Jakarta, CNBC Indonesia - Tekanan kerja diperkirakan terus meningkat menjelang 2026. Riset terbaru dari aplikasi manajemen stres Welltory menunjukkan, stres kerja kini bukan lagi persoalan individu, melainkan masalah sistemik yang meluas lintas sektor.
Penelitian mengungkap 90% pekerja di Amerika Serikat merasa stres di tempat kerja, 50% menyebut beban kerja berlebih menurunkan produktivitas, dan 77% mengaku stres telah berdampak pada kesehatan fisik mereka. Bahkan, 41% warga AS memperkirakan tingkat stres liburan tahun ini lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, melonjak dari 28% pada 2024.
"Para pekerja berada di titik paling tegang. Mereka menghadapi pelanggan yang sulit, kekurangan tenaga kerja, kelelahan emosional, kecemasan, dan mulai kehilangan keterikatan terhadap pekerjaan," ujar Silvija Martincevic, CEO Deputy dikutip dari Forbes, Rabu (31/12/2025).
Welltory menganalisis berbagai sektor industri di Amerika Serikat sepanjang 2025 menggunakan tujuh indikator, mulai dari jam kerja mingguan, tingkat kekurangan tenaga kerja, risiko cedera kerja, pendapatan, tingkat PHK, tingkat resign, hingga tingkat burnout karyawan. Hasilnya kemudian dinormalisasi secara statistik dan diberi skor stres dari 1 hingga 100.
Berikut 9 industri paling menekan menjelang 2026:
1. Pariwisata dan Perhotelan - skor 66
2. Jasa Profesional dan Layanan Bisnis - 56
3. Transportasi dan Pergudangan - 53
4. Pertambangan dan Kehutanan - 50
5. Pendidikan dan Layanan Kesehatan Swasta - 46
6. Industri Informasi dan Media - 43
7. Konstruksi - 43
8. Perdagangan Ritel - 42
9. Utilitas / Layanan Publik - 42
Industri pariwisata dan perhotelan menduduki peringkat teratas sebagai sektor paling menekan akibat jam kerja tak menentu, pekerjaan yang intens berhadapan dengan pelanggan, serta upah yang relatif rendah.
"Data ini menunjukkan bahwa stres kerja lebih banyak dipicu oleh desain sistem kerja, bukan sekadar jenis pekerjaannya," kata Anna Elitzur, dokter dan pakar kesehatan mental dari Welltory.
"Jam kerja panjang, kekurangan staf, risiko cedera, serta tekanan finansial menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara tuntutan kerja dan waktu pemulihan," ujarnya menambahkan.
Menurut Elitzur, otak manusia merespons tekanan finansial, kelelahan mental, dan bahaya fisik dengan cara yang sama yaitu sebagai stres kronis. Jika kondisi ini terjadi secara luas, dampaknya bukan hanya pada individu, melainkan pada produktivitas dan ketahanan tenaga kerja secara keseluruhan.
Survei lain dari MyPerfectResume terhadap 1.000 pekerja AS memperkuat gambaran krisis ini. Sebanyak 63% pekerja mengalami burnout beberapa kali dalam sepekan, 55% menilai burnout mereka berada di tingkat sedang hingga berat, dan 45% membatalkan rencana ulang tahun maupun liburan karena tekanan pekerjaan.
Stres kini mengakar ke kehidupan pribadi dan mempengaruhi keputusan karier akhir tahun. Banyak pekerja disebut bertahan dalam kondisi kelelahan, merasa tidak didukung, lalu memilih menarik diri, membatalkan rencana pribadi, hingga diam-diam mencari pekerjaan baru.
Cara Bertahan di Karier Penuh Tekanan
Laporan Resume Genius 2025 High-Pressure, High-Paying Jobs Report juga menunjukkan, burnout menyerang pekerja kerah putih maupun lapangan, termasuk profesi bergaji tinggi seperti dokter dan hakim.
"Imbalan finansial sering dibayar dengan hilangnya keseimbangan hidup. Kunci bertahan adalah stabilitas, kemampuan teknis, dan kecerdasan emosional," kata Eva Chan, pakar karier Resume Genius.
Sementara itu, Steven Buchwald, pakar kesehatan mental dari Manhattan Mental Health Counseling, menekankan, solusi tidak selalu berupa perubahan besar, melainkan kebiasaan kecil yang konsisten, seperti menetapkan batas waktu kerja yang tegas, berkomunikasi jujur soal kapasitas diri, dan mengambil jeda pemulihan yang benar-benar berkualitas.
"Terapi membantu pekerja melepaskan perfeksionisme dan ketakutan dianggap mudah tergantikan yang memperparah siklus burnout. Keseimbangan membutuhkan perubahan individu dan organisasi, namun setiap orang bisa mulai merebut kembali kendali hidupnya hari ini," ujarnya.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]

2 hours ago
1
















































