Laporan: Maimun Asnawi, S.HI.,M.Kom.I
SETELAH cukup lama pembangunannya terhenti akibat tersandung kasus korupsi. Kini, Kepala Kejaksaan Negeri Aceh Utara, Teuku Muzafar, SH.,MH, Selasa (22/4) pukul 13:00 mengembalikan seluruh kunci monumen tersebut kepada Bupati Aceh Utara, Ismail A Jalil (Ayah Wa) sebagai tanda tidak ada lagi persoalan pada bangunan tersebut. Scroll Untuk Lanjut Membaca IKLAN
Pengembalian seluruh kunci monumen oleh Teuku Muzafar kepada Ayah Wa di gedung monumen itu, disaksikan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, H. Jamaluddin Usman, M.Pd, Asisten III Setdakab Aceh Utara, Fauzan, Camat Samudera, Ilyas, Kepala Dinas Olahraga dan Pariwisata, M. Nasir, Geusyiek Gampong (kepala desa) Beuringen dan sejumlah orang yang berhadir.
“Sebenarnya tidak kita sita, cuma kemarin terkait masalah perkara. Dan sekarang sudah tidak ada kendala dan hambatan lagi. Untuk terkait Monumen Samudera Pasai, hari ini, kuncinya kita kembalikan kepada Pemerintah Kabupaten Aceh Utara, dalam hal ini kita serahkan kepada bapak bupati untuk dapat kita bangun kembali,” kata Teuku Muzafar.
Sebelum penyerahan kunci Monumen Samudera Pasai, Waspada.id sempat mewawancarai orang nomor satu di Kejari Aceh Utara itu. Kata Teuku Muzafar dalam wawancara tersebut, dirinya merasa perihatin, karena memang Monumen Samudera Pasai ini merupakan icon Kabupaten Aceh Utara. Oleh karena itu, kata dia, setelah serah terima kunci, maka pihaknya bersama Ismail A Jalil berkomitman untuk membangun kembali yang belum selesai.

“Monumen Samudera Pasai merupakan kebangaan bagi seluruh masyarakat Aceh Utara. Dan Monumen Samudera Pasai ini merupakan icon Kabupaten Aceh Utara. Kami siap membantu Pemkab Aceh Utara untuk melobi Pemerintah Pusat untuk melanjutkan pembangunan,” ucap Teuku Muzafar serius.
Teuku Muzafar pada kesempatan itu berulang kali menyebutkan bahwa bangunan tersebut merupakan kebanggaan seluruh masyarakat Aceh. Teuku Muzafar meyakini proses lanjutan untuk pembangunan gedung tersebut tidak sulit. Dan pihaknya siap mendampingi Bupati Aceh Utara untuk membicarakan lanjutan pembangunan Monumen Samudera Pasai ini dengan Pemerintah Pusat dalam hal ini dengan pihak Kementerian Kebudayaan.
“Saya benar-benar merasa prihatin dengan kondisi bangunan saat ini. Ini harus menjadi komitmen bersama,” ucapnya lagi.
Pada kesempatan itu, Teuku Muzafar juga memberitahukan Waspada, pada saat bangunan ini berperkara, ada beberapa pekerjaan yang sudah ditender dan sudah ada pemenangnya terpaksa dibatalkan. Beberapa pekerjaan tersebut adalah pemasangan lift dengan anggaran Rp7 miliar. Kemudian pembangunan pagar dan tanaman juga dengan nilai anggaran Rp7 miliar.
“Nanti kedua paket pekerjaan itu, akan kita minta ke Pusat untuk ditender ulang. Dan kita juga akan meminta anggaran untuk merenovasi bangunan yang telah rusak. Saya yakin ini tidak ada masalah. Dan menurut saya, setiap daerah harus memiliki kebanggaan. Apalagi ini menyangkut dengan Monumen Samudera Pasai yang memiliki nilai sejarah cukup tinggi. Kerajaan Samudera Pasai merupakan Kerajaan Islam pertama di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. Diakui secara internasional. Kebanggan ini harus kita kembalikan. Dan ini sesuai dengan moto Aceh Utara bangkit,” sebut Teuku Muzafar.
Mengapa dikatakan tidak sulit untuk melaksanakan lanjutan pembangunannya, karena sebut Teuku Muzafar, pada saat terjadi perkara, pembangunan Monumen Samudera Pasai memang belum selesai dikerjakan. Untuk melanjutkan sisa pekerjaan, Kajari Aceh Utara dengan instrumen kerja sama Datun akan mendapingi Bupati Aceh Utara ke Jakarta untuk bertemu dengan pihak terkait.
Ditanya apa harapannya, Teuku Muzafar mengatakan, bangunan ini harus dianggap sebagai milik bersama. Dan menurutnya, Monumen Samudera Pasai bukan hanya milik Pemkab Aceh Utara tetapi milik dari seluruh masyarakat Aceh, terutama masyarakat Aceh Utara. Oleh karena itu, harus bersama-sama menjaga situs sejarah tersebut. Untuk itu, kata dia lagi, harus lahir rasa bangga pada setiap warga.

Nantinya, kata dia lagi, setelah proses pembangunan selesai dikerjakan, seluruh areal di sekitar Monumen Samudera Pasai ini dapat diramaikan oleh beragam kegiatan seperti menampilkan tari-tarian dan berbagai kegiatan lainnya. Dengan demikian, lokasi ini akan terus diramaikan oleh masyarakat dan dengan sendirinya akan dapat menumbuhkan perekonomian masyarakat sekitar.
“Jadi di lokasi ini nanti akan kita gelar berbagai kegiatan yang terkait dengan beragam kegiatan adat istiadat. Jadi yang kita jual nanti ke dunia internasional adalah budaya kita. Budaya Aceh sangat kaya. Dan kegiatan ini saya dukung penuh. Kita semua tahu bahwa Aceh Utara adalah kabupaten terbesar di Provinsi Aceh. Harusnya Aceh Utara menjadi contoh bagi kabupaten/kota lainnya. Dan itu bisa kita mulai dari Monumen Samudera Pasai dan nanti harus lahir kata-kata, tidak ke Aceh Utara jika belum berkunjung ke Monumen Samudera Pasai,” tutup Teuku Muzafar.
Bupati Aceh Utara, Ismail A Jalil menyambut dengan baik keinginan yang disampaikan oleh Kajari Aceh Utara Teuku Muzafar, baik keinginan dalam membantu Pemkab Aceh Utara untuk melobi Pemerintah Pusat guna melanjutkan pembangunan Monumen Samudera Pasai maupun keinginan untuk menampilkan tari tarian dan ragam adat istaidat Aceh di lokasi bangunan tersebut.
Bahkan, sebut Ayah Wa kepada Waspada.id, pihaknya segera menjadwalkan keberangkatan ke Jakarta untuk berkunjung ke Kementerian Kebudayaan bersama dengan Kajari Aceh Utara. “Kita berangkat dalam bulan ini, biar pembangunan Monumen Samudera Pasai dapat segera dilanjutkan. Intinya, apapun yang disampaikan oleh Pak Kajari kami sangat setuju,” sebut Ismail A Jalil. WASPADA.id
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.