Banjir Bandang Menghantam Saat Warga Tidur, 100 Orang Lebih Tewas

5 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Tragedi memilukan terjadi di timur Republik Demokratik Kongo ketika banjir bandang yang terjadi pada malam hari meluluhlantakkan Desa Kasaba di Provinsi Sud Kivu, menewaskan lebih dari 100 orang, sebagian besar adalah anak-anak dan lansia yang sedang terlelap dalam tidur.

Menurut keterangan pejabat lokal kepada AFP, bencana ini dipicu oleh hujan deras yang mengguyur kawasan tersebut sejak Kamis malam hingga Jumat. Sungai Kasaba meluap dan menerjang pemukiman warga yang berada di tepian Danau Tanganyika.

"Air bah membawa segalanya-batu besar, pohon tumbang, dan lumpur-sebelum menghancurkan rumah-rumah di tepi danau," kata Bernard Akili, seorang pejabat wilayah Sud Kivu.

Ia menyebut bahwa para korban tewas sebagian besar adalah anak-anak dan orang tua yang tidak sempat menyelamatkan diri.

Akili juga menyatakan bahwa sebanyak 28 orang mengalami luka-luka dan sekitar 150 rumah hancur akibat banjir. "Skala kehancuran sangat besar," katanya.

Sammy Kalonji, administrator wilayah setempat, mengonfirmasi bahwa sedikitnya 104 orang tewas dan kerusakan material yang ditimbulkan sangat parah. Namun, angka korban diperkirakan masih akan bertambah. Seorang warga lokal yang juga berbicara kepada AFP menyebutkan bahwa hingga Sabtu siang, sedikitnya 119 jenazah telah ditemukan.

Desa Kasaba sendiri merupakan desa terpencil yang hanya bisa diakses melalui Danau Tanganyika. Kondisi ini menyulitkan upaya penyelamatan dan distribusi bantuan karena desa tersebut tidak memiliki layanan internet, menurut seorang relawan kemanusiaan lokal.

Bencana alam semacam ini bukan hal baru bagi kawasan timur Kongo, terutama di sepanjang garis pantai danau besar seperti Danau Tanganyika dan Danau Kivu. Kawasan ini kerap dilanda banjir bandang dan tanah longsor yang diperparah oleh deforestasi liar di perbukitan sekitar.

Pada 2023, banjir serupa menewaskan sekitar 400 orang di beberapa komunitas di tepi Danau Kivu, juga di Provinsi Sud Kivu. Penggundulan hutan yang tak terkendali menyebabkan lereng-lereng bukit menjadi rapuh dan mudah longsor saat hujan deras mengguyur.

Kondisi geografis yang rawan bencana, ditambah dengan minimnya infrastruktur dan sarana komunikasi, membuat masyarakat di wilayah ini berada dalam situasi yang sangat rentan setiap kali musim hujan tiba.

Sejumlah organisasi kemanusiaan dan pihak berwenang setempat telah dikerahkan untuk melakukan pencarian korban dan memberikan bantuan darurat bagi para penyintas. Namun, akses yang sulit ke lokasi bencana memperlambat proses evakuasi dan penyaluran logistik.

"Kami sangat membutuhkan bantuan dari pemerintah pusat dan komunitas internasional," ujar Kalonji. Ia menekankan perlunya bantuan darurat berupa makanan, air bersih, tenda, dan obat-obatan bagi ratusan warga yang kini kehilangan tempat tinggal.

Seiring dengan proses evakuasi dan penanganan korban, pemerintah daerah dan para aktivis lingkungan kembali menyerukan upaya pelestarian hutan dan penataan pemukiman yang lebih aman dari ancaman bencana.

"Kalau kita tidak memperbaiki tata kelola lingkungan dan mencegah deforestasi, tragedi seperti ini akan terus berulang," tambah Akili.


(luc/luc)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Angin Tornado & Banjir di Midwest AS, 16 Orang Tewas

Next Article Bentrokan Berdarah, 17 Orang Tewas & 370 Orang Terluka

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |