
BESITANG (Waspada): Kepala Balai Besar TNGL mengimbau masyarakat yang mengetahui kematian gajah sumatera untuk melaporkan kepada petugas terdekat guna mengungkap penyebab kematian satwa yang dilindungi ini.
“Kepada masyarakat luas juga diimbau untuk mendukung dan berpartisipasi aktif dalam upaya menjaga dan melestarikan satwa dilindungi beserta habitatnya,” ujar Kepala Balai Besar TNGL, Subhan, S.Hut, dalam pesan tertulis kepada Waspada, Senin (7/4).
Terkait dengan kematian gajah, tim BBTNGL bersama-sama tim BBKSDA Sumut, Yayasan Sumatera Hijau Lestari (YSHL), dokter hewan, tim SRA, Polsek Besitang dan perwakilan PT. Rapala, Sabtu (5/4), melakukan pengecekan.
Tim melakukan penanganan terhadap temuan bangkai gajah di lahan perkebunan yang berbatasan dengan kawasan TNGL Resort Sei Betung pada koordinat N. 4°02’14.2″, E. 98°04’21.8″ yang secara administrasi berada di Desa Bukit Selamat, Kec. Besitang.
Baca juga
Subhan mengatakan, dokter hewan telah mengambil beberapa sampel gajah berupa isi usus, jaringan lambung dan si lambung, serta gading dengan panjang 50 cm, lingkar pangkal 17 cm dan ujung 7 cm. Sampel selanjutnya akan diuji di laboratorium terakreditasi.
Dikatakan, dokter hewan yang melakukan nekropsi belum dapat menyimpulkan penyebab kematian gajah karena kondisi bangkai sudah membusuk dan pada badan gajah juga ditemukan diduga bekas luka.
Kepastian penyebab kematian gajah, lanjut Kepala BBTNGL, masih menunggu hasil laboratorium yang diperkirakan akan keluar dalam 30 hari setelah sample diterima oleh pihak laboratorium.
Kematian gajah sebelumnya pernah terjadi beberapa waktu lalu. Seekor gajah dalam kondisi mati hanyut dari hulu sungai TNGL dengan kondisi kedua gading telah dipotong. Gajah malang ini ditanam di Desa Sei. Meran, Kec. Pangkalansusu.
Secara umum, penyebab gajah keluar dari kawasan hutan dapat disebabkan beberapa faktor, di antaranya aksi perambahan, alih fungsi dan deforestasi. Kerusakan habitat memaksa satwa gajah, termasuk harimau ke luar dari kawasan untuk mencari makan.
Menurut salah seorang buruh tani kepada Waspada, aksi alih fungsi hingga kini masih terus berlangsung di kawasan hutan TNGL. “Perambah meracun pohon kayu, kemudian menggantinya dengan tanaman pohon kelapa sawit,” kata buruh tani tersebut.
Buruh tani berusia paruh baya yang enggan disebut jatirinya dengan alasan keamanan itu lebih lanjut mengungkapkan, tidak hanya alih fungsi, tapi aksi illegal longging juga marak terjadi, khususnya di kawasan Barak Itir TNGL.
Pelaku penebangan liar yang berasal dari luar daerah, katanya, hampir setiap hari beraksi melakukan penebangan pohon. “Mereka memodifikasi sepeda motor untuk melangsir kayu yang telah diracik untuk dibawa keluar dari kawasan hutan,” bebernya.
Kerusakan ekosistem kawasan hutan TNGL, khususnya di Langkat diperkirakan mencapai puluhan ribu hektare. Tingginya tingkat laju deforestasi di kawasan hujan hujan tropis dataran rendah ini tampaknya tidak sebanding dengan upaya pemulihan.(a10)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.