Upacara Peringatan Hari Santri berlangsung khidmat di bawah rintik hujan di Batubara.Waspada.id/Ist
Ukuran Font
Kecil Besar
14px
SEIBEJANGKAR (Waspada.id); Upacara Peringatan Hari Santri berlangsung khidmat di bawah rintik-rintik hujan, di Lapangan Sei Bejangkar, Kecamatan Sei Balai, Rabu (22/10).
Bupati Batubara H. Baharuddin Siagian, S.H., M.Si dalam amanatnya berpesan para santri dan santriwati harus menjadi cerminan dan menjadi contoh bagi pelajar umum lainnya.
Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN
“Para santri harus menjadi contoh terutama dalam beribadah utamanya sholat dan mengaji,” tukasnya disela-sela memimpin upacara.
Dirinya berpesan untuk tidak berbuat onar, tidak gampang terprovokasi, jangan mudah ikut-ikutan kegiatan yang buruk karena santri merupakan calon-calon ustadz dan pemimpin yang berakhlak mulia serta ikut menjaga ketertiban lingkungan masing-masing dan jangan mencoba-coba narkoba.
Ia menginginkan ikrar santri harus dibacakan setiap hari sebelum kegiatan belajar-mengajar karena isi ikrar santri sangat bagus tentang santri yang berpegang teguh pada aqidah, ajaran, nilai, dan tradisi Islam Ahlussunnah wal Jama’ah, berideologi negara satu ideologi Pancasila, berkonstitusi satu Undang-Undang Dasar 1945, berkebudayaan satu kebudayaan Bhinneka Tunggal Ika.
Ia juga menyampaikan rasa duka cita yang mendalam atas wafatnya 67 santri dalam musibah yang menimpa Pesantren Al-Khoziny, Sidoarjo Jawa Timur. “Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Kita semua berduka, bangsa ini berduka. Semoga seluruh korban mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah, dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan serta kekuatan iman,” sebut Bupati Bahar.
Selanjutnya menyampaikan sambutan Menteri Agama. Penetapan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri merujuk pada tercetusnya “Resolusi Jihad” KH. Hasyim Asy’ari yang berisi fatwa kewajiban berjihad demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Resolusi jihad inilah yang membakar semangat dan mengobarkan api perlawanan anak bangsa, sehingga dengan gagah berani, tanpa ada rasa takut, anak-anak bangsa yang terdiri dari laki-laki, perempuan, orang tua, kaum muda, semua bersatu padu melakukan perlawanan kepada kolonial yang ingin kembali menjajah Indonesia.
“Ini berawal dari Resolusi Jihad 22 Oktober 1945, pecah peristiwa heroik tanggal 10 November 1945 yang kita peringati sebagai Hari Pahlawan,” ujarnya lagi.
Bupati berpesan, seluruh santri di Tanah Air, agar menjadi santri yang berilmu, berakhlak, dan berdaya. Rawatlah tradisi pesantren, tetapi juga peluklah inovasi zaman. Bawalah semangat pesantren ke ruang publik, ke dunia kerja, ke ranah internasional. Tunjukkan bahwa santri mampu menjadi bagian dari solusi, bukan sekadar penonton.
Upacara selesai dilanjutkan dengan pemberian sembako sebanyak 100 paket kepada kaum dhuafa, serta pemberian bantuan kepada santri dan santriwati berprestasi.
Turut hadir Wakil Bupati Syafrizal, S.E., M.A.P., Kapolres, Kajari, Kepala BNN, Kakan Kemenag, unsur Forkopimda dan peserta upacara santri/ santriwati.(id39)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.






















































