Ekonom : Pertumbuhan Ekonomi Sumut 2026 Berpeluang Tembus 5,8 Persen

3 hours ago 2

MEDAN (Waspada.id): Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada 2026 diperkirakan tetap tumbuh positif meski dihadapkan pada sejumlah tantangan, mulai dari ketidakpastian ekonomi global, tekanan inflasi pangan, hingga penurunan dana transfer pusat ke daerah. Ekonom Sumatera Utara, Gunawan Benjamin memprediksi, ekonomi Sumut tahun depan berpotensi tumbuh di kisaran 4,9 hingga 5,8 persen.

Menurut Gunawan, salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi tersebut berasal dari implementasi program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang kontribusinya dinilai cukup signifikan terhadap perekonomian daerah.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

“Kalau kita hitung, kontribusi MBG terhadap pertumbuhan ekonomi di tahun depan itu bisa mencapai lebih dari 1 persen. Jadi dari sisi konsumsi rumah tangga, program ini jelas mendorong pertumbuhan,” ujar Gunawan, Senin (8/12).

Meski demikian, ia menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak bisa hanya bertumpu pada satu program. Sektor industri utama Sumut seperti industri kelapa sawit dan industri pengolahannya diharapkan kembali menjadi penopang ekonomi pada 2026, meskipun pertumbuhannya diproyeksikan masih moderat.

“Industri-industri penopang utama tetap akan tumbuh, tetapi kemungkinan masih di bawah 5 persen. Jadi secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Sumut saya perkirakan masih berada di kisaran 4,9 sampai 5,8 persen,” jelasnya.

Gunawan menyebut peluang pertumbuhan ekonomi Sumut dapat lebih tinggi jika target investasi sebesar Rp100 triliun yang dicanangkan Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution, mampu terealisasi.

“Kalau investasi Rp100 triliun itu bisa tercapai, saya yakin pertumbuhan ekonomi Sumut bisa menembus di atas 6,3 persen. Tapi ini tentu bukan pekerjaan mudah di tengah kondisi ekonomi global yang masih penuh ketidakpastian,” katanya.

Dari sisi kebijakan moneter, penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia dinilai berpotensi mendorong akselerasi ekonomi daerah. Namun, Gunawan mengingatkan bahwa ekonomi Sumut masih sangat bergantung pada kinerja ekspor, sementara dari sisi pengeluaran, belanja rumah tangga tetap menjadi kontributor terbesar, menyumbang lebih dari 50 persen struktur ekonomi.

“Selama konsumsi rumah tangga, termasuk MBG yang bisa dikategorikan sebagai bagian dari konsumsi, tetap terjaga, ini masih akan menjadi bantalan pertumbuhan,” ujarnya.

Tantangan besar lainnya, lanjut Gunawan, adalah inflasi, khususnya inflasi pangan akibat bencana alam yang terjadi pada November dan masih berdampak hingga Desember. Penurunan produktivitas pertanian diperkirakan akan memicu gejolak harga pada 2026, terutama pada kuartal awal dan ketiga.

“Cabai, sayur-sayuran, ini masih berpeluang bergejolak. Inflasi di awal tahun pemerintahan 2026 relatif sulit dikendalikan jika recovery pascabencana berjalan lambat,” katanya.

Ia memproyeksikan inflasi 2025 berpeluang sedikit melampaui target Bank Indonesia sebesar 3,5 persen, seiring kenaikan harga sejumlah komoditas seperti minyak goreng, beras, cabai, daging ayam, dan daging sapi. Untuk Desember saja, inflasi diperkirakan berada di kisaran 0,7 hingga 0,9 persen.

Sementara itu, untuk 2026 Gunawan masih relatif optimistis inflasi dapat dikendalikan di kisaran 2 hingga 3 persen, dengan catatan tidak terjadi bencana besar yang tidak terprediksi.

“Masalahnya sekarang ada kebutuhan anggaran rehabilitasi bencana yang nilainya bisa mencapai Rp9 triliun, sementara dana transfer pusat ke daerah justru mengalami penurunan. Ini akan mempersempit ruang fiskal pemerintah daerah,” terangnya.

Kondisi tersebut, menurut Gunawan, berpotensi membuat APBD 2026 lebih ramping dan terserap pada belanja rutin seperti belanja pegawai, sehingga belanja yang bersifat mendorong pertumbuhan ekonomi, seperti pembentukan modal tetap bruto (PMTB) dan konstruksi, diperkirakan melambat.

“Dorongan dari sektor swasta dan realisasi investasi benar-benar jadi kunci. Tanpa itu, kemampuan pemerintah daerah untuk mengakselerasi pertumbuhan akan terbatas,” katanya.

Meski diwarnai berbagai tantangan, Gunawan menilai secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada 2026 masih akan lebih baik dibandingkan 2025, dengan MBG sebagai motor utama dan investasi sebagai faktor penentu arah pertumbuhan jangka menengah. (id09)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |