
MEDAN (Waspada): Sejumlah praktisi kesehatan, akademisi, pengusaha dan tokoh lintas profesi menghadiri silaturahim cerdas observer kesehatan Indonesia dan Komunitas Menua Bermartabat Sumatera Utara di Rahmat Internasional Wildlife Museum and Gallery Jalan S Parman Medan, Sabtu (5/4).
Inisiator silaturahim dan Komunitas Menua Bermartabat Dr Abidinsyah menyebut keberadaan Manusia Lanjut Usia (Manula) di Indonesia setiap tahun semakin bertambah seiring meningkatnya usia harapan hidup manusia Indonesia.
“Diperkirakan jumlah lansia di Indonesia akan terus bertambah. Tetapi hanya sekitar 13 persen saja yang masih produktif. Sisanya hanya bisa pasif dengan segala keterbatasannya. Sementara rumah sakit khusus lansia di Indonesia belum ada. Inilah yang menjadi latar belakang dibentuknya Komunitas Menua Bermartabat agar para lansia tetap mandiri, produktif dan senantiasa menyampaikan ide maupun gagasan terkait kondisi terkini di Indonesia,” ucap Dr Abidinsyah Siregar.
Silaturahim dihadiri Dr Sakhyan Asmara MSP, Prof Dr Ritha Dalimunthe, Dr H Jamaluddin Marpaung, DR Hj Nursafiah Harahap MA, drg Johannah Siregar, Dr Surjit Singh, Drs Gandi Parapat, Dr Sakhira Zandi, drg Adeluna Turangan, Dr H Indra, Syamsul Bahri Arifin dan lainnya.
Dr Abidinsyah menyebutkan bahwa menua bermartabat diharapkan bisa menjadi lifestyle masyarakat Indonesia. Hidup menua dengan kualitas kesehatan disertai kegiatan yang produktif dalam ide, gagasan dan tindakan.
Untuk itu, Komunitas Menua Bermartabat akan mendorong terbentuknya grup-grup kecil di tengah masyarakat sebagai wahana berdiskusi, mengobrol dan berbagi pengalaman untuk menjaga kehidupan para lansia tetap terhormat dan bermartabat. Termasuk dengan menjadikan sejumlah sosok lansia yang masih produktif di tengah masyarakat sebagai ‘duta’ atau ikon Menua Bermartabat.
Ia mencontohkan sosok H Rahmat Shah dengan usia 75 tahun sebagai Lansia Bermartabat yang patut diteladani dan menjadi inspirasi bagi kita semua. “Beliau seorang pengusaha yang kedermawanannya terus tiada henti. Ia selalu menebarkan kebaikan, pertemanan dan jiwa kesosialannya,” tegas Dr Abidinsyah.
Kepedulian
Sementara itu Dr Sakhyan Asmara yang juga salah satu inisiator silaturahim dan Komunitas Menua Bermartabat menyebutkan bahwa silaturahim yang dilangsungkan di Rahmat Wildlife dan Gallery merupakan kepedulian dari H Rahmat Shah.
“Ketika inisiator Menua Bermartabat menyampaikan ide ini kepada H Rahmat Shah, beliau langsung menyambut dan bersedia menyediakan tempat sebagai tuan rumah. Hari ini beliau belum bisa bersama karena kesibukannya di Jakarta tetapi sangat berharap silaturahmi hari ini bisa menjadi tonggak akan keberadaan Komunitas Menua Bermartabat di Sumut bahkan Indonesia,” tegasnya.
Dr Sakhyan Asmara yang pernah menjadi Kadispora Sumut dan Deputi Menpora RI sependapat dengan pemikiran para pembicara lainnya untuk menjadikan DR H Rahmat Shah sebagai salah satu ikon Menua Bermartabat. Sebagai orang Sumut, lanjutnya, kita wajib bangga dan bersyukur ada sosok yang punya kiprah bukan hanya di tingkat nasional tetapi dikenal di kancah dunia internasional.
“Ada 1.200 lebih penghargaan dari dalam dan luar negeri yang telah ia terima. Seluruh penghargaan tersebut beliau inventarisir dengan baik. Tidak banyak tokoh seperti beliau ini yang mendapatkan penghargaan dan penghargaan tersebut ia hargai dan hormati. Mulai dari penghargaan atas berbagai prestasi di berbagai bidang. Sampai kepada Gelar Tun Seri Duta Peduka Raja dari Kesultanan Deli, Gelar Mangaraja Halomoan Lubis hingga gelar Lord of Rudge dari Kerajaan Inggris dan puncaknya adalah penghargaan Bintang Mahaputra dari negara” tegasnya.
Dalam pertemuan tersebut dipaparkan pula kisah perjalanan hidupnya. H Rahmat Shah lahir 23 Oktober 1950 adalah seorang pengusaha, filantropis, konservasionis, diplomat, pengusaha nasional yang dikenal sangat dermawan. Ia adalah pendiri dan CEO dari beberapa perusahaan Indonesia yang bergerak di industri pertanian, properti, ekspor dan impor serta manufaktur.
Ia menjabat sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) 1999-2004, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dari Sumut 2009-2014. Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Sumatera Utara sejak 2011-sekarang dan Konsul Jenderal Kehormatan dari Konsulat Turki di Medan untuk Pulau Sumatera sejak tahun 1999.
H Rahmat Shah mendirikan museum margasatwa yang kini menjadi fenomenal yakni Rahmat International Wildlife Museum and Gallery di Medan Sumatera Utara. Ini merupakan satu-satunya museum di Asia yang memiliki lebih dari lima ribu spesimen taksidermi. Ia juga mengelola Kebun Binatang Siantar Zoom yang kini menjadi ikon wisata kenamaan di kota itu. H Rahmat Shah juga mendirikan mengelola R Zoo & Park di Serdangbedagai.
Pada tahun 2020, Presiden Joko Widodo memberikan Bintang Mahaputera Nararya atas pengabdian luar biasa kepada Indonesia. Bintang Mahaputera Nararya adalah kelas III dari tanda kehormatan tertinggi kedua yang diberikan oleh Pemerintah Republik Indonesia.
“Dengan latar belakang seperti itu maka saya sebagai pribadi merasa sudah sangat layak jika tokoh kita ini H Rahmat Shah dianugerahi gelar profesor. Ini menjadi tugas kita bersama menyosialisasikan agar ada perguruan tinggi yang mulai memikirkannya,’ tukas Dr Sakhyan Asmara.
Sementara itu, Koordinator Wilayah Pusat Monitoring Politik Hukum Indonesia (PMPHI) Sumut Drs Gandi Parapat sangat setuju dan menilai sangat layak jika H Rahmat Shah dianugerahi gelar profesor.
“Tentu menjadi pertanyaan, perguruan tinggi mana yang lebih dulu akan memberikan gelar profesor itu. Karena saya kira akan banyak kampus yang berkenan memberi gelar profesor kepada Bapak H Rahmat Shah mengingat dedikasinya bagi ilmu pengetahuan, pendidikan, kesehatan, perekonomian, lapangan pekerjaan dan terutama kesetiakawanan serta kedermawanannya,” tegas Drs Gandi Parapat.(m22)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.