Ukuran Font
Kecil Besar
14px
Pemain PSST Simpang Tiga menjalani prosesi peusijuek sebagai doa keselamatan sebelum turun berlaga. Waspada.Id/ Muhammad Riza
Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN
SIGLI (Waspada.id): Bara rivalitas di Kabupaten Pidie tak lagi sekadar membara, ia sudah menjilat sampai ke tribun. Stadion Blang Paseh akan berubah menjadi kuali panas jelang duel paling ditakuti di Pidie. PSAP Sigli versus PSST Simpang Tiga, Selasa (18/11) sore.
Laga pembuka Liga 4 Asprov PSSI Aceh Grup C yang bukan hanya pertandingan biasa, melainkan ritual pertaruhan harga diri. Derby yang terkenal keras, emosional, dan penuh tensi ini kembali menyedot perhatian publik sepak bola Pidie.
PSAP datang dengan dua kekalahan beruntun dalam ujicoba melawan Persip Pase, sebuah catatan yang menimbulkan tanya besar soal kesiapan mereka. Namun pelatih PSAP, Mukhlis Rasyid, membantah anggapan tersebut dengan sikap tegas.
“Dua ujicoba kemarin bukan ukuran. Kita lihat besok siapa yang terbaik,” tegasnya, seakan menepis segala kritik. Mukhlis menegaskan bahwa sebagai tuan rumah, PSAP tidak punya pilihan lain. “Tidak ada kata lain selain kemenangan bagi PSAP,” ujarnya mantap.
Namun ancaman terbesar PSAP datang dari rival yang selalu mengintai, PSST Simpang Tiga. Dengan kehadiran pemain berbahaya seperti Ayi Ramos dan kolektivitas yang semakin matang, PSST datang dengan misi jelas mengguncang Blang Paseh dan merusak pesta tuan rumah.
PSST dikenal sebagai tim yang tidak mudah diredam. Bermain tandang bukan masalah besar bagi mereka, justru tekanan itu sering berubah menjadi energi tambahan. PSST tidak datang untuk sopan—mereka datang untuk merebut.
PSST Lebih Siap
Pemerhati sepak bola Pidie, Teuku Fahri, menilai laga ini akan berjalan berat sebelah bila PSAP tidak segera memperbaiki struktur permainan mereka.
“PSST terlihat lebih stabil dari segi mental dan pola permainan. Mereka punya kecepatan di lini depan, dan itu bisa jadi mimpi buruk bagi PSAP yang dalam dua ujicoba terakhir terlihat kedodoran,” jelas Fahri.
Fahri bahkan menilai tekanan di kubu PSAP jauh lebih berat. “PSAP bermain di rumah dengan ekspektasi besar. Itu bisa menjadi beban. Kalau mereka gagal mengontrol emosi, justru PSST yang akan mengambil keuntungan,” tambahnya.
Menurutnya, duel ini bisa berubah menjadi laga yang ditentukan bukan hanya oleh taktik, tetapi oleh ketenangan dan keberanian dalam menghadapi intensitas derby.
“Kalau bicara momentum, PSST sedikit lebih unggul. Mereka lebih dingin, lebih tenang, dan tidak membawa beban hasil ujicoba,” kata Fahri.
Pertandingan ini bukan sekadar 11 lawan 11. Ini duel dua identitas. Pendukung PSAP dan PSST membawa gengsi masing-masing ke stadion, membuat atmosfer derby Pidie kerap memanas dan tak jarang meletup-ledak.
PSAP memikul tekanan sebagai tuan rumah sekaligus harus menjawab keraguan publik usai dua kekalahan beruntun. Start buruk di laga pembuka bisa memberi dampak psikologis besar bagi perjalanan mereka di Grup C.
PSST Simpang Tiga, sebaliknya, kerap datang sebagai “kuda hitam yang menggigit”. Bermain tanpa beban, mereka sering kali menjelma menjadi tim yang mampu mencuri momentum dan menghukum lawan dalam sekejap.
Siapa pun pemenangnya, duel ini akan menggetarkan peta persaingan di Grup C. Kemenangan derby bukan sekadar tiga poin tetapi dorongan moral yang dapat mengangkat tim ke level permainan yang lebih percaya diri.
Ketika peluit pertama dibunyikan di Blang Paseh nanti sore, bukan hanya dua tim yang bertanding. Tapi dua gengsi, dua kebanggaan, dan dua kubu suporter yang membawa identitas Pidie di pundak mereka.
Dan seperti tradisi derby Pidie selama bertahun-tahun, hanya satu yang akan keluar dengan kepala tegak. Sementara yang lain harus pulang dengan bara yang padam. (id69)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.






















































