Budaya Bahasa Vs Budaya Berbahasa

3 hours ago 1

Oleh : Dr. Ely Ezir, M.S

Bahasa dan budaya merupakan dua entitas yang tidak dapat dipisahkan. Bahasa bukan sekadar alat komunikasi, melainkan juga cerminan budaya suatu masyarakat.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Melalui bahasa, manusia menyampaikan pikiran, nilai, serta norma yang dianut dalam kehidupan sehari-hari.

Budaya bahasa mencerminkan bagaimana sebuah bahasa berkembang dalam suatu masyarakat, sementara budaya berbahasa menggambarkan bagaimana masyarakat menggunakan bahasa itu dalam kehidupan sosialnya.

Menurut Gorys Keraf (dalam Komposisi, 1980), “Bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga cermin budaya masyarakat pengguna bahasa itu. Cara seseorang berbicara mencerminkan cara berpikir dan sistem nilai yang dianut oleh masyarakatnya.”

Perbedaan antara budaya bahasa dan budaya berbahasa seringkali disalahpahami atau dianggap sama. Padahal, keduanya memiliki peran berbeda namun saling melengkapi.

Dalam konteks Indonesia yang multikultural dan multibahasa, pemahaman terhadap kedua konsep ini menjadi semakin penting. Artikel ini akan membahas secara mendalam pengertian budaya bahasa dan budaya berbahasa, hubungan keduanya, serta tantangan dan upaya pelestariannya.

Budaya Bahasa: Warisan dan Identitas

Budaya bahasa mengacu pada segala aspek yang membentuk dan memengaruhi struktur serta perkembangan suatu bahasa. Ini meliputi sistem fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, hingga unsur estetika dalam sastra. Budaya bahasa merupakan bagian dari identitas bangsa karena menyimpan sejarah, nilai-nilai luhur, dan cara berpikir masyarakat pemakainya.

Contoh nyata dari budaya bahasa dapat dilihat dalam penggunaan bahasa daerah di Indonesia, seperti bahasa Jawa, Sunda, Minang, dan lain-lain.

Masing-masing memiliki struktur gramatikal dan kosa kata yang khas, mencerminkan cara hidup dan filosofi masyarakatnya. Bahasa Jawa, misalnya, mengenal tingkatan bahasa (ngoko, madya, krama) yang mencerminkan nilai kesopanan dan hirarki sosial dalam budaya Jawa.
Budaya bahasa juga berkembang melalui karya sastra, seperti puisi, prosa, dan drama.

Dalam karya sastra, bahasa diperkaya dengan metafora, simbolisme, dan gaya retoris yang mencerminkan kekayaan budaya pemiliknya. Oleh karena itu, pelestarian bahasa sebagai warisan budaya tak hanya berfokus pada aspek fungsionalnya, tetapi juga pada nilai-nilai budaya yang dikandungnya.

Budaya Berbahasa: Sikap dan Etika dalam Berkomunikasi

Berbeda dengan budaya bahasa, budaya berbahasa lebih menitikberatkan pada bagaimana seseorang menggunakan bahasa dalam kehidupan sosial.

Ini menyangkut etika, sopan santun, kesantunan berbahasa, serta kemampuan menyesuaikan bahasa dengan konteks sosial. Budaya berbahasa mencerminkan perilaku komunikasi suatu masyarakat.

Di Indonesia, budaya berbahasa sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya ketimuran, seperti rasa hormat, kesopanan, dan penghargaan terhadap orang lain. Dalam komunikasi sehari-hari, masyarakat Indonesia cenderung menggunakan bahasa yang halus, menghindari konfrontasi langsung, dan sering menggunakan eufemisme.

Namun, dalam era digital dan globalisasi, tantangan terhadap budaya berbahasa kian kompleks. Media sosial, misalnya, telah menjadi ruang komunikasi yang sering kali mengabaikan etika berbahasa. Komentar kasar, ujaran kebencian, dan hoaks merupakan bentuk degradasi budaya berbahasa yang semakin marak.

Oleh karena itu, pendidikan bahasa tidak hanya perlu mengajarkan struktur dan kosakata, tetapi juga harus membentuk sikap positif terhadap penggunaan bahasa yang santun, inklusif, dan bertanggung jawab.

Hubungan antara Budaya Bahasa dan Budaya Berbahasa

Budaya bahasa dan budaya berbahasa memiliki hubungan yang saling terkait dan saling memperkuat. Budaya bahasa menyediakan landasan struktural dan simbolik bagi penggunaan bahasa, sementara budaya berbahasa memberikan arah bagaimana bahasa tersebut digunakan secara sosial dan etis.

Tanpa budaya bahasa, komunikasi kehilangan kedalaman dan konteks budaya; tanpa budaya berbahasa, komunikasi bisa kehilangan nilai-nilai etika dan norma sosial.

Misalnya, penggunaan ungkapan-ungkapan sopan dalam bahasa Indonesia seperti “permisi”, “maaf”, atau “mohon bantuannya” adalah contoh penerapan budaya berbahasa yang berakar pada budaya bahasa Indonesia yang menjunjung kesantunan.

Keseimbangan antara keduanya menjadi penting dalam pembentukan karakter bangsa, terutama di era modern yang rawan kehilangan jati diri akibat arus globalisasi.

Tantangan dan Upaya Pelestarian

Tantangan utama dalam menjaga budaya bahasa dan budaya berbahasa adalah arus modernisasi dan dominasi bahasa asing, terutama bahasa Inggris.

Dalam banyak konteks, penggunaan bahasa Indonesia atau bahasa daerah dianggap kurang “keren” atau tidak relevan dengan perkembangan zaman. Hal ini menyebabkan generasi muda cenderung meninggalkan bahasa ibu mereka.

Selain itu, minimnya kesadaran terhadap pentingnya etika berbahasa dalam ruang publik dan digital memperparah kerusakan budaya berbahasa.

Perdebatan yang tidak sehat, penggunaan kata-kata kasar, serta rendahnya literasi media menjadi isu yang perlu segera ditangani.
Upaya pelestarian bisa dimulai dari dunia pendidikan.

Sekolah harus menjadi tempat penanaman nilai-nilai budaya bahasa dan budaya berbahasa sejak dini. Kurikulum perlu menyentuh aspek etika komunikasi, literasi digital, serta pengenalan karya sastra lokal.

Pemerintah dan lembaga kebudayaan juga perlu mendorong penggunaan bahasa daerah melalui media, seni, dan festival budaya.

Di sisi lain, keluarga sebagai lingkungan pertama pembelajaran bahasa harus memberi teladan penggunaan bahasa yang baik dan benar. Orang tua memiliki peran penting dalam menanamkan sikap menghargai bahasa ibu dan kebiasaan berbahasa yang sopan.

Penutup

Budaya bahasa dan budaya berbahasa adalah dua pilar penting dalam menjaga identitas dan karakter bangsa.

Dalam masyarakat yang majemuk seperti Indonesia, keduanya menjadi alat pemersatu sekaligus cermin dari nilai-nilai luhur yang dianut oleh masyarakat.

Memahami, menghargai, dan menjaga keduanya adalah bagian dari upaya membangun bangsa yang beradab, inklusif, dan bermartabat.

Di tengah tantangan globalisasi dan disrupsi teknologi, pelestarian budaya bahasa dan budaya berbahasa menjadi tugas bersama.

Melalui pendidikan, media, dan peran aktif masyarakat, kita bisa memastikan bahwa bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga jiwa dari kebudayaan itu sendiri. (Penulis adalah Ketua Program Studi Sastra Inggris S1 UISU dan dosen Magister Sastra S2 UISU Medan)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |