdiskusi panjang dan menemukan rumusan memberikan gagasan untuk memperbaiki kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sebab kata Daud lagi, Bupati Labuhan Batu Utara saat pemekaran, selama 30 tahun melakukan aktivitas berada dalam naungan Pancasila berjalan dengan baik aman dan tertib. 

Walau di sana sini masih ada kekurangan dan keganjilan. “Kita cinta ORLA karena Pancasila digaungkan Sang Proklamator Bung Karno. Setelah itu Pancasila dijaga dan dikawal Pak Harto. Jadi kita hormat sama Bung Karno karena kepemimpinanannya dan melahirkan Pancasila. Namun Pancasila belum menjadi kekuatan dalam masa itu. Di zaman Pak Harto kita merasa ikut di dalamnya. Tetapi karena kesibukan masing-masing, kita sama datang kemari. Sebab ada benang merah dengan Pancasila. Karena kita cinta Pancasila dan kita cinta NKRI,” kata Daudsyah Munthe.

Belum Jadi Jati Diri

Dikatakannya, Pancasila saat ini sudah meluncur tetapi belum sepenuhnya menjadi jati diri anak bangsa. “Dan saat ini kita sepakat hadir untuk lebih mencintai Pancasila, membangun kebersamaan dalam suasana komunikasi persatuan dan kesatuan,” ujarnya.

“Dalam kondisi Pancasila yang semakin memudar, kita bangkitkan lagi. Tutur sapa, hormat menghormati harus kita bangun agar Pancasila tetap utuh dan meningkat, lalu kita bisa hidup dengan aman dan damai di negeri tercinta. Karena itulah kami menilai perlu wadah ini untuk memberikan sumbangsihnya kepada bangsa dan negara,” imbuhnya.

Pandangan Hidup Bangsa

Senada,  pendapat disampaikan DR Sahyan Asmara. Ia mengatakan, Pancasila sebagai pandangan hidup bagi seluruh rakyat Indonesia. 

Sampai-sampai pihaknya di organisasi Pemuda Pancasila diberikan masukan, kalau mau memandang Pancasila sebagai organisasi, maka perilaku dan nilai-nilai Pancasila harus diterapkan dalam kehidupan. Kalau tidak, tinggalkan Pancasila.

Diakatakannya Pancasila adalah pilar pandangan hidup bangsa dan negara. “Pak Harto tetap menjaganya. Pada masa reformasi, Pancasila hampir hilang,” ujarnya.

Sebagai contoh dalam UU 40/99 Tentang Pers, kata-kata Pancasila tak ada sebab negara kita ini digiring menuju liberal. 

Dalam perjalanan pemerintahan ini mulai dari Pemerintahan BJ Habibi, Gus Dur, Megawati, Pancasila agak-agaknya mulai tergerus, sekarang nilai-nilai Pancasila itu mulai dihidupkan lagi.

“Kalau negara di dunia ini sudah memiliki paham-paham. Paham negara Indonesia lain. Semua bisa diakomodir dan bisa jaga keserasian dan keselarasan, keseimbangan cita-cita bangsa dan negara,” ujar Datuk Sahyan, Deputi Menpora masa Menpora Adhiyaksa Dault.

Katanya sebab ada kegelisahan saat ini maka digagaslah FPPP, sebelumnya sudah ada forum seperti ini tapi tak berkembang. Forum Pengawal Pengamalan Pancasila ini dideklarasikan sangat tepat sekali.

“Kita harus berbicara tentang Pancasila, sekira 36 butir pengamalan Pancasila sangat bagus dari uraian Pancasila tersebut. Kita bukan untuk kembali ke masa lalu, tapi harus kita kembalikan nilai-nilai Pancasila itu ke dalam kehidupan anak bangsa pada saat ini agar kita bisa menuju negara yang aman, adil dan sejahtera. Mari kita memulai kembali mengawal nilai nilai Pancasila dan memberikan pemahaman tentang Pancasila tersebut kepada anak bangsa,” ujarnya.

Pancasila Tergerus

Sementara inisiator yang lain, Syarifuddin Siba mengatakan nilai-nilai Pancasila telah tergerus, telah sama kita lihat kerusakan-kerusakan itu.

Karenanya kita kumpul di sini mendiskuiskan kerisauan dengan nilai-nilai Pancasila. Apalagi kita yang tua-tua ini telah mengalami penataran P4. 

“Saat ini tak kita tengok lagi nilai nilai Pancasila itu. Pakar-pakar di Jakarta pun risau juga melihat kondisi bangsa ini. Kehancuran dan kerusakan moral, korupsi bisa saja terjadi. Keadilan tak adil, hukum bebelok-belok, demokrasi seperti permainan,” papar Siba, tokoh Melayu ini.

Sedangkan tujuan Pancasila, katanya, adalah menciptakan keselaran dan keseimbangan hidup anak bangsa dan kehidupan negara.Tetapi saat ini, apa yang dibuat salah, semua pihak pada tenang-tenang saja.

“Satu dekade tak ada yang berani cakap. Kehancuran datang. Tetapi kalau kita sudah memiliki pemimpin yang berideologi, barulah bangsa dan negara ini bisa diperbaiki,” ujarnya. 

“Utang negara itu adalah kehancuran. Ketidakadilan setelah reformasi, kondisinya orang mudah saja marah dan emosi. Saat ini momentum sudah datang dan sifatnya tak lama, kalau tak diambil cepat maka momentum itu bisa hilang. Kami berterima kasih kepada Walikota Medan yang telah menyambut baik kegiatan ini dan mendukungnya,” jelas Syafaruddin Siba.

Viralkan F3

Sementara tokoh masyarakat yang lain dari kalangan akademisi dan sejarawan, Wara Sinuhaji berbicara tentang Pancasila, dengan mengajak kita harus ingat Bung Karno. 

“Kita harus ingat Bung Karno. Sebelum Pak Harto berkuasa, Pancasila bebas diterjemahkan. Lalu Bung Karno mencari ideologi yang tepat maka ia rumuskan Pancasila dan sampai mengalami beberapa kali perubahan. Setelah Bung Karno jatuh, maka timbul Pancasila versi bari yaitu dengan pemahaman Pancasila yang tunggal,” katanya.

Dengan dideklarisaknnya forum ini maka nilai-nilai luhur Pancasila itu bisa kita semaikan dan tumbuh kembangkan. Dan satu yang perlu diingat bahwa kota Medan sering jadi pelopor dari beragam ide, organisasi, forum dan lainnya, tetapi untuk F3 ini, tindak lanjutnya jangan nol. 

“Kita harus giat dan viralkan forum ini,” tutup Wara. 

Usai sejumlah tokoh memaparkan soal Pancasila, Suyadi San memimpin pembacaan Deklarasi Forum Pengawal Pengamalan Pancasila dengan didampingi tokoh-tokoh Sumatera Utara dan kemudian diakhiri foto bersama.(rel)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |