Dunia Tuding Nikel RI Kotor, Ternyata Gara-gara Kalah Saing

4 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Chairman Indonesia Mining Institute, Irwandy Arif menjawab tudingan nikel kotor dari pertambangan di tanah air, alias "dirty nickel". Menurutnya tudingan dan isu kepada Indonesia yang beredar sangat banyak.

"Pertama kalau kita lihat kenapa ada semacam suatu isu negatif terus, ini pertama kita bisa lihat dulu di kondisi geopolitik. Jadi memang Indonesia sedang diterpa dengan kondisi internasional, karena 75-85% itu pengusahaan nikel itu kebanyakan dari Cina. Nah ini kemudian dapat saingan harga turun, ditambah lagi, di Australia beberapa tambang tutup," jelas Irwandy kepada CNBC Indonesia dalam Mining Zone, Selasa (8/7/2025).

Dampaknya, tambang nikel Indonesia jadi sorotan. Apalagi potensi Indonesia, menurut Irwandy paling besar di dunia dan masih bisa bertahan apalagi dengan biaya produksi yang cukup ekonomis.

Adapun di dalam negeri, tingkat produksi nikel mencapai 240-250 juta ton per tahun yang diperkirakan cadangan tersebut akan bertahan dalam 10 hingga 12 tahun, kecuali ditemukan cadangan baru untuk besi dan baja. Sedangkan untuk industri baterai diperkirakan bisa bertahan hingga 20-30 tahun ke depan.

"Nah ini yang tentunya harus memerlukan kontrol dari pemerintah. Kontrol pemerintah melalui RKAB dan sebagainya. Nah memang kalau kita lihat kondisi sekarang dari kondisi geopolitik maupun dalam negeri ini perlu perbaikan-perbaikan," tegas Irwandy.

Menurut Irwandy, perbaikan tersebut terutama perbaikan dari pemerintah, misalnya bagaimana regulasinya jangan berubah-ubahuntuk mendorong ketahanan nikel di Indonesia dalam menghadapi ancaman-ancaman dari luar maupun dari dalam negeri sendiri.

"Nah, saya pikir ini yang perlu diperhatikan karena nikel termasuk mineral kritis dan mineral strategis di Indonesia," pungkas Irwandy.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) Meidy Katrin Lengkey isu dirty nikel yang dialami Indonesia disebabkan karena Indonesia pemain baru namun dengan kesuksesan yang luar biasa.

"Secara keseluruhan Indonesia sudah menguasai 63% dari total produksi dunia. Ini kan mengganggu hajat hidup negara lain," jelas Meidy dalam kesempatan yang sama.

Untuk diketahui, dirty nickel mengacu pada pengelolaan nikel yang tidak memperhatikan aspek tata kelola lingkungan, sosial, dan perusahaan (ESG) yang baik. Sebelumnya, untuk 'membersihkan' kembali nama Indonesia dari tuduhan black campaign dirty nickel, pemerintah melalui Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI melakukan klarifikasi yang melibatkan beberapa kedutaan besar dari berbagai negara.


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Lebih Tinggi dari Negara Lain, Royalti Nikel RI Capai 10%

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |